Mohon tunggu...
Markus Fernando Siahaan
Markus Fernando Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Pengelana

Aktualisasi tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Kisah Kehidupan

22 April 2021   08:54 Diperbarui: 22 April 2021   09:06 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: Markus Fernando Siahaan

Permulaan kisah ini

Dimulai dari pembuahan hingga kematian

Terbentuk dari sel hingga individu

Tidak ada yang sama, berbeda, dan menjalani ceritanya masing-masing

Katanya hidup sementara

Kataku hidup kekal, kekal selama kau masih hidup

Setelah mati? Tentu saja kekal, kekal dalam kematian

Perubahan? Itu juga kekal dan tiada henti

Katanya hidup harus bertanggungjawab

Ya, bertanggungjawab atas orangtua yang memberimu makan dan minum

Bertanggungjawab atas kebutuhanmu bahkan saat kau tidak membutuhkan itu

Bertanggungjawab atas semua yang kau anggap benar namun nyatanya salah

Katanya hidup harus dinikmati

Ya, dinikmati dengan tetap berjalan dalam tanggung jawab

Tubuhmu bukan mesin yang kau Romusha

Nikmati hidupmu selagi kau hidup

Katanya hidup ada batasnya

Ya, batas untuk menyombongkan diri yang tidak ada apa-apanya

Batas untuk merendahkan diri hingga lupa bersyukur demi mendapat rasa iba

Batas untuk berbohong pada orangtua yang kadang kala berbohong hanya untuk kepentinganmu sendiri

Katanya hidup itu penderitaan

Ya, penderitaan jika tidak mampu memberdayakan apa yang ada dalam genggaman

Penderitaan saat hanya tahu menikmati hingga lupa mengikhtiarkan

Penderitaan disaat kita hanya merasa benar dan tidak mau menerima sanggahan orang lain

Katanya hidup itu mahal

Ya, mahal disaat kau tahu harus membeli yang dibutuhkan bukan yang diinginkan

Mahal disaat kau mampu menyesuaikan susah dan senang

Mahal disaat kau memiliki mimpi dan tak pernah berhenti untuk menggapainya

Katanya hidup itu sulit dimengerti

Ya, sulit dimengerti disaat kau hanya tahu bertanya hingga tak tahu menjawab pertanyaan

Sulit dimengerti disaat kau tidak pernah melihat orang dengan derajat yang lebih rendah darimu

Sulit dimengerti disaat kau hanya tahu meminta tanpa mau memberi

Katanya hidup itu harus diperjuangkan

Kataku hidup kita sudah merdeka

Lakukan apa yang benar menurutmu dan kepercayaanmu

Dan jangan pernah berhenti dengan alasan sudah cukup

Hidup itu takdir

Malas itu pilihan

Terpanggil itu berkat

Melayani dengan tulus itu kewajiban

Hidupi hidupmu supaya lebih hidup sebelum hidup orang lain membunuh hidupmu

Salam kehidupan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun