“Nitizen Indonesia sangat tidak sopan!” Ya, penilaian itu tak dapat dipungkiri, karena hal itu benar adanya. Sangat berbeda dengan nitizen Negara asing, yang dapat mengontrol dan bersikap yang wajar saat berkomentar. Kita masyarakat Indonesia juga mengenal kebiasaan saling menyapa, menunduk kepala tanda hormat, saling mengirim makanan antar tetangga, suka menolong dan Indonesia juga sangat terkenal dengan Nilai Ketimurannya
Namun sepertinya itu sudah mulai lenyap. Pasalnya nitizen Indonesia telah dicap sebagai nitizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara oleh penelitian Microsoft. Hal itu pun benar adanya. Pertama, meningkatnya hoax dan penipuan online hingga 13 poin, bertambahnya ujaran kebencian sebanyak lima poin. Yang menggembirakan mungkin hanya diskriminasi yang berkurang dua poin dari tahun sebelumnya. Di Indonesia, yang paling populer berdasarkan Data Direktorat Cyber Crime Bareskrim Polri adalah penipuan online. Penipuan online masuk kategori kejahatan internet dan pelakunya bisa disebut penjahat.
Kedepan, inilah yang perlu digalakkan. Apalagi berdasarkan survei literasi dan inklusi keuangan Indonesia yang dilakukan OJK pada 2019, menyebutkan bahwa kewaspadaan konsumen terhadap kejahatan elektronik relatif rendah, yaitu 36,2%. Kemudian, kita juga perlu terus meningkatkan kapasitas aparat dalam mendeteksi, mencegah potensi penipuan online serta lebih menghidupkan partisipasi masyarakat dalam memberantasnya.
Saya merasakan selama lima tahun terakhir, pernyataan tokoh dan literasi di masyarakat jarang sekali mengingatkan kewaspadaan terhadap penipuan online. Yang banyak hanya sebatas mengingatkan agar jangan menyebar hoax, utamanya terkait politik, dan di 2020 kemarin ditambahkan: jangan menyebar hoax terkait isu kesehatan seperti COVID-19, virus Corona, dan lain-lain.
Kedua, Netizen Barbar Salah Serang Aplikasi ReStock. Nitizen Indonesia serbu akun media sosial Restock.id dan aplikasi ReStock terkait aksi "Koboi Fortuner" di Duren Sawit, Jakarta Timur. Sebagian besar dari mereka marah-marah dan mengecam tindakan buruk CEO Restock.id. Ironisnya aplikasi ReStock yang mereka serang salah sasaran. Yakni aplikasi ReStock kalkulator untuk kebutuhan belanja milik developer dari luar negara Indonesia. Alhasil, aplikasi ReStock salah sasaran sekarang penuh ulasan negatif dan rating bintang 1.
Ketiga, hal yang cukup memalukan, masalahnya pasangan gay yang baru saja menikah di negaranya sendiri bersama keluarga mereka yang berbahagia dan menerima identitasnya sebagai LGBT. Salah satu mempelai bernama Suriya Koedsang mengaku dihujat oleh netizen Indonesia tiga hari tiga malam. Mayoritas warganet menyebut pernikahan mereka "dilarang oleh Tuhan" hingga "bakal membuat dunia kiamat". Tak berhenti sampai di situ, netizen Indonesia dilaporkan juga melontarkan hinaan mulai dari sialan maupun orang gila.
Namun ada yang positif dari orang Indonesia yang sepatutnya ditiru Negara asing. Keyakinan itu tidak salah. Nyatanya, memang ada survei yang menyebut orang Indonesia paling murah senyum (The Smiling Report), orang Indonesia paling religius (Survei Gallup dan Abt Associate 2019, yang dirilis Pew Research Center). Bahkan survei Charities Aid Foundation (CAF) tahun 2018 menempatkan Indonesia di peringkat pertama sebagai negara yang paling murah hati di dunia dari 146 negara.
Nilai-nilai kebudayaan bangsa sekarang sudah mulai luntur . Nasib bangsa Indonesia dan nilai-nilai kebudayaan sangat tergantung kepada kemampuan penalaran, skill, dan manajemen masyarakat khususnya kaum muda sebagai generasi penerus. Sayang sekali sampai dengan saat ini, masyarakat Indonesia mengalami krisis kebudayaan. hal ini disebabkan Kebudayaan asli bangsa Indonesia dibiarkan merana, tidak terawat, dan tidak dikembangkan oleh pihak-pihak yang berkompeten .
