Sari mencoba menenangkannya, "Tenang aja mas, kan aku bawa Jamu Tolak Angin Sido Muncul."
Sejak kecil, Sari sudah akrab dengan aroma khas Tolak Angin Sido Muncul, jamu herbal yang menjadi warisan tradisi kesehatan dari sang ibu. Perpaduan buah adas, kayu ules, daun cengkeh, jahe, daun mint, dan madu dalam jamu ini tak hanya menyegarkan, tetapi juga bermanfaat untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan seperti masuk angin, mabuk perjalanan, dan kelelahan. Kebiasaan ini pun ingin diwariskan Sari kepada anak-anaknya, Budi dan Anton.
Sari segera memberikan obat tersebut setengah sachet kepada Anton, mencampurnya dengan air hangat dari botol termos yang dia bawa. Perlu diingat dosis untuk anak 2-6 tahun, setengah sachet di campur setengah air hangat sedangkan dewasa 1 sachet, di minum tiga kali sehari. Jamu ini, walaupun alami, tetap harus dikonsumsi dengan bijak.
Setelah sekitar lima menit, Sari melihat perubahan pada Anton. Wajahnya yang tadinya pucat pasi kini tampak lebih segar, dan keringat dingin yang membasahi dahinya pun mulai mereda. Demamnya pun mulai mereda, dan Anton yang tadinya murung dan hanya bisa terbaring di pangkuan Sari, kini sudah bangkit dan mulai tertarik untuk bermain di pantai.
"Yuk, Anton, ikut main sama Abang!" ajak Budi dengan semangat, mengulurkan tangannya ke Anton.
Anton pun menyambut ajakan Budi dengan senyuman lebar, dan mereka berdua berlari ke arah ombak yang menari-nari di tepi pantai.
"Ehh, hati-hati nanti jatuh lho!" ujar Sari dengan nada lembut dan penuh perhatian, sambil mengawasi tingkah laku dua putranya.
"Ikutan yuk Bun, kita gak boleh kalah sama anak-anak!" ajak Mas Danil sambil mengulurkan tangannya kepada Sari. Sari pun menyambut ajakan Mas Danil dengan senyuman hangat, dan mereka berdua berjalan ke arah Budi dan Anton yang sedang asyik bermain pasir.
Akhirnya, kebahagiaan kembali menyelimuti keluarga kecil ini. Khawatir dan kecemasan yang sempat melanda Sari karena kondisi Anton kini telah sirna, digantikan oleh tawa dan keceriaan yang mewarnai momen indah mereka di Pantai Parangtritis.
Mereka bermain pasir, membangun istana pasir yang megah, dan berlarian mengejar ombak yang datang. Sesekali, mereka berenang di tepi pantai, merasakan kesegaran air laut yang membasahi tubuh mereka. Tawa dan canda mereka berpadu dengan deburan ombak dan suara angin laut, menciptakan simfoni alam yang merdu dan menenangkan.
Sari tak lupa mengabadikan momen-momen indah ini dengan kameranya. Setiap senyuman, tawa, dan kebersamaan mereka di pantai ini ingin Sari simpan dalam kenangan. Ia ingin momen indah ini menjadi pengingat bagi mereka tentang arti kebahagiaan dan rasa syukur atas kebersamaan keluarga yang selalu ada.