Nyepi... mungkin tidak semua orang memahami makna dari istilah "Nyepi" ini. Saya sebagai seorang muslimpun tidak begitu paham, tetapi yang jelas di kota saya setiap tahun ada perayaan "Nyepi". Â Kota terlihat benar-benar sepi tak seperti biasanya. Nyepi adalah perayaan tahunan yang dilaksanakan oleh umat Hindu, kebetulan tempat tinggal saya Lombok, terdapat banyak pendatang dari Bali yang 90% adalah umat Hindu, dan mau tidak mau adat kebiasaan mereka dilaksanakan di Pulau Lombok, itulah sebabnya walau di Lombok nuansa Bali tetap bisa dirasakan, tetapi di Bali tidak dapat merasakan nuansa Lombok.
Nyepi itu unik
Bertentangan dengan beberapa budaya lain di dunia yang merayakan tahun baru dengan perayaan yang dinamis dan berkilau, titik puncak dari perayaan Tahun Baru Bali 6 hari adalah hari yang didedikasikan untuk menyelesaikan keheningan dan pada hari ke 3 seluruh aktifitas terhenti. Hari ini disebut "nyepi" atau "diam"...dan jatuh pada hari setelah bulan gelap equinox musim semi ketika siang dan malam adalah durasi kurang lebih sama. Tidak ada lampu, bahkan lilin yang boleh dinyalakan disetiap rumah, tidak ada yang boleh beraktifitas, mengendarai mobil atau motor di jalan, khusus di Bali hal tersebut berlaku untuk semua termasuk pengunjung dan wisatawan asing.
Nyepi adalah yang paling penting dan sakral liburan Hindu di Bali, dan merupakan hari libur umum di seluruh Indonesia. Ogoh-ogoh parade terkenal dimana orang-orang Bali (Hindu) membawa makhluk menakutkan melewati jalan-jalan disertai kebisingan dan gamelan musik yang terjadi pada "Nyepi Eve" yaitu malam hari ke 2 setelah Tahun Baru. Malam sebelum Nyepi Bali, orang-orang membawa ogoh-ogoh besar, anak-anak muda mengikuti contoh dari nenek moyang mereka. Patung-patung yang sampai 25 feet tinggi dan bisa sampai sangat besar dan berat. Dengan bantuan dari grid bambu sekelompok  orang membawanya diiringi gamelan Bali. Tentu saja parade ini banyak ditonton oleh masyarakat luas termasuk para wisatawan asing, mereka justru berebut untuk mengambil gambar ogoh-ogoh. Beberapa dari ogoh-ogoh tersebut dibakar setelah parade.
ilustrasi: canangsari.net
Sebagai persiapan untuk membangun upacara untuk Hari Raya Nyepi, adalah serangkaian ritual.
yang pertama adalah The Melasti atau Melis atau Mekiis, ritual yang didedikasikan untuk Sanghyang Widhi Washa dan dilakukan 3 - 4 hari sebelumnya untuk mendapatkan air suci dari laut. Biasanya dilakukan di Pure yang berada di dekat laut.
yang kedua adalah ritual The Butha Yajna, Ritual yang dilakukan 1 hari sebelum Nyepi, dalam rangka untuk mengalahkan unsur negatif dan menciptakan keseimbangan dengan Tuhan, manusia, dan alam. Ritual ini juga dimaksudkan untuk menang atas Batara Kala dengan korban pencaruan. Tawur kesanga dan caru adalah ritual pengorbanan yang terjadi 1 hari sebelum Nyepi. Berbagai pengorbanan yang dilakukan, mulai dari mengorbankan bebek, sapi, babi bahkan sapi. Berbagai tanaman juga mereka jadikan sebagai bagian dari persembahan. Orang-orang Bali mulai membuat ogoh-ogoh sejak 2 bulan sebelum Nyepi, ini adalah setan patung-patung raksasa yang terbuat dari bambu dan kertas, melambangkan unsur negatif atau roh jahat.
yang ketiga adalah ritual Nyepi, hari ini benar-benar diperuntukkan bagi refleksi diri apapun yang mungkin mengganggu tujuan itu sangat dilarang. Dunia luar dan dalam itu diharapkan menjadi bersih dan dimulai lagi dengan menunjukkan kekuasaannya simbolik atas dirinya sendiri dan kekuatan dunia, maka kontrol agama wajib nyepi mengharapkan hari keheningan mutlak berdasarkan 4 ajaran, Catur Brata: Amati Geni tidak ada api atau cahayatermasuk tidak ada listrik, larangan memuaskan selera manusia, Amati karya: tidak ada bentuk phiscyal kerja lain, tidak ada aktifitas, Amati Lelunganan: Tidak ada gerakan atau berpergian, tidak ada pesta pora, melakukan puasa.
yang ke empat adalah Yoga/Brata ritual yang dimulai pada 06:00 pada hari nyepi dan terus 06:00 hari berikutnya, biasanya melakukan meditasi.
kelima adalah Ngembak Agni/Labuh Brata ritual yang dilakukan sehari setelah nyepi dan hari tahun baru resmi. Ngembak adalah hari ketika catur brata penyepian selesai dan Bali Hindu mengunjungi keluarga, tetangga dan kerabat untuk bertukar pengampunan. Mereka juga melakukan Dharma Canthi, kegiatan membaca sloka, kekidung dan kekawi (skrip kuno yang berisi lagu-lagu dan lirik), pemuda Bali berlatih upacara omed-omedan atau the kissing ritual untuk merayakan tahun baru.
yang keenam adalah Dharma Shanti ritual yang seperti dilakukan setelah Nyepi sudah selesai dan penutupan minggu yang sangat sakral ini dalam kalender Bali.
Nah kira-kira begitulah, saya juga dapet informasinya dengan mewawancarai salah satu sesepuh Bali di kota saya hehee.... kali aja bakat jadi wartawan. Tapi sebenarnya ini hanya bincang-bincang di teras saja yang kemudian saya jadi tanya lagi dan lagi dan lagi sampai tuntas.... iseng-iseng dapet pengetahuankan. Mohon ma'af jika ada kurang dan lebihnya, Salam Kompasiana___semoga tidak nyampah.
_LinNa Marlina_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H