Mohon tunggu...
Markus Fernando Siahaan
Markus Fernando Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Pengelana

Aktualisasi tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Fakta Unik Netizen Indonesia

28 April 2021   07:44 Diperbarui: 28 April 2021   22:28 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Hoax juga demikian, berdasarkan beberapa survei, dan pengamatan di media sosial dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari kita, apapun latar belakang pendidikannya bahkan sudah S3 sekali pun, belum mampu mendeteksi hoax. Penyebarnya setidaknya ada dua: yang pertama mereka yang sengaja menyebarkan hoax dan mereka yang tidak tahu bahwa yang mereka sebarkan adalah hoax. Dalam pencegahannya, para tokoh pejabat publik juga lebih sering mengatakan "jangan menyebar hoax" ketimbang "jangan membuat hoax". Padahal, pembuat adalah dalang sedangkan penyebar terkadang adalah korban karena ketidaktahuan.

          Jadi, tahun ini sebaiknya literasi terkait penipuan online lebih diperketat. Dalam hitungan, ini potensial lebih diminati publik karena kerugiannya dirasakan langsung oleh masing-masing pribadi. Strateginya, jadikan literasi terkait penipuan online sebagai pintu masuk untuk mencegah hoax, dikriminasi, rasis, dan lain-lain. Seburuk apapun hasil survei, kita tak perlu khawatir, tentunya dengan catatan bahwa selama tahapan-tahapan menuju pemberantasan hoax, penipuan online, ujaran kebencian dan diskriminasi dapat diminimalisir dengan baik. Sebaliknya, kita perlu khawatir jika masih menemukan SMS percobaan penipuan, serta ketidakadilan hukum terhadap pelaku hoax, diskriminasi dan rasis yang terjadi di depan mata.

            Oleh sebab itu kita perlu menyaring apa yang akan kita sampaikan, begitu juga dengan informasi yang akan kita terima. Karena tentu ini akan merugikan banyak pihak, dan mencoreng nama baik pula. Kesadaran kita harus dapat membasmi hoax di Indonesia, jangan menjadi dalang dari penyebar hoax. Dan sepertinya namanya, Indonesia juga sudah sangat tercoreng karena Nitizen Indonesia yang tidak dapat mengkritik dengan baik. Alangkah baiknya kita membaca, mencermati dan memapahami dahulu kebenarannya baru kita dapat berkomentar dan mempublish. Bijak itu penting! Karna lebih baik sok ganteng daripada sok tahu.>

#dengarkan

#analisa

#kerjakan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun