Sebagai pencinta wisata kuliner, sayang banget kalau Koteka Trip kali ini dilewatkan begitu saja. Meskipun saya sudah pernah mengunjungi beberapa destinasi yang akan dikunjungi pada trip kali ini, tetap saja saya penasaran City Tour naik bis Jawara dan menikmati kuliner Laksa Tangerang.Â
Titik kumpul peserta Koteka Trip-22 di depan Masjid Al A'Zhom yang letaknya di kawasan pemerintahan Kota Tangerang.Â
Ternyata saya adalah peserta pertama yang sudah sampai duluan, sambil menunggu peserta lain datang, saya masuk ke halaman masjid  yang luasnya kurang lebih 2, 25 hektar dan merupakan salah satu masjid dengan kubah yang  terbesar di dunia.Â
Setelah peserta berkumpul semuanya di Taman Elektrik ( persis didepan Masjid Al A'Zhom) , tidak lama kemudian bis Jawara Dishub kota Tangerang pun tiba. Bis Jawara merupakan bis city tour yang bergaya retro terdiri dari 32 kursi. Kabin tertutup bagian depan dengan fasilitas AC dan bagian belakang terbuka tanpa kaca. Siap mbawa para wisatawan city tour mengunjungi tempat- tempat ikonik di kota Tangerang.Â
Destinasi pertama adalah Jembatan Kaca Berandeng Cisadane. Merupakan salah satu tempat favorit untuk spot swafoto berbentuk kaca yang berlatar belakang sungai Cisadane. Saya tidak berani foto di Jembatan kaca, karena saat itu cuaca sangat terik dan panas, sedangkan untuk menginjak diatas kaca harus tanpa alasan kaki. Bisa dibayangkan dong bisa lepuh nih kaki... Ngomong-ngomong sebenarnya ini kali kedua saya kesini.Â
Destinasi berikutnya adalah kawasan kuliner Laksa Tangerang. Saya penasaran dengan kuliner yang satu ini, soalnya saya perna menyicipi laksa dekat rumah saya, jujurli rasanya ...Â
Perpaduan tepung beras yang diolah seperti mie dan kuah kari dicampur serundeng dan kacang ijo, Laksa Tangerang benar enakkkkk
Kalau ditanya soal harga, standar kok alias tidak merusak isi kantong. Dengan uang Rp. 25.000,- sudah dapat satu porsi Laksa  plus telur dan es Selendang Mayang.Â
Setelah kenyang dan istirahat sejenak, perjalanan dilanjutkan ke Destinasi berikutnya yaitu Kampung Bekelir.Â
Tahun 2019 saya pernah berkunjung ke kampung Bekelir. Mengusung konsep Heterogenitas dalam harmonisasi warna yang menghias tembok rumah warga yang letaknya persis dipinggir sungai Cisadane. Mural, grafiti, dan lukisan menghias rumah-rumah tersebut. Serta kegiatan hidroponik yang sedang berkembang saat itu, semakin menambah indahnya Kampung Bekelir.Â
Tapi sayang, akibat dari pandemi Covid yang lalu.... Keadaan Kampung Bekelir saat ini sungguh berbanding jauh...cat warna rumah-rumah  mereka kusam sudah, berbagai macam kegiatan berhenti.Â
....Â
Karena waktu sudah menunjukkan sebentar lagi pukul 12.00 siang, kami pun melanjutkan perjalanan kembali ke titik temu awal, yaitu Taman Elektrik.Â
Pamulang, 18 Agustus 2924
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H