Mohon tunggu...
Marley Kelana
Marley Kelana Mohon Tunggu... lainnya -

seroang kelana

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Surat Terbuka Untuk Bapak Jokowi, "Ada Apa Ini" ?

2 April 2015   19:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:37 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Assalamualaikum Pak Jokowi, salam sejahtera untuk kita semua warga Nusantara.

Dengan segala rasa hormat saya kepada Bpk Jokowi, dengan segala rasa kagum saya kepada Bpk Jokowi.

Akhir-akhir ini banyak sekali pertanyaan di benak saya, banyak gemuruh kegelisahan dihati saya.

Saya sebagai anak negeri sedih melihat keadaan ini.

Media massa seperti kehilangan kabar gembiranya, ketika bapak Jokowi dilantik seolah media massa ikut merayakan.

pesta pora harapan rakyat tersebar dimana-mana, riuh gemuruh teriakan mimpi terdengar disetiap pedesaan, keluh kesah masyarakat kecil mengalir dari setiap aliran semangat perjuangan. Mereka yakin Bapak yang bisa menyelesaikan semua permmasalahan masyarakat kecil.

Berharap kepada pemimpin tentu bukan salah mereka, karena selai berusaha dan berdoa, mereka juga hidup didalam Negara yang memiliki segala aturan, sistem dan kebijakan yang mau tdk mau harus mereka ikuti.

Dan belum bisa menyelesaikan serta mensejahterakan masyrakat kecil itu juga bukan salah bapak, saya dan kami semua sadar bapak adalah manusia biasa yang punya salah, kebimbangan dan kemampuan yang terbatas.

Tapi ada apakah ini pak Jokowi?

Melalui surat terbuka ini saya ingin bertanya, sebenarnya ada apakah ini pak Jokowi?

Kami tak tau pasti apakah kau ingkar janji, lupa dengan semua mimpi yang pernah kau berikan kepada kami?

Pak Jokowi, saya bukanlah Tim sukses bapak yang turun langsung kejalan bersama ratusan bahkan ribuan massa tuk ikut berkampanye, dan saya juga bukan bagiann dari annggota partai politik yang mengusung bapak, saya hanya rakyat biasa yang melihat semangat serta ketulusan dari seorang yang rela masuk gorong-gorong.

Tapi ketahuilah pak Jokowi, saya menyebarkan visi misi anda saat berkampanye saya menjelaskan target-target anda saat berkampanye, saya ceritakan semuanya kepada keluarga, kepada teman, kepada kerabat, kepada orang yang saya temui di jalan, kepada teman diskusi, kepada tetangga, melalui orang-orang yang saya temui saya mencoba mengajak mereka menaruh harap pada calon pemimpin yang penuh semanngat ketulusan pada waktu itu.

Namun kini mereka-mereka itu balik bertanya kepada saya

“ ada apa dengan Jokowi?”

“Kenapa dengan Jokowi?”

“Apakah ia hanyut dalam kekuasaan?”

“Apakah ia hilang arah dalam kebimbangan?”

“kenapa, kenapa dan kenapa?”

Mereka bertanya seperti itu kepada saya.

Di tengah tengah naik nya harga-harga kebutuhan pokok, kau nai turunkan BBM, mahalnya biaya hidup dinegara yang dulunya disebut Nusantara yang kaya akan sumber daya.

Miris melihatnya, sedih melihatnya, kami lihat di televise, Nenek-nenek dituduh mencuri kayu oleh perhutani dan dipermasalahkan kejalur hukum, seorang Ibu Hamil mencuri untuk biaya persalianan, masih banyak lagi kisah pilu di negeri ini.

Entah saya salah menduga atau menganalisa, entah saya salah berfikir hingga terjungkir, tapi saya dan kami masih menaruh harap akar kau kembali kedalam Nurani Pak Jokowi.

Saya berharap pak Jokowi bisa hidup sederhana jika rakyat masih belum sejahtera.

Beberapa bait puisi untuk bapak sebagai penutup surat terbuka ini.

Tak ada “dia” yang sudi memasuki gorong-gorong

Tak ada “dia” yang sudi memasuki pasar

Entah itu pencitraan atau sengaja untuk menarik perhatian, tapi itu sungguh berkesan

Karena sekalipun itu citra “dia” dianggap sederhana

Sosok penuh tawa canda dan senyum ceria,

Yang dulu sederhana saat ini entah bagaimana

Yang dulu pro rakyat sekarang entah peduli siapa

Biarlah kesabaran yang menjawab semuanya

Seharusnya

Tak perlu kau pikirkan mereka yang sudah kaya

Mereka bisa urus dirinya sendiri

Tak perlu kau urus pengusaha, mereka bisa hidupi dirinya sendiri

Di desa sana berapa anak putus sekolah

Di desa sana berapa keluarga yang tak bisa makan

Di simpang jalan sana berapa anak terampas kemerdekaan masa kecilnya

Di desa dan  di kota sana berapa, berapa, berapa dan berapa mereka yang belum sejahtera

Bapak, hiduplah sederhana, jika kau benar membela mereka

Buktikan bahwa kau juga rasa

Perlihatkan bahwa kau juga peduli mereka

Karena kisah ini tak membahagiakan buat mereka

Kini entah ada apa, seolah kau memaksa kami memakai kantung keresek dikepala kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun