walau kesempatan ini berada dalam waktu yang sempit
maksud saya...
Kesempatan dalam kesempitanÂ
Ah, daripada tidak
Ku coba semampuku
Jika sudah berusaha lalu gagal
Itu lain cerita..Â
Horeeeee... saya berhasil membuka lemari nenek. Kemudian langkah awal adalah mengambil songket beliau, menserasikannya dengan kebaya sebagai atasannya, lalu selendang dan tak lupa kipas tangan kesayangan nenek. Pakaian nenek tentunya berantakan, bayangkan saja anak Sd kelas tiga menarik salah satu lipatan isi lemari dengan asal-asalan, sudah pasti berantakanlah. Lalu saya mencocok-cocokannya, bergonta ganti sesuka hati dan hasilnya semua tak pantas. Saya mencoba satu persatu, lalu menggunakan kebaya dan bercermin, ah jelaslah tak pantas, semua serba kebesaran.
Walau tak ada yang pantas, tapi saya merasa puas. Setidaknya songket-songket yang selama ini menghiasi lemari nenek, akhirnya bisa saya coba satu persatu. Setelah puas bercermin, songket dan kebaya saya lipat kemudian mengembalikannya ke dalam lemari, tentunya selendang juga saya masukkan dengan tidak menggulungnya. Karena selendang nenek semua di gulung, sedangkan saya tidak bisa menggulung.Â
Ternyata durasi bermain bongkar lemari sudah lumayan lama, tak terasa di masjid sudah selesai sholat. Jamaah sudah keluar dari masjid. Betapa terkejutnya saya saat mendengar suara nenek dan kakek mengucap salam, PANIK dan tentunya TAKUT. Segera saya tutup lemari, lalu bergegas mengambil mukena milik saya yang selalu saya bawa saat menginap di rumah nenek.
Langsung sholat, ceritanya sih shalat ashar, padahal dadaku berdegup kencang, lutut rada lemes, dan saat shalat tidak membaca apa-apa, yang ada dalam pikiran saya saat itu hanyalah jangan sampai ketahuan nenek.