Mohon tunggu...
Markus Fernando Siahaan
Markus Fernando Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Pengelana

Aktualisasi tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gajah dan Orang Buta

16 Februari 2021   04:41 Diperbarui: 16 Februari 2021   06:22 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Analogi dari Ompung yang kembali diceritakan oleh pahompu

Sore itu, Jona yang telah berumur kurang lebih delapan belas tahun sedang asik membersihkan sepeda motor kesayangannya, lalu tiba-tiba .........

    "Jon, kamu masih ada kuliah tidak sore ini?" tanya Bapak.

    "Tidak Pak, memangnya kenapa Pak?" jawab Jona.

    "Itu, alarm token listrik Ompungmu sudah ribut katanya, tolonglah kau isikan sebentar, nanti keburu mati jadi susah kita." jelas Bapak.

    "Oh itu Pak, boleh, minta lah uangnya Pak, berapa kuisikan Pak?" lanjut Jona.

    "Nah, lima puluh ribu saja sudah cukup. Habis kau isi langsung pulang saja, biar tidak kemalaman." pinta Bapak.

    "Siap bosss!" jawab Jona.

    (Jona berangkat membeli voucher listrik dan langsung menuju rumah Ompung)

     "Ompung.. Sehat nya Ompung?"

    "Sehat Pahompu, kau sehatnya?" jawab Ompung.

     "Ya sehat lah Ompung, kalo tidak sehat mana mungkin aku bisa sampai di depan Ompung dengan penampilan yang amat rapi nan ganteng seperti ini;" jawab Jona sembari tertawa kecil.

    "Ahk yang banyakan ceritamu bah, persis macam Ompung Dolimu kau kulihat." lanjut Ompung.

     "Biar bagaimana pun, Ompung Doli itu kekasih pujaan hati Ompung, jadi kalo sama pun kami tak jadi masalah itu, hehehehe..."

    "Sudahlah, langsung bilang saja kau mau apa, jangan dulu bahas gaji ketiga belas, itu khusus nanti untuk Itomu yang mau wisuda itu."

    "Ompung, Ompung, langsung takut nya Ompung kuminta uang Ompung itu, tenang lah Ompung, Cuma mau isi token listrik mu nya aku Ompung naburju." jelas Jona.

    "Bah, memang kau bah, perhatian sekali, batoe ma, isi lah sana!" jawab Ompung.

***Jona pun mengisi ulang token listrik Ompung dan langsung kembali kepada Ompung.***

     "Ehh, bagus kali bajumu Jon, ada gambar gajahnya."

    "Iya Ompung, ini minggu lalu aku yang beli pas jalan--jalan ke kebun binatang Siantar sama kawan--kawan remaja naposo bulung".

     "Jadi kuingat cerita Ompungku dulu, tentang gajah dan orang buta."

    "Bahhh, kek mana itu Ompung, macam ngak pernah kudengar."

    "Jadi ceritanya zaman dulu adalah tiga orang buta yang pergi ke Tombak--tombak menikmati udara segar. Orang itu tiga pegangan tangan dan yang di kiri kanan memegang tongkat pembantu penuntun jalan. Baru pas jalan--jalan orang itu, tiba--tiba ada lah yang menghalangi di depannya. Orang itu tiga ngak bisa maju dan akhirnya mencoba mencari tahu apa yang menghalangi. Setelah mencoba meraba--raba, orang buta yang pertama bilang bahwa yang menghalangi orang itu adalah tiang besi yang keras. Namun orang buta yang kedua bilang bahwa yang menghalangi orang itu adalah tembok yang bidang. Dan orang buta yang ketiga bilang bahwa yang menghalangi mereka adalah tiang besar namun tidak berbahan besi."

    "Hahahahaha..., lucu ya Pung, bisa bisanya orang itu punya pendapat yang berbeda padahal yang menghalangi mereka ya sama, seekor Gajah." potong Jona.

    "Ya begitulah Jon, cara pandang orang berbeda -- beda tergantung dimana posisi dan bagaimana cara mereka menghadapinya." jelas Ompung.

      "Maksud Ompung?" tanya Jona.

    "Di dalam hidup ini, walaupun kita memiliki tujuan yang sama, tidak jarang kita memiliki cara yang berbeda--beda untuk meraihnya. Atau jika ada masalah, pasti setiap orang memiliki cara dan kiatnya masing--masing dalam menghadapinya. Jadi karna itu, kita tidak boleh sembarang menilai orang dari apa dan bagaimana cara dia bertindak." Jawab Ompung.

     "Oooo... begitu maksud Ompung, Jona paham Pung."

     "Ya, begitulah kehidupan ini Jon. Sebagai contoh, kau dan kawan sekelas kan punya tujuan yang sama, ingin naik kelas dan lulus tepat waktu, namun Ompung yakin kalian punya cara yang berbeda beda dalam belajar dan mengerjakan tugas. Macam kau lah nei, asik marmeami, tidak pernah belajar."

    "Ahk Ompung ini, rajin nya aku belajar Ompung, doakan lah" sahut Jona.

    "Iya iya, Ompung akan selalu doakan. Sudah, pulang lah, sepertinya akan turun hujan ini, nanti kemalaman kau,"

    "Baik Ompung, Jona pulang dulu ya Ompung, terimakasih banyak sudah mau bercerita, sekarang Jona tidak asal lagi dalam menilai orang lain bersikap." ucap Jona.

    "Ucap terimakasih sama Tuhan saja, sudah memberikan Ompung panjang umur."

    "Siap Ompung, sehat sehat ya Ompung, sampai jumpa di cerita berikutnya." ucap Jona sembari tertawa kecil."

Tamat

Catatan:          

1. Ompung                  = Kakek / nenek

2. Ompung doli           = Kakek

3. Ito                            = Saudara laki-laki / saudara perempuan

4. Ompung naburju     = Kakek/nenek yang baik hati

5. Batoe ma                 = Yasudahlah

6. Naposo bulung        = Pemuda/pemudi

7. Tombak-tombak      = Hutan

8. Marmeami               = Bermain-main

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun