Anak  Jaman Now adalah sebuah istilah dengan makna yang luas dan tiap pengguna mempunyai presepsi masing-masing. Kalimat ini menjadi topik pembicaraan di jejaring sosial twitter dan facebook. Tetapi apa sih arti anak jaman now? kalimat ini diungkapkan untuk menunjukkan tingkah laku remaja masa kini yang tingkah lakunya super dumper keterlaluan menurut kacamata jadul dan  terkadang membuat kita sebagai orang tua  mengelus dada melihat tingkah laku mereka.
***
Berbicara mengenai dunia parenting dari jaman dulu, hingga sekarang itu tidak  pernah mudah, jangan dikira jaman sebelum millenia itu mudah, ohhh tidak !!! sebelum-sebelumnya itu pasti susah. Dan  selalu menjadi issue disetiap generasi yang tak lekang oleh waktu. Kita selalu ingin menjadi orang tua yang lebih baik.
Bagaimana menjadi orang tua yang baik di jaman now ini, ala saya?
Pada tulisan  kali ini, saya hanya ingin berbagi sedikit  pengalaman dalam menghadapi anak di jaman sekararang atau jaman now. Menjadi orang tua jaman now itu susah-susah gampang, ngeri-ngeri sedap  hahhahah itu yang saya rasakan dan saya jalani selama ini.Â
Ok to the point saja ya ...Saya mempunyai tiga orang anak, dua perempuan yang sudah menginjak dewasa dan satu lelaki ABG. Sewaktu mereka masih kecil saya sangat over protective. Sebenarnya bukan karena apa juga sih... Saya terlalu parno alias terlalu worry, mungkin karena saya terkadang harus menjalankan fungsi sebagai orang tua tunggal disaat suami sedang dinas keluar kota. Â Akan tetapi setalah mereka menginjak remaja, saya mulai kewalahan menghadapi tingkah laku mereka. Pola asuh yang awalnya cukup ketat dengan aturan harus mengikuti apa kata saya. sedikit demi sedikit aturanyang saya buat mulai agak longgar mengikuti keinginan mereka, tetapi tetap dalam kendali saya.
Mempunyai tiga orang anak dengan karakter dan talenta yang berlainan, membuat saya harus bisa memilah-milah anak yang mana harus di perhatikan dengan ekstra. Semisal anak saya yang nomor dua untuk pelajaran Eksak dia kurang suka, tetapi dipelajaran lain dia tidak bermasalah, sedangkan anak sulung dan bontotku untuk pelajaran eksaknya mendapatkan nilai  diatasa rata-rata. Karena nilai mata pelajaran eksak anak saya nomor dua minim, hampir tiap tahun saat dia SD dan SMP saya menghadap wali kelas dan guru bidang study.
Saat itu saya sebagai orang tua merasa sebel. Ditambah salah satu walikelasnya menyarankan tinggal kelas saja!! saat itu saya marah banged, dikira enak kali ya main tinggal kelas, gak mikir efek samping dari itu, ?  berapa biaya setahun yang sudah saya keluarkan? trus apa yang terjadi dengan kejiwaan anak saya melihat teman-temannya naik kelas sedangkan dia harus  tinggal kelas? trus moso gegara nilai eksaknya yang minim, nilai-nilai mata pelajaran yang lainnya tidak dihitungkan?
Adu argumen dan pasang badan saat itu yang saya lakukan hahhahahha. Singkat cerita akhirnya terlewati juga SD dan SMP lancar jaya tanpa harus ada kata tinggal kelas. Saat pemilihan SMA, dia meminta masuk SMK saja dengan alasan biar gak ketemu dengan mata pelajaran Eksak. Pas ditengah-tengah perjalanan, eh dia minta pindah sekolah tanya masuk SMA saja. Dengan tegas saya bilang ke dia, SMK itu pilihan dia dan harus dipertanggung jawabkan dengan cara menyelesaikan pendidikan di SMKnya itu.Â
Anak saya yang nomor dua itu sangat spesial selalu membuat kejutan, sehingga saya jadi terkejut bagaikan  tersengat kalajengking.. hahhahaha Sebenarnya yang nomor satu waktu SMP pernah melakukan kenakalan juga sih, merubah nilai mid semesternya dengan cara men Tip-X. Untung waktu masih berseragam putih abu-abu saya juga pernah bandel, jadi ketika mereka mulai melakukan hal yang konyol, saya cepat tanggap hahhaha
Menjadi orang tua jaman now itu menurutku adalah harus ekstra cerdas, melindungi dan sabar