Tentang Implementasi Kurikulum Merdeka
Sejak awal Tahun Pelajaran 2022/2023, para guru dan kepala sekolah/madrasah dihebohkan dengan tuntutan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Meskipun Kurikulum Merdeka masih bersifat opsional, namun pemerintah mendorong setiap sekolah/madrasah untuk menjadi pilot project pelaksanaan IKM.Â
Implementasi kurikulum Merdeka (IKM) berfungsi sebagai bentuk fasilitasi Pemerintah dalam hal ini Kemendikbudristek melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan yang ditujukan kepada Ibu bapak guru, para kepala sekolah, kepala madrasah, dan kepala PKBM dalam mempersiapkan keterlibatannya pada Kurikulum Merdeka pada tahun 2023 dan tahun-tahun berikutnya. Tujuan akhirnya adalah untuk lebih memahami Implementasi Kurikulum Merdeka.
Meskipun masih terjadi perdebatan terkait tentang kecenderungan kurikulum merdeka yang "katanya" semakin tidak jelas ujung pangkalnya, namun secara tegas menyatakan bahwa Kurikulum Merdeka membawa spirit (value added) berupa "kemampuan mandiri dan reflektif dalam pembelajaran".
Narasi di atas mengandung dua Frasa kunci: kemampuan mandiri dan Refleksi pembelajaran. Lalu, siapa yang berkewajiban untuk memiliki kemampuan mandiri dan reflektif? tentu saja para guru dan sekolah/madrasah. Mengapa demikian? Karena para guru adalah ujung tombak yang mengimplementasikan kurikulum merdeka. Sementara pihak sekolah/madrasah adalah pihak satuan pendidikan yang lebih berfungsi sebagai manajemen implementasi kurikulum merdeka.
Proses pembelajaran dalam kurikulum merdeka dimaksudkan agar terciptanya pembelajaran holistik dan kontekstual. Pendidikan holistik adalah pendidikan yang mengembangkan seluruh potensi peserta didik secara selaras, meliputi potensi intelektual, emosional, fisik, sosial, estetika, dan spiritual. Maka pembelajaran holistik adalah pembelajaran yang didesain untuk mencapai tujuan penyelarasan seluruh potensi peserta didik.
Secara etimologis, holistik berarti menyeluruh, komprehensif, paripurna dan nir cacat dan berorientasi pada tujuan dan hasil belajar yang mengembangkan bakat dan minat. Ungkapan holistik secara inheren berarti menyeluruh atau mencakup sederet kriteria. Pendekatan Holistik ini menggunakan unsur kognitif (proses berpikir), afeksi (sikap), dan perilaku manusia secara utuh.
Sebagai organisme sosial, manusia tidak akan pernah bisa bertahan hidup tanpa bantuan orang lain. Namun, itu juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka tumbuh. Manusia tidak akan pernah terlepas dari Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu siswa mencapai potensinya dalam lingkungan belajar mengajar yang lebih menyenangkan, tidak membosankan, mengasyikkan, menggembirakan, demokratis, dan manusiawi melalui interaksi atau sosialisasi siswa dengan lingkungannya.
Siswa seharusnya menjadi diri mereka sendiri melalui pendidikan holistik, yang mencakup memperoleh kemandirian psikologis, belajar bagaimana dan sesuai dengan apa yang mereka inginkan, dan memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang baik dan tepat.
Adapun Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat diartikan sebagai konsep pembelajaran dimana siswa didorong untuk menarik kaitan antara apa yang telah mereka pelajari di kelas dan peran mereka sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat, dan warga negara melalui penggunaan konsep pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning).Â
Goal dari pembelajaran  holistik dan kontekstual adalah untuk menjamin kebermaknaan pembelajaran bagi siswa. Pembelajaran bermakna (meaningful teaching and learning). Apa yang perlu diketahui siswa untuk menjadikan pembelajaran mereka bermakna adalah informasi tentang apa yang akan mereka peroleh dari proses tersebut. Siswa akan dapat menggunakan keunggulan ini dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Tentang Komunitas Belajar Guru
Guru harus cukup kompeten untuk mengakomodasi berbagai tingkat kecerdasan dan keterampilan siswa. Kewajiban guru tetap mengharuskan terlibat dalam percakapan ilmiah dan bekerja sama dengan sesama guru. Agar perasaan dalam kelompok semua orang selaras dengan visi kolektif dan mendorong semua orang untuk bertindak. Di sini, pendidik dapat berbagi ide dan berkolaborasi dalam pelajaran di hadapan sesama guru. Akibatnya, pendidik berada dalam posisi untuk memotivasi guru lain untuk terlibat dalam praktek pedagogis konstruktif dalam komunitas belajar.Â
Alasan yang paling masuk akal adalah bahwa tugas berat guru untuk menciptakan belajar yang ideal adalah salah satu yang menginspirasi siswa untuk bekerja keras menuju tujuan mereka untuk menguasai materi pelajaran. Siswa lebih mungkin untuk berhasil secara akademis ketika mereka melepaskan diri dari norma-norma komunitas mereka tentang kegiatan belajar yang mereka sukai.Â
Learning Community siswa membutuhkan guru yang kompeten, mau belajar, dan terus belajar melalui pengalaman keterampilan pembelajarannya. Bagaimana mungkin seorang guru dapat menjadi pengajar dan pendidik yang baik ketika dirinya tidak pernah mau belajar dari pengalaman pembelajarannya?
Memaksimalkan Fungsi MGMP untuk terciptanya Teacher's Learning Community
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), selama ini dipandang belum menunjukkan peran dan fungsinya yang maksimal terkait pengembangan diri guru. Guru peserta MGMP masih sering ketahuan melakukan D3P (Datang, Duduk, Dengar, Pulang). Jika kondisi ini terus berlanjut, dapat diduga, mau MGMP setiap hari pun tidak akan pernah membuahkan apa-apa.Â
Memang sulit untuk mengubah paradigma atau mindset para guru tentang MGMP. Tapi jika tidak dimulai dari sekarang, lalu kapan lagi? Seharusnya MGMP itu berperan sebagai Teacher's Learning Community (TLC).Â
TLC itu apa? TLC itu didasarkan pada filosofi Education Learning Community (ELC), yaitu komunitas belajar di mana semua anggota memperoleh ide-ide baru dan menerima tanggung jawab untuk membuat organisasi berjalan. Tugas pemimpin pendidikan adalah mengubah tujuan organisasi sehingga pembelajaran dihargai untuk semua peserta.
Maka, TLC adalah komunitas praktik di mana sekelompok guru dari berbagai disiplin ilmu (atau setidaknya dari satu disiplin ilmu yang sama) bertemu secara teratur untuk membahas topik-topik yang menjadi minat bersama dan untuk belajar bersama bagaimana meningkatkan pengajaran dan pembelajaran.
Pendekatan ini selaras dengan pendekatan profesional kolaboratif (collaborative professional approach). Berdasarkan bukti ekstensif bahwa komunitas pembelajaran guru berbasis sekolah meningkatkan hasil belajar siswa. Â Agenda utamanya untuk mengembangkan dan mempertahankan budaya profesional kolaboratif.Â
McLaughlin dan Talbert-cendekiawan terkemuka tentang perubahan sekolah dan konteks pengajaran-memberikan pandangan mendalam tentang proses, sumber daya, dan strategi sistem yang diperlukan untuk membangun komunitas belajar guru berbasis sekolah yang dinamis.
Buku mereka berjudul "Building School-based Teacher Learning Communities: Professional Strategies to Improve Student Achievement (2006)", menawarkan cetak biru yang menarik dan aplikatif, buku ini: melihat secara komprehensif masalah peningkatan kualitas pengajaran di seluruh Amerika Serikat, berdasarkan bukti dan contoh dari penelitian penulis selama hampir dua dekade; mendemonstrasikan bagaimana dan mengapa komunitas belajar guru berbasis sekolah merupakan persyaratan pokok untuk pengajaran yang lebih baik; menguraikan sumber daya dan dukungan yang diperlukan untuk membangun dan mempertahankan komunitas profesional guru berbasis sekolah jangka panjang; membahas sifat pengembangan profesional berkualitas tinggi untuk mendukung pembelajaran dan perubahan dalam pengajaran; dan merinci peran dan tanggung jawab pembuat kebijakan di semua tingkatan sistem sekolah.
Buku tersebut mengungkap segudang argumentasi atas betapa pentingnya TLC bagi guru. Diantara poin-poin kunci dalam buku tersebut antara lain:Â
1. Belajar untuk meningkatkan prestasi siswa
2. Tantangan membudayakan kembali sekolah menjadi komunitas belajar
3. Mengembangkan komunitas praktik di sekolah
4. Pengembangan profesional dalam mendukung komunitas belajar guru
5. Komunitas belajar guru dan konteks yang lebih luas
6. Setiap orang adalah pembelajar: tantangan dan praktik yang menjanjikan
7. Sistem pembelajaran lokal untuk mendukung komunitas belajar guru
Guru Belajar dalam Komunitas Belajar dengan Teman Sebaya untuk meningkatkan prestasi siswa
Guru harus belajar bagaimana pendekatan paling relevan untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan konteks kelas, sekolah/madrasah masing-masing. Diantara pendekatan yang harus dilakukan guru menurut Teach & Kids Learn (2017) adalah:Â
1. Membangun iklim saling menghormati;
2. Menetapkan harapan yang tinggi dan jelas untuk pekerjaan yang berkualitas;
3. Bersikeras pada kualitas tinggi dengan meminta siswa memperbaiki cara belajar mereka;
4. Mengajak siswa untuk membaca dua kali lebih banyak setiap hari;
5. Mengajak siswa untuk menulis dua kali lebih banyak setiap hari;
6. Menetapkan budaya belajar berbasis bukti dan justifikasi yang rasional dan ilmiah;
7. Perkenalkan dan diskusikan setidaknya satu "kata penguat" baru setiap hari;
8. Mintalah siswa berpikir dengan angka setiap hari;
9. Maksimalkan persentase waktu semua siswa untuk terlibat dalam setiap materi pelajaran;
10. Saat memperkenalkan konsep atau keterampilan baru yang penting, pastikan semua orang mengerti sebelum melanjutkan.
Kesimpulan
Mengapa guru harus membentuk komunitas Belajar?Â
1. Karena melalui Komunitas Belajar Guru (KBG) atau Teacher's Learning Community (TLC) dapat menjadi tempat berbagi pengalaman pembelajaran mereka masing-masing.Â
2. Pengalaman sukses dan gagal setiap guru akan menjadi pelajaran berharga bagi semua guru.Â
3. Guru berkesempatan untuk memperdalam pengetahuan kolektif.Â
4. Guru dapat mengembangkan dirinya untuk belajar kepemimpinan terdistribusi.Â
5. Cakupan KBG memungkinkan untuk menawarkan berbagai peran kepemimpinan dan peluang pengembangan keterampilan.
6. Mempercepat kemajuan dalam inovasi dan peningkatan mutu pembelajaran menuju dampak dalam skala besar bagi siswa
Referensi:
1. McLaughlin, Milbrey Wallin & Talbert, Joan E. (2006). Building School-based Teacher Learning Communities: Professional Strategies to Improve Student Achievement. Teachers College Press
2. Tantomas U.P., Aris. Peran Guru dalam Komunitas Belajar. Jurnal Ilmiah Pro Guru. Vol 7, No 3 (2021) http://journal2.um.ac.id/index.php/jipg/article/view/23660
3. Kurikulum Merdeka. Merdeka Belajar Episode 15. https://kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id/
4. https://www.teachnkidslearn.com/10-strategies-dramatically-improve-student-achievement/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H