Mohon tunggu...
Petunmarkus
Petunmarkus Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas

Menulis, membaca, olahraga (Bulutangkis, tenis meja), jalan-jalan, dan pemberi rekoleksi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadikan Menulis sebagai Passion

24 April 2024   22:20 Diperbarui: 25 April 2024   06:11 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen dari KBMN PGRI GEL 31

Oleh Markus Masan Bali

Resume Kedua

Gelombang: 31

Rabu, 24 April 2024

Tema: Menjadikan Menulis sebagai Passion

Narasumber: Ibu Dra Sri Sugiastuti, M.Pd

Moderator: Ibu Helwiyah, S.Pd, M.M

Sumber: Dokumentasi dari KBMN PGRI GEL 31
Sumber: Dokumentasi dari KBMN PGRI GEL 31

Selamat malam Bapak dan Ibu peserta pelatihan yang berbahagia, malam ini kita memasuki pertemuan yang kedua dalam pelatihan menulis. Tema pelatihan pada malam hari ini adalah Menjadikan Menulis sebagai Passion. 

Pelatihan malam ini berlangsung mulai dari pukul 19.00 - 21.00 yang dibagi dalam empat sesi:

  • Pembukaan
  • Paparan materi
  • Tanya jawab
  • Penutup

Sebelum memulai pelatihan ini, Ibu Helwiyah mengajak peserta untuk menyiapkan  handphone, laptop, cemilan, dan juga semangat untuk siap mengikuti pelatihan. 

Selanjutnya, Ibu Helwiyah, membuka pertemuan dengan mengajak peserta berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing. Kemudian Ibu Helwiyah memperkenalkan dirinya. Ibu Ewi adalah almuni gelombang 20 dan bagian dari TSO. Ibu Ewi juga telah menghasilkan sebuah buku solo sebelum closing ceremony sehingga menjadi orang kdua yang lulus tercepat secepat balapan F1. 

Setelah memperkenalkan dirinya, Bu Ewi juga memperkenalkan narasumber pada malam hari ini yaitu Sri Sugiastuti. Ibu Sri adalah kepala sekolah SMK Tunas Pembangunan 2 Surakarta. Beliau adalah aktivis di berbagai komunitas literasi yang telah menghasilkan berbagai karya buku.

Akhirnya, Ibu Sri pun dengan lantang menyapa para peserta yang siap menyimak  penjelasannya. Ibu Sri pun menyampaikan bahwa Omjay punya mantra "Menulislah setiap hari, buktikan apa yang terjadi!" Sementara matra Ibu Sri adalah Writing is my passion. Di sini menulis bukan lagi menjadi sebuah kewajiban tetapi sebuah kebutuhan. Hal itu dapat dilihat ketika Ibu Sri mulai duduk dan menulis pasti akan menghasilkan tulisan yang bisa membahagiakan. Ibu Sri kemudian memperkenalkan kue lebaran, kue legendaris, uang baru, kemenangan, dan nikmatnya hidup. 

Ibu Sri kemudian memaparkan hasil tulisannya yang berjudul "Dapat Apa Yaa... dari Menulis?" Tulisan Bu Sri ini adalah tulisan 14 tahun yang lalu yang mau memberikan semangat kepada para peserta. Bu Sri memberikan motivasi Better late than never. Di usia yang tidak mudah lagi Ibu Sri tetap memberi semangat yaitu membersamai TSO tim solid Omjay. Menulis sebagai kebutuhan diawali dengan menjadi penulis pemula membuat buku. Ia juga memberi tantangan untuk para peserta untuk menulis bareng atau Antologi dengan berbagai tema. Mengajak Bapak dan Ibu guru bergerak berliterasi dan  produktif membuat buku. Kemudian Ibu Sri pun mengunggah sebuah tulisannya yang berjudul "Miscal Misterius." Tulisan ini adalah sebuah cerita pendek yang mengisahkan tentang miscal misteri yang dilakukan oleh siapa?

Setelah memaparkan materinya, Ibu Sri meminta tolong moderator untuk menayangkan materi yang dapat dijadikan sebagai modal bagi peserta pada malam hari ini untuk menjadi penulis andal, sekaligus bisa untuk referensi di sesi tanya jawab. 

Sekilas membaca materi yang ditayangkan oleh moderator, saya merasa wah materi yang sangat memotivasi saya untuk menjadi penulis yang lebih hebat dan handal lagi. Ibu Sri mengharapkan agar para peserta terus mengupdate diri dan terus menambah wawasan. 

Pada sesi tanya jawab ada beberapa peserta yang bertanya. Pertanyaan pertama dari Ibu Naili dari Tegal yang bertanya, "Bagaimana cara memotivasi diri kita bahwa menulis itu sebuah kebutuhan seperti mantra Bu Kanjeng? Ibu Sri kemudian memberikan jawaban yang sangat menarik yaitu untuk menjadi penulis hebat adalah membaac dan menulis. Bila terlambat menggauli literasi, jangan putus asa. Masih ada waktu yang untuk bisa menggerakan generasi penerus. Beliua menyarankan agar tidak boleh keluar dari grup ini karena banyak ilmu yang akan mengubah mindset kita tentang literasi. Tiga tulisan yang diberikan oleh Ibu Sri dapat menjadi modial untuk bisa breakdown dan action. Pertanyaan kedua dari Ibu Achienk dari Jakarta. Ibu Achienk bertanya tentang salah satu tulisan berhubungan dengan makanan termasuk dalam jenis tulisan apa? Ibu Sri menjawab bahwa tulisannya itu merupakan tujuh jenis puisi baru. Namanya puisi). 29 dalam 1 puisi jumlah katanya tidak boleh lebih dari 20 kata. 

Itu7 jenis puisi baru. Namanya Puisi ).29. dalam 1 puisi jumlah katanya tidak boleh lebih dari 20 kata. Puisi jenis baru ini digagas oleh Dr. Endang Supardidi dari Garut. 

Ibu Sri kemudian menjelaskan lebih lanjut bahwa tujuan puisi atau kegunaannya melatih kepekaan siswa ataupenulis saat mengamati suatu bena, atau sedang mengalami satu peristiwa. Dengan pemilihan diksi yang tpat pembaca bisa memahami dan menikmati setiap untaian aksara yang tersaji. 

Pertanyaan ketiga berasal dari Kang Ys dari Bogor. Bagaimana kita menemukan genre dari tulisan kita. Bu Sri menemukan genre tulisan kita, sebaiknya kita menulis saja yang kita sukai dan kuasai. Kita juga bisa eksplore dari genre apa yang gemar kita baca. Misal penggemar tulisan Buya Hamka atau beberapa tulisan novelis terkenal, baik dari Indonesia maupun  manca negara. 

Pertanyaan keempat berasal dari Ibu  Aul. Pertanyaannya: Bagaimana mengatasi mood menulis yang hampir redup? Pertanyaan ini kemudian dijawab oleh Ibu Sri bahwa untuk menjadi penulis perlu rajin membaca tulisan di grup, menjadi pendengar yang baik, peka dengan lingkungan serta tulisan dari Bu Sri dapat menjadi booster supaya tidak redup. Ibu Sri juga mengingatkan kita akan mahkota yang akan diperoleh sebagai penulis. Belum lagi saat ada transferan beberap digit dari penerbit bentuk dari royalti buku yang kita tulis. Ada juga efek dari silahturahmi dengan berkunjung  ke blog sahabat literasi. Pada intinya, supaya tidak redup jadi menulis itu sebagai invest akhirat yang diyakini akan membahagiakan kita. 

Pertanyaan kelima berasalah dari Ibu Ningsih di Malang. Pertanyaan: bagaimana caranya membangkitkan semangat siswa kita untuk menulis? Apakah boleh kita memaksa mereka dengan kata tugas? Karena jika tidak dipaksa dengan adanya tugas sekolah mereka terkadai tidak mau menulis? Bu Sri memberi jawaban yang sangat baik yaitu menemukan ide yang menari untuk para siswa menulis sesuai dengan jenjangnya. Misalnya SD bisa dengan menulis puisi sesuai dengan tema tertentu. Siswa SMP dan SMA bisa dengan tema kedekatannya dengan lingkungan sekolah, keluarga, atau juga petas masa depannya. Bu Sri menegaskan bahwa boleh sedikit memaksa sebagai tugas aksi nyata berliterasi dala momen Hari Ibu, Hari Kartini atau tema Kemerdekaan. Beberap sekolah punya web dan memberi kesempatan kepada guru dan siswanya untuk menulis di web tersebut. 

Masih ada banyak pertanyaan yang pada intinya mau memberikan semangat untuk menjadikan menulis bukan sebagai kewajiban tetapi sebagai kebutuhan. 

Sesi pada malam ini kemudian ditutup oleh Ibu Moderator dengan pernyataan yang sangat menarik: Jadi teruslah berlatih untuk menulis apapun yang kita kuasai, kita minati, kita lihat, kita alami, mengalir saja sesuai dengan rasa, cipta dan karsa. Sebelum berakhir sesi ini, Ibu Moderator meminta Ibu Sri untuk memberikan closing statement. 

"Ingat kita punya potensi akal sehat yang belum dimanfaatkan sesuai dengan yang kita inginnkan. Tidak ada kata yang terlambat untuk terus mengupgrade diri menjadi penulis hebat. Salam literasi #Action, Action, dan Action.#

Bapak dan ibu guru hebat demikianlah resume hari kedua saya pada malam hari ini. Semoga bermanfaat bagi banyak orang. 

Terima kasih 

Berkah Dalem

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun