Mohon tunggu...
Marlin Blandy Mananggel
Marlin Blandy Mananggel Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unpatti

Hobi menulis dan bernyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Begini Kondisi Sekolah di Daerah 3T Ini

24 Juni 2023   18:43 Diperbarui: 27 Juni 2023   12:00 1781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya jika menulis tentang masalah pendidikan, penulis sendiri sudah banyak menemukan dan membaca berbagai artikel, mendengar dan melihat berita yang berisi kisah yang memilukan hati.

Apalagi ketika melihat kondisi sekolah yang memprihatinkan dan usaha peserta didik yang harus menantang alam menuju lokasi dimana mereka belajar, mereka tetap semangat menuntut ilmu demi cita-cita masa depannya yang lebih cerah. Miris rasanya...

Dan jika kondisi pendidikan dan persoalannya ditulis kembali, bukan karena sekedar menambah pustaka bacaan atau literasi semata, namun pengalaman penulis sebagai pendidik juga, rasanya memiliki benang merah yang sama. 

Oleh karena itu, penulis mencoba membagikan sedikit pengalaman, selama menjalankan tugas dalam program-program peningkatan kualitas pendidikan dan beberapa aspek yang terkait, dan dapat penulis jangkau.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pendidikan merupakan hajat hidup orang banyak seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang 1945.

Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu insan yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan serta ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan berdikari serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan serta kebangsaan.

Pendidikan merupakan modal penting dalam membangun masyarakat ke arah pencapaian cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia. 

Berdasarkan data dari UNESCO, pada tahun 2021 Indonesia menempati ranking 114 dalam Human Development Index (HDI), dimana dihitung berdasarkan beberapa faktor seperti umur panjang, hidup sehat, standar hidup layak dan tentu saja pendidikan. 

Hal ini cukup memprihatinkan jika dibandingkan dengan indeks HDI negara tetangga seperti Brunei Darussalam (51). Malaysia (62), dan Thailand (66).

Untuk memenuhi semua keinginan dan cita-cita luhur bersama, sekilas kita menilik letak geoegrafis Indonesia yang merupakan negara terluas ke-14 di dunia.

Itu sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas wilayah sebesar 1.904.569 km², Serta negara dengan pulau terbanyak ke-6 di dunia, dengan jumlah 17.504 pulau, bukanlah hal mudah mengingat karakteristik dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kondisi geografis inilah, memiliki keuntungan, sekaligus tantangan dalam berbagai aspek, khususnya dalam pemerataan pembangunan yang adil dan merata. Terkhusus dalam bidang pendidikan yang penulis kemukakan dalam tulisan ini.

Pemerataan Pendidikan menjadi permasalahan yang sering dan masih terjadi hingga saat ini. Daerah-daerah pelosok seperti daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) merupakan daerah yang menjadi imbas dari kurangnya pemerataan pendidikan. 

Faktor penghambatnya antara lain aksesibilitas, kualitas tenaga pendidik dan kependidikan,serta sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Daerah 3T seringkali sulit dijangkau karena terletak di pedalaman, kepulauan, atau daerah pegunungan. Keterbatasan infrastruktur transportasi membuat aksesibilitas pendidikan menjadi terhambat. 

Jarak yang jauh antara sekolah dengan pemukiman membuat anak-anak sulit untuk mencapai sekolah dengan aman dan nyaman.

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2020, yang termasuk daerah 3T di Maluku adalah Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kepulauan Buru, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, dan Buru Selatan.

Sumber: peraturan.bpk.go.id
Sumber: peraturan.bpk.go.id

Sebagai daerah 3T, pendidikan di Maluku saat ini secara nasional masih berada di urutan terbawah (32 dari 34 provinsi) di Indonesia. 

Tidak mengherankan jika kondisi sekolah cukup memprihatinkan di beberapa daerah yang tersebar dalam beberapa pulau. 

Tak terkecuali yang ada di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Maluku Tengah tidak termasuk dalam Daerah 3T. Akan tetapi, kondisi sarana dan prasarana, jumlah dan kualitas guru masih memprihatinkan.

Hal ini dilihat dan dirasakan secara langsung oleh Tim Asistensi Mengajar Universitas Pattimura yang turun ke Kecamatan Leihitu khususnya di Desa Hulung, Mamala, Wakal, dan Hitumessing pada bulan Desember 2022 lalu, lebih tepatnya tanggal 5 s.d 17 Desember 2022.

Keterangan Gambar: Kegiatan Tim Asistensi Mengajar Unpatti di SMP di Leihitu. (Sumber: Koleksi penulis)
Keterangan Gambar: Kegiatan Tim Asistensi Mengajar Unpatti di SMP di Leihitu. (Sumber: Koleksi penulis)

Tim Asistensi terlebih dulu melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru di sekolah tersebut. Menurut kepala sekolah, sarana dan prasarana di sekolah ini memang masih kurang.

Di Mamala misalnya, ada sekolah yang hanya terdapat 1 (satu) unit infocus tetapi setiap kelas tidak memiliki aliran listrik sehingga tidak dapat digunakan dalam pembelajaran. 

Meja belajar dan kursi sudah waktunya diganti karena sebagian sudah rusak. Jika mejanya digunakan terus bisa membuat kertas atau buku yang digunakan siswa akan ikut rusak karena permukaan meja yang tidak rata.

Papan tulis yang digunakan sebagian sudah tidak layak. Masalah sanitasi seperti toilet untuk siswa dan ketersediaan air bersih juga bisa dikatakan belum memadai, seluruh siswa hanya berbagi satu toilet.

Sumber: Koleksi penulis
Sumber: Koleksi penulis

Akses ke daerah ini sebenarnya bukan menjadi masalah, sebab masih berada di Pulau Ambon (ibukota Provinsi Maluku) dan dapat dijangkau dalam waktu 30-60 menit dari kota Ambon, serta bisa dijangkau oleh kendaraan bermotor, baik pribadi maupun angkuntan umum lainnya. 

Anak-anakpun dapat pergi ke sekolah karena lokasi yang mudah diakses. Lantas apa yang membuat sarana dan prasarananya masih kurang memadai?

Di sebagian sekolah, alat peraga matematika maupun IPA tidak memadai. Di sana pun masih kurang buku-buku referensi lain yang bisa membantu siswa belajar, apalagi akses internet.

Sekolah belum bebas internet (wifi). Hal ini yang menjadikan guru dan buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar siswa di beberapa sekolah di daerah tersebut. 

Sangat miris jika kita bandingkan dengan apa yang digalakkan pemerintah saat ini di era digitalisasi, yaitu pendidikan berbasis digital. Siswa harusnya bisa belajar materi pelajaran dari internet juga (youtube, google, dll).

Guru juga bisa belajar dan berbagi dengan komunitas guru/praktisi pendidikan di seluruh Indonesia melalui aplikasi Platform Merdeka Mengajar (PMM). Sayangnya hal ini belum bisa sepenuhnya dilakukan di daerah ini.

Berbagai keterbatasan ini dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan perkembangan siswa secara keseluruhan. Bukan di Leihitu saja, masih banyak daerah di Maluku Tengah yang kondisi pendidikan masih jauh dari kata layak.

Lantas, harapan meningkatkan kualitas pendidikan di Maluku apakah bisa terpenuhi? Semoga hal ini menjadi perhatian bersama pemerintah melalui pemerintah daerah serta seluruh pemangku kepentingan demi pengembangan pendidikan di Maluku dan pemerataan pelayanan pendidikan di seluruh Indonesia.

Tak lupa penulis juga mengajak orang tua dan seluruh masyarakat untuk melihat permasalahaan ini sebagai realitas atau kenyataan yang harus dihadapi bersama-sama dengan semangat “masohi” (gotong royong) mencari alternatif peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui bakat dan prestasi yang dapat diasah menjadi keahlian sebagai nilai tambah dari kekurangan yang ada.

Untuk adik-adik tercinta, di seluruh provinsi Maluku, dan di daerah 3T pada khususnya yang memiliki berbagai keterbatasan di wilayah, pulau atau daerahnya masing-masing. 

Penting diingat bahwa dalam keterbatasan kita dapat melihat peluang-peluang lain yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas keahlian kalian kelak.

Jangan patah arang, tetap semangat. Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai adik-adik, oleh karena itu harus tekun dan taqwa, rendah hati dan saling menghormati, apalagi kepada orang yang lebih tua. 

Karena sepandai apapun kalian nantinya, bila karakternya “bermasalah”, maka akan mempengaruhi langkah ke masa depan.

Doa kakak selalu untuk adik-adik, menjadi suri tauladan walaupun dalam segala keterbatasan. Tetap semangat!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun