Dari ungkapan itu ada pelajarannya yg bisa kita ambil terutama dalam sebuah keluarga.
Setiap keluarga sebetulnya selalu ada masalah, itu untuk pembelajaran para anggota keluarga, bagaimana keluarga itu menyelesaikannya.
Kalau masalah itu dimaknai sebagai ujian.. bila bisa diselesaikan dengan baik, maka keluarga itu..atau individu2 didalam keluarga itu telah naik derajat karena telah lulus menempuh ujian…
Bagaimana setiap individu itu belajar untuk menyelesaikannya…
Sebaliknya..apabila setiap individu dlm keluarga itu tidak belajar terhadap suatu masalah…maka dia belum lulus…dan pasti akan diberi soal ujian yang sama.
Nah masalah itu sebaiknya jangan dihindari…disangkal..diabaikan…dipendam…karena lama2 akan robek juga.
Yang perlu diperhatikan, justru robeknya itu disisi terlemah dlm setiap keluarga, yaitu anak, terutama anak terkecil, meskipun dia tidak berdosa.
(Ini juga berlalu untuk badan kita sendiri, organisasi, perusahaan, komunitas, suku, negara, atau bahkan alam sekalipun)
Jadi.. Kalau anak terkecil dlm keluarga kok sering bermasalah itu artinya orang tuanya belum belajar.
Masalah anak kecil tu bisa bengal, sulit dikendalikan, melawan, mogok sekolah, atau sakit gak sembuh2.
Itu bahan orang tuanya untuk belajar.
Orang tua seharusnya sadar dirinyalah sumber utama dari masalah itu.
(Ingat pelajaran kemaren, semakin tua akan semakin banyak kotoran persepsi negatif yg menempel).
Terus sebagai orang tua apa yg harus kita lakukan ?
1. Sadari kalau kita punya masalah
2. Terima kalau kita punya masalah, jangan disangkal, jangan diabaikan, jangan dipendam.
3. Niatkan untuk memberesi masalah.