Mohon tunggu...
Mark Lumiere
Mark Lumiere Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Cerpen, Novel, Puisi

Seduh kopi dan ayo baca karyaku.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Pintu Harta

30 April 2024   19:01 Diperbarui: 30 April 2024   23:13 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menunggu untuk waktu yang cukup lama, aku akhirnya mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan yang cukup sederhana. Sebagai tukang bersih sebuah ruko. Pekerjaan ini terdengar sepele bagi kebanyakan orang. Aku juga berpikir demikian. Tapi gaji yang diberikan pemilik toko ini tidaklah sepele. 

Sepuluh juta perbulan hanya untuk bersih-bersih. Awalnya, aku tidak mempercayainya. Orang mana yang mau menggaji seorang pembersih sebesar itu untuk membersihkan ruko kosong yang terletak di area perkampungan yang sepi. Namun, ketidakpercayaanku menghilang seketika, setelah menerima upah di hari yang sama aku melamar pekerjaan.

Hari ini adalah hari pertamaku bekerja di ruko tersebut. Aku bertemu langsung dengan pak Toga yang merupakan pemilik ruko ini. Ia mengenakan setelan hitam mewah dan di belakangnya merupakan sebuah mobil sedan keluaran terbaru. Pak Toga memberikanku lima kunci untuk ruko tersebut. 

"Tolong bersihkan setiap ujung dari ruko ini setiap hari ya, Arkan. Saya tidak akan memeriksa hasil pekerjaanmu. Saya percaya kamu bukan orang yang meninggalkan pekerjaannya."

"Baik, pak Toga. Saya akan bersihkan sebersih-bersihnya."

"Baguslah. Oh ya, satu hal lagi. Tidak semua ruangan bisa dibuka. Kamu hanya perlu membersihkan ruangan yang saya berikan kunci. Yang tidak bisa tidak usah kamu buka-buka. Kalau bisa kamu juga jangan dekat-dekat, apapun yang terjadi."

Mencurigakan. Tapi sudahlah, aku akan menurutinya.

"Siap pak. Kalau boleh, saya ada satu pertanyaan pak, sebelum bapak pergi."

"Silahkan."

"Kenapa bapak mempekerjakan seseorang untuk membersihkan ruko kosong di perkampungan seperti ini?"

Ia terdiam sejenak. Kemudian menatapku dengan wajah gelisah.

"Kenangan. Tempat ini adalah awal mula saya kaya raya."

Pak Toga naik ke mobil nya. Ia pergi meninggalkan ku sendiri dengan ruko tuanya. Langit menggelap dan gemuruh mulai terdengar. Aku bergegas menuju ke samping ruko untuk masuk. Pak Toga tidak memberikanku kunci gerbang depan ruko. Padahal jika dibuka, udara segar bisa masuk. 

Saat hendak masuk, terdengar suara seorang wanita tua yang tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha! Si iblis akhirnya ingat kampung halamannya."

Aku hanya menatapnya diam. Seorang nenek dengan rambutnya yang putih dan tubuh pendek membungkuk berdiri di depan ruko menatapnya. Mungkin dia adalah penduduk setempat yang sedang mencari udara segar. 

"Berhati-hati lah, Nak." Ia menatapku. "Sang iblis dapat menyamar dan menggoda seseorang dengan hartanya. Bahkan, harta yang Ia berikan, Ia dapatkan dari iblis lain."

"Jaga ucapan anda, Nek! Jangan menyebut orang seperti itu sembarangan. Pulanglah, hujan akan turun."

Ia hanya tersenyum mendengar perkataanku. Setelah menatapku beberapa detik, Ia pun pergi dari depan ruko.

Aku masuk ke dalam dan mulai melakukan perintah pak Toga. Ruko ini sangat berdebu, bahkan sampai lantai dan rak-rak berwarna coklat seperti pasir. Jaring laba-laba juga memenuhi tiap sudut ruangan. Entah berapa lama ruko ini ditelantarkan seperti ini.

Ruko ini luas dan memiliki tiga lantai. Rak-rak berjejer di setiap lantai. Kemungkinan dulu tempat ini adalah toko ATK. Aku melihat beberapa sisa-sisa alat tulis tertinggal di sela-sela rak. Tapi melihat daerah ruko ini, aku penasaran kenapa pak Toga memulai usaha sebesar ini. Hanya ada beberapa sekolah di area perkampungan ini. Entahlah, apapun itu aku tidak peduli. Satu hal yang pasti dia sekarang adalah orang kaya yang mampu membayar seorang pembersih sebesar sepuluh juta. 

Aku memulai pekerjaanku. Hal pertama yang ku lakukan adalah membersihkan tiap jaring laba-laba yang ku temukan. Lanjut ke bersih-bersih rak dan yang terakhir menyapu seluruh debu di lantai ke luar ruko. Aku juga merapikan beberapa rak-rak yang miring dan mengumpulkan barang-barang jualan yang sudah lama tertinggal di satu tempat. Aku membersihkan ruko ini berjam-jam hingga sore hari telah tiba tanpa aku sadari.

Sekarang seharusnya aku sudah mengunci semua pintu ruko dan pergi pulang ke rumah. Namun hujan masih turun deras sejak tadi siang. Cuaca dan jalan tidak memungkinkan ku untuk pulang mengendarai motor. Aku memutuskan untuk menunggu di dalam ruko di dekat pintu. Petir menyambar berkali-kali bahkan salah satu nya membuat dinding ruko ini bergetar.

Bang!

Kali ini bukan petir. Dari dalam ruko terdengar suara yang sangat keras seperti besi terbanting. 

"Apakah ada rak yang jatuh?" Pikirku.

 Aku berjalan ke arah suara tersebut untuk memeriksa. Suara petir masih menggelegar di langit. Aku berkeliling di lantai satu dan hanya menemukan rak-rak masih berdiri kokoh. Suara tersebut berasal dari lantai ini, tapi aku tidak menemukan apapun.

Saat hendak berjalan ke pintu keluar, aku menemukan sebuah tangga yang menuju ke bawah. Di ujung tangga tersebut terdapat sebuah pintu besi. Aneh. Selama aku bersih-bersih tadi, aku tidak melihat ada tangga ini. 

Aku mendekati pintu tersebut dan membukanya. Tidak terkunci, seperti pintu-pintu lain di ruko ini. Ruangan tersebut gelap gulita. Aku meraba-raba ke tembok untuk menekan saklar. 

Klik. 

Lampu berkedip-kedip dan menyala. Ruangan tersebut cukup kosong dan tidak terlalu luas. Hanya ada dua rak di kiri dan kanan ruangan, juga pintu besi lain di ujungnya. Kedua rak masih berdiri utuh. Jadi suara bantingan tersebut pasti berasal dari pintu lainnya.

Aku mencoba untuk membuka pintu satunya. Terkunci. Aku mencoba untuk membuka nya dengan kunci yang diberikan pak Toga, namun tidak ada yang cocok. Sudahlah, mungkin di dalam hanya ada rak-rak lain dan seekor tikus menyenggolnya. Lagi pula pak Toga melarangku untuk masuk ke ruangan yang tidak bisa dibuka.

Saat berbalik arah terdengar suara ketukan pintu. Aku langsung menoleh, hawa ruangan ini seketika berubah menjadi dingin. Aku berpikir kalau suara itu hanya imajinasiku saja. Namun, suara ketukan terdengar kembali.

Tuk. Tuk. Tuk.

"Siapa disana!"

Tidak ada jawaban. Aku memberanikan diri untuk mendekat. Kemudian mengintip dari lubang pintu kunci. Ruangan lain yang persis dengan ruangan ini terlihat. Lampunya menyala, namun tidak ada apa-apa. Aku lelah, pikirku. Aku berbalik arah lagi.

Tuk. Tuk. Tuk.

Kali ini kakiku gemetar. Aku langsung mendekati pintu itu lagi. Rambut tangan ku berdiri dan perutku mulai terasa tidak enak. Aku memberanikan diri untuk melihat kembali kedalam.

Aku melihat seorang pria berkemeja putih. Ia sedang menunduk di depan pintu besi yang ada di ujung ruangan tersebut. Persis seperti apa yang kulakukan. Aku berhenti melihat kedalam, dan menoleh ke bawah. Kebetulan yang aneh. Aku juga mengenakan pakaian yang sama. Aku melihat sekali lagi ke dalam dengan bibir bergetar. Aku masih melihat pria tersebut melakukan hal yang sama. Namun kali ini, terdapat seorang perempuan tinggi berambut panjang hingga lantai berdiri di belakangnya. Pakaian nya putih dan dipenuhi bercak merah.

Suara nafas terdengar dibelakangku. 

"Apakah kamu mau harta?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Brighella

Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun