Sepasang bola mata, bisa menjadi pengukur kuat dan lemahmu
Desahan nafasmu tak mampu membohongi segala yang kau rasa
Berat ringan nadamu adalah petunjuk dari perasaanmu
Bahkan bahasa tubuh yang kau anggap biasa, bisa menjadi tak biasa
Aku memperhatikan dengan seksama
Bukan karena aku ahli menerka
Tapi rupa, sikaf, dan nada itu pernah ku rasa
Saat bebanku berat terpikul tanpa ada yang merangkulÂ
"Hempaskan" ... kataku
Tapi kau rupanya menikmati kesengsaraanmu
Duch... harus bagaimana ku paksa kau keluar dari zona burukmu
"Itu tak baik, jangan menjadi benalu dalam tubuhmu sendiri" ujarku
Kau masih diam dan menatap lesu ke arah tanah,... lemah
Aku membenci ketidakberdayaan yang selalu di pelihara
"Hei... sampai kapan kau terpuruk dengan sayapmu yang patah..?Â
Dunia ini bukan tempatnya manusia lemah hanya karena cinta"
"Bodoh"...ujarku memaki...
Aku benci sekali manusia payah tak mau bangkit lagi
Aku tak menyukai kawan yang selalu hanya pasrah menanti yang tak pasti
"Kau berubah atau aku tinggalkan"...ancamku menekan meninggakannya sendiri
Berlari... ia mengejarku
"jangan tinggalin aku, bodoh"... teriaknya
"Kamu yang manusia bodoh", ujarku membalas teriakannya
aku mendengar suara tangisnya semakin jauh
Bukan dia menjauh, tapi aku yang semakin jauh
Ah... sesak rasanya hati ini
Kuhentikan langkahku, berlahan membalikkan badan ini
Melihatnya yang tetap terpojok dalam kebodohannya sendiri
Ku hampiri lagi, mengulurkan tanganku untuknyaÂ
"Kawan... aku hanya ingin kamu baik-baik saja
Tak perlu merasa lemah karena satu masalah
Karena hidup ini memang ladangnya masalah"
"Berpelukan"... Nangis huhuuuuu.... Aku sih nggak nangislahÂ
*
Akankah ada lanjutannya ???
Â
*
@Lina_Hafs
#Lombok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H