Mohon tunggu...
Markhafa Anindira
Markhafa Anindira Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Sabar dan bersyukur

Ingin jadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kelola Hidup Secara Syar'i

20 September 2021   06:13 Diperbarui: 20 September 2021   06:15 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terkadang saya atau mungkin juga anda,  heran dan bingung ketika jajan dengan harganya yang murah.  Ditempat lain ada juga makanan yang dibanderol sangat mahal.  Ada yang bilang karena pajaknya,  ada juga yang bilang karena tempatnya.  Ditempat yang ramai banyak pengunjung terutama anak-anak jajanan pasti mahal.  

Di kampung tempat saya tinggal ada tempat jajan yang konsisten dengan harga lama. Dengan naiknya semua harga bahan makanan tak membuat mereka menaikkan harga dagangannya.  Mereka hanya mengubah ukuran dagangannya menjadi sedikit lebih kecil dari sebelumnya.  Tapi walaupun ukurannya diubah tetap saja menurut saya murah. Ada yang pernah bertanya pada saya apakah mereka mendapat keuntungan berdagang dengan harga murah seperti itu. 

Di tempat lain seperti contohnya di puskesmas  para pedagang mematok harga dengan sangat mahal.  Contoh harga susu yang di pasar harganya hanya Rp3000 atau Rp4000, mereka menjualnya dengan harga Rp7000.  Mereka mengambil keuntungan begitu besar dari tiap dagangannya. Mereka memanfaatkan keadaan yang ada di Puskesmas yang terdapat banyak anak-anak untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Ada yang bilang ada orang sakit malah dimanfaatkan.

Kembali ke awal pertanyaan apakah mereka yang menjual dagangan mereka dengan harga murah itu mendapatkan keuntungan? Ya keuntung secara materi mungkin hanya sedikit. 

Tapi mereka niatnya mencari rezeki.  Allah itu akan melancarkan rezeki pada mereka yang berusaha. Rezeki itu bukan soal keuntungan semata. Rezeki bisa datang dari mana saja dalam bentuk apa saja.  

Bisa dalam bentuk kesehatan,  banyak teman dan saudara. Dengan menjual dagangan dengan harga murah itu bukankah mereka mempertahankan pelanggan agar tak pindah ke tempat lain. Dengan begitu mereka juga menjaga tali tali silaturahim dengan para pelanggan. 

Mereka juga mendapat banyak saudara dari para pelanggannya. Mereka juga menolong masyarakat yang uangnya pas-pasan tetap bisa menikmati dagangannya. Menjaga tali silaturahim,  menolong orang kan termasuk amal yang bisa melancarkan rezeki. 

Ilmu Allah dan ilmu bisnis sangat berbeda. Ilmu Allah sangat luas,  ilmu bisnis mengutamakan keuntungan yang bersifat materi.  Bukankah Rasulullah saw berdagang Memberitahukan kepada calon pembeli berapa modalnya. Dan mempersilakan kepada calon pembelinya yang menentukan keuntungannya.

Seorang tetengga saya juga menjalankan kehidupan rumah tangganya sangat sederhana. Gaji suaminya tak sampai 1juta per bulan karena pandemi.  Kadang suaminya mendapt panggilan disuruh membersihkan rumah,  kos,  pasang antena.  

Selagi tak ada panggilan mereka membuat layangan untuk anak-anak.  Tapi mereka bisa makan sehari 3 kali,  anaknya juga bisa jajan, dan tak pernah berhutang sana sini.  Ketika saya bertanya bagaimana mengelolanya.  

Dia hanya menjawab cukup menjadi orang muslim dan bertaqwa pada keyakinan kita. Dan juga mencari ridha Allah

Saya cari di google pencarian arti kata muslim sendiri menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah.  Bertaqwa artinya menjalankan perintah dan menjauhi larangannya.  Dan mencari ridhla Allah sendiri berari melakukan segala perbuatan yang membuat Allah Ridhla atau menyukai kita. 

Sekian tulisan dari saya semoga bermanfaat. Mohon maaf jika banyak kata yang kurang berkenan.  Kesempurnaan hanya milik Allah,  kesalahan datang dari jari jemari saya dan buah pikiran saya

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun