Mohon tunggu...
Markus Fernando Siahaan
Markus Fernando Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Pengelana

Aktualisasi tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sahabat Sejati? Mustahil

2 Maret 2021   18:24 Diperbarui: 2 Maret 2021   20:47 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Markus Fernando Siahaan

Sabtu, 27 Februari 2021

Dalam menjalani hidup didunia ini kita tidak terlepas dari interaksi sosial. Secara jelas telah kita ketahui bahwa manusia adalah homo socius yaitu makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa membutuhkan orang lain di dalam aktivitasnya karena ia merupakan anggota dan bagian dari masyarakat. (UIN SGD: ttp., 1)

Beragam cara dan sikap manusia dalam menjalani interaksi sosialnya. Salah satu cara yang kerap dan menjadi faktor utama dari interaksi sosial itu adalah menjalin hubungan relasi. Menurut Mursyid Ali (2009: 5) relasi sosial adalah tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang menggunakan simbol untuk saling memahami dalam konteks hubungan yang berlangsung.

Ada berbagai macam jenis relasi dalam interaksi sosial. Hubungan suami istri, hubungan orang tua dan anak, hubungan antar saudara, hubungan antar tetangga, teman, bahkan sahabat dan masih banyak lagi. Berbicara tentang sahabat, apakah saudara memiliki sahabat? Atau sebenarnya apa itu sahabat?

Menurut KBBI, sahabat berarti kawan, teman, handai, karib, teman erat (baik), dan teman akrab. Simpelnya orang awam mengartikan sahabat itu satu tingkat lebih tinggi dari teman biasa. Beberapa ciri-ciri persahabatan positif diantaranya sejauh mana hubungan persahabatan itu menjadi akrab, saling tolong menolong satu sama lain, dan saling mengingatkan harga diri. (Asher, Berndt, dkk., : 2014)

Kembali bertanya, apakah sahabat itu masih ada? Atau benar opini yang tertuang pada judul bahwa sahabat itu mustahil? Agaknya saya tidak akan berani menjawab pertanyaan saudara dan juga pertanyaan saya. Alangkah lebih baik jika saya memberikan bukti jawaban dari pertanyaan kita.

Satu nas dari Kitab Suci menyampaikan bahwa "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." Wah, memang merupakan definisi yang cukup singkat, namun apakah kita masih bisa dengan mudah menemukan seorang yang dengan tulus menaruh kasih setiap waktu? Dan apakah masih ada orang yang mau diajak susah bareng?

Ada beberapa nyanyian dari orang suku Batak dalam Bahasa daerahnya yang mendeskripsikan keberadaan seorang sahabat. Salah satunya adalah nyanyian yang berjudul "Di Surgo do Alealenta". Adapun isi lirik nyanyian tersebut yaitu,

Di Surgo do alealenta, na burju roha situtu

Ndang piga di banua tonga, donganta na tongtong burju

Na meoleol songon arung, do dongan na di tano on

Na hot do Jesus na sumurung, donganNa pe hot do tongtong

Sai marpambuat angka dongan, di holong ni rohana i

Hape ianggo so dapotan, bolong do parsaoran i

Antong tabaen ma Jesus I, tongtong alealenta i

Di dalam Bahasa Indonesia lirik dapat diartikan sebagai berikut:

Sahabat kita ada di Surga, yang memiliki hati yang baik

Tidak banyak di dunia ini teman kita yang setia berlaku baik

Bagaikan air di daun talas teman kita di dunia ini

Namun Yesus tetap dan tidak berubah menjadi teman kita selamanya

Teman di dunia ini kerap mengambil untung dari hubungan persekutuannya

Dan jika itu tidak diperolehnya, maka persekutuan itu akan hilang

Oleh sebab itu, mari kita jadikan Yesus sebagai sahabat kita

Sudah terjawab dengan rinci dan memang sangat sesuai dengan realita. Tidak bisa dipungkiri bahwa pada saat dan tempat tertentu kita masih menemukan sahabat yang berhati tulus, namun sudah merupakan suatu kesulitan yang luar biasa. Hanya Yesus yang mampu berada di posisi "sahabat sejati", oleh sebab itu jadikanlah Yesus sahabat.

Bukan merupakan hal yang sulit untuk menjadi sahabat Yesus, bahkan sangat mudah. Cukup hanya melakukan apa yang menjadi perintah-Nya maka secara langsung kita akan menjadi sahabat-Nya. Tidak perlu mencari perhatian atau memberikan hadiah-hadiah yang membuat Dia memberi perhatian kepada kita, justru minta saja, Dia akan memberikan.

Mari menikmati persahabatan dengan Dia. menceritakan perjalanan hidup dan menuangkan semuanya pada-Nya agar kiranya persahabatan kita dengan Dia semakin dekat. Dan semoga dengan semakin dekatnya persahabatan ini, kita senantiasa dimampukan sebagai saluran berkat-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun