Mohon tunggu...
Marla Suryani Lasappe
Marla Suryani Lasappe Mohon Tunggu... Administrasi - suka masak

Saya berbintang Pisces--------------------------------------------------- hobby cooking, travelling------------------------------------------------------- I am a writer, food blogger ----------------------------------------------------- IG: marlasuryani ------------------------------------------------------------------- twitter: marlasuryani@marla-suryani--------------------------------------- http://aksaramarla.wordpress.com https://www.facebook.com/marla.thalib

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

[Ketapels Berdaya] Saling Berbagi di Deaf Cafe Fingertalk

17 April 2016   01:44 Diperbarui: 17 April 2016   01:58 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu, 10 April 2016, kami para kompasianer TangSel Plus (KETAPELS) mendapat kehormatan untuk berkunjung di sebuah kafe yang sangat unik, karena pramusajinya semua tunarungu, dan di kafe tersebut kita bisa belajar dan disediakan tulisan bahasa isyarat.  Berlokasi di Pamulang Timur, Kota Tangerang Selatan.

Jujur saya sangat antusias untuk mengunjungi Kafe tersebut, yang didirikan setahun lalu. Ini adalah kali pertama saya mengunjungi kafe tersebut, karena memang saya sendiri baru tahu, ternya tidak jauh dari rumah saya, ada sebuah Deaf Cafepertama di indonesia.

Adalah Dissa Syakina Ahdanisa, seorang wanita muda cantik yang mempunyai empati yang luar biasa untuk para kaum Disabilitas, khususnya kaum tuna rungu.

[caption caption="sicantik dissa"]

[/caption]Berawal di Tahun 2013, Saat Dissa sapaan gadis muda sang pemilik Deaf Cafe Fingertalk, menjadi seorang volunteerbahasa inggris untuk anak-anak yang tidak mampu, sekaligus bisa jalan-jalan di Nicaragua sebuah negara di Amerika Tengah.

Saat Dissa jalan-jalan itu, dia menemukan Deaf Cafe dan takjup, karena disebelah cafe tersebut ada workshop pembuatan kasur gantung, seketika idenya timbul untuk membuat Deaf Cafe yang sama seperti di Nicaragua di negaranya sendiri yanitu Indonesia.

Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Dissa yang awalnya tidak bisa bahasa isyarat, akhirnya belajar ke Singapur, dan bergerilya mencari akses, akhirnya salah satu temannya memperkenalkan keIbu Pat Sulistyowati.

Bu Pat adalah mantan Ketua Umum Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) sekaligus guru bahasa isyarat yang terkenal dikomunitas tunarungu dan seskaligus pemilik lahan Deaf Cafe Fingertalk.

Gayung bersambut, akhirnya Dissa bisa membuka Deaf Cafe Fingertalk sesuai impiannya, serta  dapat memberikan pekerjaan kepada kaum tunarungu yang selama ini sulit mendapatkan pekerjaan.

Dissa berharap semoga semakin banyak orang yang datang ke Deaf Cafe Fingertalk, untuk hangout khususnya anak muda, sehingga dapat menumbuhkan empati terhadapat kaum disababilitas, walaupun dalam keterbatasan merekapun sama dengan kita. Anggaplah seperti kita belajar dengan teman-teman dari luar negeri yang kita tidak tahu bahasa mereka dan kita menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi.

[caption caption="fingertalk"]

[/caption]

Pamulang, 17 April 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun