Sesekali arahkan kaki dan hasrat mu ke sebuah kedai yang menyajikan kopi, saat kau penat.
Maksud saya kedai yang "benar-benar" menyuguhkan kopi yang benar, dan mulalah dengan kopi tubruk.
Hirup dalam-dalam aroma yang mengepul dari gelas, lakukan sebanyak dua kali tarikan nafas yang dalam
lepaskan naluri otak menelusuri sesansi. Berikan dia kebebasan selama kurang lebih tiga menit.
Tak perduli pahit atau manis seruputlah kopi mu dengan libatkan bibir, lidah, rongga mulut, dan kerongkongan selagi hangat. Lalu lihat sekeliling mu!
Seruput lagi..! lihat lagi sekelilingmu..! hingga tenggukan terakhir.
Panggil waiters atau pelayan kedai, atau terserah kau pakai istilah apa. Pesan espresso.
Sambil menunggu, pandangi lebih dalam objek menarik disekitarmu.
Tak perlu berimajinasi nikmati saja apa adanya.
Teguk espresso mu. Basahi lidahmu lebih dalam, jangan biarkan espresso secepat itu masuk kerongkongan.
Bawalah alam pikiranmu pada sesuatu yang fantastis, biarkan dia sesaat.
Reguk kembali espresso mu hingga habis, lalu bayarlah.
Kembalikan pikiranmu pada dunia nyata, melangkahlah dan tunggu hasilnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H