Budaya timur terkenal dengan sikap lemah lembut dan tutur katanya yang halus, namun hal tersebut cenderung memudar. Hal ini ditandai dengan perilaku kasar dan kata-kata yang kasar, sering mengumpat bahkan berkelahi, berbicara dengan nada tinggi dll. Selain itu bahasa asing juga sudah mulai menggantikan kosa kata bahasa Indonesia. Bahkan tak jarang ada anak-anak Indonesia yang tidak bisa berbahasa Indonesia sedangkan bahasa asingnya sangat lancar. Bahkan bahasa asing dijadikan bahasa sehari-hari mereka.
Toleransi dan sikap saling menghargai satu sama lain adalah salah satu adat ketimuran yang paling melekat dalam diri masyarakat Indonesia, tapi itu dulu! Kalau sekarang ini, mungkin kalian sudah pada tau kalau Indonesia sedang krisis dengan yang namanya toleransi dan sifat saling mengahargai. Buktinya, banyak orang-orang yang saling menghina satu sama lain. Baik itu menghina penampilan, menghina keyakinan satu sama lain dan menolak berbagai bentuk perbedaan yang tidak sesuai dengan keinginanan mereka.
Sekalipun demikian, pergeseran nilai dan perilaku keagamaan dan sosial budaya tidak semuanya buruk . Perubahan dalam masyarakat berharga adalah apabila ketahanan budaya dan nilai-nilai objektifnya selalu sanggup memperbaharui diri. Dalam proses pembaharuan dengan perubahan tersebut sikap mental dan ketahanan budaya berperan positif untuk menjaga keseimbangan antara kesinambungan sistem nilai yang disepakati dengan unsur perubahan menuju kemajuan.
Hoax juga demikian, berdasarkan beberapa survei, dan pengamatan di media sosial dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari kita, apapun latar belakang pendidikannya bahkan sudah S3 sekali pun, belum mampu mendeteksi hoax. Penyebarnya setidaknya ada dua: yang pertama mereka yang sengaja menyebarkan hoax dan mereka yang tidak tahu bahwa yang mereka sebarkan adalah hoax. Dalam pencegahannya, para tokoh pejabat publik juga lebih sering mengatakan "jangan menyebar hoax" ketimbang "jangan membuat hoax". Padahal, pembuat adalah dalang sedangkan penyebar terkadang adalah korban karena ketidaktahuan.
Jadi, tahun ini sebaiknya literasi terkait penipuan online lebih diperketat. Dalam hitungan, ini potensial lebih diminati publik karena kerugiannya dirasakan langsung oleh masing-masing pribadi. Strateginya, jadikan literasi terkait penipuan online sebagai pintu masuk untuk mencegah hoax, dikriminasi, rasis, dan lain-lain. Seburuk apapun hasil survei, kita tak perlu khawatir, tentunya dengan catatan bahwa selama tahapan-tahapan menuju pemberantasan hoax, penipuan online, ujaran kebencian dan diskriminasi dapat diminimalisir dengan baik. Sebaliknya, kita perlu khawatir jika masih menemukan SMS percobaan penipuan, serta ketidakadilan hukum terhadap pelaku hoax, diskriminasi dan rasis yang terjadi di depan mata.
Oleh sebab itu kita perlu menyaring apa yang akan kita sampaikan, begitu juga dengan informasi yang akan kita terima. Karena tentu ini akan merugikan banyak pihak, dan mencoreng nama baik pula. Kesadaran kita harus dapat membasmi hoax di Indonesia, jangan menjadi dalang dari penyebar hoax. Dan sepertinya namanya, Indonesia juga sudah sangat tercoreng karena Nitizen Indonesia yang tidak dapat mengkritik dengan baik. Alangkah baiknya kita membaca, mencermati dan memapahami dahulu kebenarannya baru kita dapat berkomentar dan mempublish. Bijak itu penting! Karna lebih baik sok ganteng daripada sok tahu.>
#dengarkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H