Hal ini dilihat dan dirasakan secara langsung oleh Tim Asistensi Mengajar Universitas Pattimura yang turun ke Kecamatan Leihitu khususnya di Desa Hulung, Mamala, Wakal, dan Hitumessing pada bulan Desember 2022 lalu, lebih tepatnya tanggal 5 s.d 17 Desember 2022.
Tim Asistensi terlebih dulu melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru di sekolah tersebut. Menurut kepala sekolah, sarana dan prasarana di sekolah ini memang masih kurang.
Di Mamala misalnya, ada sekolah yang hanya terdapat 1 (satu) unit infocus tetapi setiap kelas tidak memiliki aliran listrik sehingga tidak dapat digunakan dalam pembelajaran.Â
Meja belajar dan kursi sudah waktunya diganti karena sebagian sudah rusak. Jika mejanya digunakan terus bisa membuat kertas atau buku yang digunakan siswa akan ikut rusak karena permukaan meja yang tidak rata.
Papan tulis yang digunakan sebagian sudah tidak layak. Masalah sanitasi seperti toilet untuk siswa dan ketersediaan air bersih juga bisa dikatakan belum memadai, seluruh siswa hanya berbagi satu toilet.
Akses ke daerah ini sebenarnya bukan menjadi masalah, sebab masih berada di Pulau Ambon (ibukota Provinsi Maluku) dan dapat dijangkau dalam waktu 30-60 menit dari kota Ambon, serta bisa dijangkau oleh kendaraan bermotor, baik pribadi maupun angkuntan umum lainnya.Â
Anak-anakpun dapat pergi ke sekolah karena lokasi yang mudah diakses. Lantas apa yang membuat sarana dan prasarananya masih kurang memadai?
Di sebagian sekolah, alat peraga matematika maupun IPA tidak memadai. Di sana pun masih kurang buku-buku referensi lain yang bisa membantu siswa belajar, apalagi akses internet.
Sekolah belum bebas internet (wifi). Hal ini yang menjadikan guru dan buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar siswa di beberapa sekolah di daerah tersebut.Â