Terkadang saya atau mungkin juga anda, Â heran dan bingung ketika jajan dengan harganya yang murah. Â Ditempat lain ada juga makanan yang dibanderol sangat mahal. Â Ada yang bilang karena pajaknya, Â ada juga yang bilang karena tempatnya. Â Ditempat yang ramai banyak pengunjung terutama anak-anak jajanan pasti mahal. Â
Di kampung tempat saya tinggal ada tempat jajan yang konsisten dengan harga lama. Dengan naiknya semua harga bahan makanan tak membuat mereka menaikkan harga dagangannya. Â Mereka hanya mengubah ukuran dagangannya menjadi sedikit lebih kecil dari sebelumnya. Â Tapi walaupun ukurannya diubah tetap saja menurut saya murah. Ada yang pernah bertanya pada saya apakah mereka mendapat keuntungan berdagang dengan harga murah seperti itu.Â
Di tempat lain seperti contohnya di puskesmas  para pedagang mematok harga dengan sangat mahal.  Contoh harga susu yang di pasar harganya hanya Rp3000 atau Rp4000, mereka menjualnya dengan harga Rp7000.  Mereka mengambil keuntungan begitu besar dari tiap dagangannya. Mereka memanfaatkan keadaan yang ada di Puskesmas yang terdapat banyak anak-anak untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Ada yang bilang ada orang sakit malah dimanfaatkan.
Kembali ke awal pertanyaan apakah mereka yang menjual dagangan mereka dengan harga murah itu mendapatkan keuntungan? Ya keuntung secara materi mungkin hanya sedikit.Â
Tapi mereka niatnya mencari rezeki. Â Allah itu akan melancarkan rezeki pada mereka yang berusaha. Rezeki itu bukan soal keuntungan semata. Rezeki bisa datang dari mana saja dalam bentuk apa saja. Â
Bisa dalam bentuk kesehatan, Â banyak teman dan saudara. Dengan menjual dagangan dengan harga murah itu bukankah mereka mempertahankan pelanggan agar tak pindah ke tempat lain. Dengan begitu mereka juga menjaga tali tali silaturahim dengan para pelanggan.Â
Mereka juga mendapat banyak saudara dari para pelanggannya. Mereka juga menolong masyarakat yang uangnya pas-pasan tetap bisa menikmati dagangannya. Menjaga tali silaturahim, Â menolong orang kan termasuk amal yang bisa melancarkan rezeki.Â
Ilmu Allah dan ilmu bisnis sangat berbeda. Ilmu Allah sangat luas, Â ilmu bisnis mengutamakan keuntungan yang bersifat materi. Â Bukankah Rasulullah saw berdagang Memberitahukan kepada calon pembeli berapa modalnya. Dan mempersilakan kepada calon pembelinya yang menentukan keuntungannya.
Seorang tetengga saya juga menjalankan kehidupan rumah tangganya sangat sederhana. Gaji suaminya tak sampai 1juta per bulan karena pandemi. Â Kadang suaminya mendapt panggilan disuruh membersihkan rumah, Â kos, Â pasang antena. Â
Selagi tak ada panggilan mereka membuat layangan untuk anak-anak. Â Tapi mereka bisa makan sehari 3 kali, Â anaknya juga bisa jajan, dan tak pernah berhutang sana sini. Â Ketika saya bertanya bagaimana mengelolanya. Â
Dia hanya menjawab cukup menjadi orang muslim dan bertaqwa pada keyakinan kita. Dan juga mencari ridha Allah