Â
     Theologi kekristenan pada prinsipnya dibangun berdasarkan pandangan yang otritatif dari Yesus Kristus dan para filsuf scholastisme sebagai landasan . Pandangan Filsuf skolastik seperti St. Agustinus dan St. Thomas Aquinas sebagaimana berpandangan bahwa sebagai orang Kristen mestinya kita memahami Allah terlebih dahulu kemudian kita mengimaninya. Sedangkan, St. Agustinus mengatakan bahwa kita mestinya beriman dulu setelah itu kita mengenal atau memahami Allah. Terlepas dari perbedaan tahapan iman dan pemahaman mereka, setidaknya kita memahami Allah dan mengimani Nya. Mengingat situasional perubahan sosial yang bermuara pada Liberalisme dan Sekularisme maka yang yang paling fundamental adalah bagaimana memahami Allah dengan konsep Allah yang benar. Pemahaman yang baik dan benar akan membentuk karakter kita sebagai prajurit Kristus yang mengalami pubertas rohani. Maksudnya setelah memahami dengan baik akan Allah maka kita tidak mudah terjebak dalam fanatisme semu. Gejala yang sering ditampilkan oleh oknum-oknum Kristen milenial yang berfantasi theologi dengan konsep yang tidak mendalam, alih-alih menekankan pada pragmatisme semata. Kristen seperti ini sering menunjukan gejala yang menurut Franscois Bacon (1685), bahwa semakin belajar filsafat maka kemungkinan orang akan menjadi atheisme. Gejala yang dikaitkan disini adalah sebagaimana oknum-oknum yang bertheologi namun tanpa standar, konsep, dan doktrin yang berkorelasi dengan Alkitabiah secara mendalam akan jatuh pada fanatisme semu dan terperangkap pandangan sekularisme barat. Pola-pola yang sering ditampilkan oleh generasi yang mengalami masa pubertas rohani adalah dengan monoton terhadap ritual Gereja, berani berkhotbah tetapi berani berani berbuat dosa. Dosa yang dimaksudkan adalah berani berbohong, kompromi, perzinahan, menghakimi, dan memiliki pemikiran yang cenderung sekulerasime. Sangat disayangkan orang-orang semacam itu biasanya ada yang sadar, tidak sadar, dan bahanya dia sendiri tidak mampu mengetahui dirinya bagaimana harus hidup sebagai pengikut Kristus. Orang-orang yang menunjukan gejala Kristen sejati adalah menunjukan kasih sayang terhadap Allah dan selamanya. Melihat dan menimbang-menimbang segala sesuatu secara bijaksana berdasarkan konsep-konsep dalam dogmatisme gereja. Mereka cenderung menaklukkan diri terhadap Kriatus sepenuhnya dengan berespon secara emosi, rasio, dan aplikatif. Benar-benar berprinsip dan takluk terhadap ajaran para nabi dan Kristus.
     Konsep-konsep Theologi yang baik dan benar sebenarnya telah diajarkan oleh Yesus Kristus dan para rasul-rasulnya pada masa Yerusalem dijajah bangsa Romawi kurang lebih 5000 tahun yang lalu. Kristus mengatakan bahwa ada kerajaan Allah dan didalamnya ada Anak dan Bapa yang bertahta. Selain dua oknum dalam monarki absolut dalam kerajaan Allah, ada juga oknum lain yang serupa seperti Roh kudus yang disebut Kristus bahwa pribadi Roh kudus akan turun setelah Ia kembali ke Tahta-NYA. Setelah Mati dan bangkit kemudian naik ke sorga, Kristus mengatakan ia akan menurunkan pribadi Roh Kudus yang mana akan bersaksi tentang Dia dan mengingatkan mereka akan semua khotbah-NYA kepada mereka. Tak hanya itu, pribadi Roh kudus akan mencerdaskan mereka dan menginsafkan mereka (para Rasul) akan dosa-dosa dunia dan berbagai rahasia kerajaan Allah.
    Kekristenan sejati adalah orang-orang pada tiap generasi sebagaimana hidup dengan taat sungguh-sungguh mutlak terhadap Kristus. Memiliki pegangan yang kuat akan konsep Kekristenan yang baik, benar, dogmatisme, dan mendalam. Pandangan yang dogmatisme memang harus diikuti karena kita percaya Allah itu Esa dan mutlak maka tentu kita harus mempercayai dogmatisme gereja. Bila kita menggunakan hermeneutika untuk menguji kebenaran konsep Theologi Kekristenan maka kita harus merujuk kepada referensi tunggal yakni Bible dan doktrin-doktrin para Bapa Gereja yang telah valid dan alkitabiah dalam sejarah. Secara umum konsep dasar  theologi Kristen adalah percaya akan doktrin Trinitas (Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus). Artinya tiga pribadi tetapi satu yang Esa. Ini merupakan karya Allah sekaligus sebagai thesis yang melampaui nalar manusia sepanjang sejarah peradaban umat manusia. Ini membuktikan bahwa Allah itu tidak dapat dilihat dan diketahui identitasnya. St. Thomas Aquinas melalui karyanya summa Theologi, berpandangan bahwa kita tidak dapat mengetahui Allah, kecuali kita mengenalnya hanya dengan beranalogi. Pandangan lain mengatakan bahwa terkadang kita mengenal Allah juga melalui fenomena Alam. Memang pada zaman para nabi, Musa misalnya berbicara dengan Allah hanya melalui penampakan Semak Belukar yang bernyala-nyala. Tiang awan yang menuntun umat Israel keluar dari Mesir dan kesaksian akan sepuluh hukum NYA yang dituliskan oleh ALLAH sendiri.
    Prinsip kekristenan sejati sebagaimana telah dibahas diatas dapat dikatakan bahwa perbedaan antara Pubertas Rohani atau Kristen akan sangat susah memiliki pegangan yang kuat dalam iman mereka. Sedangkan, Kristen sejati akan semakin bijaksana dan cenderung tidak kaku tetapi memiliki banyak tantangan karena oknum ini selalu terbuka terhadap berbagai pandangan sebagai ajang untuk berdebat melawan liberalisme, sekularisme, serta melwan oknum yang mengalami gejala pubertas kekristenan.
    Jesus Kristus pernah mengatakan beberapa hal sebagai berikut ;
 1. untuk masuk ke dalam kerjaan sorga itu harus melalui pintu yang sesak.Â
2. Apa yang ditanamkan di bumi akan dituai di Sorga.
3. Jika ya hendaklah katakan ya, jika tidak hendaklah katakan tidak, apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.
3. Banyak dipanggil tetapi sedikit terpilih.
    Berdasarkan pernyataan Kristus, saya secara pribadi membayangkan bagaimana susahnya menjadi Kristen, apalagi sebagai generasi Kristen yang lahir di tengah derasnya arus liberalisme dan sekularisme.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H