Mohon tunggu...
Marjuni
Marjuni Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Pelaku Pendidikan Islam

Fokus pada Manajemen Pendidikan Islam, Branding Strategy Lembaga Pendidikan Islam, Marketing Lembaga Pendidikan Islam, Kajian Pesantren, Kajian Pemikiran Pendidikan Islam

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hukuman Mati: Antara Absurdisme dan Nihilisme

15 Februari 2023   00:22 Diperbarui: 15 Februari 2023   00:28 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori nihilisme, adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa seseorang menganggap hidup tidak berarti dan apa yang telah ditentukan dalam masyarakat tidak memiliki dasar apa pun. Nihilisme sering dikaitkan dengan pesimisme ekstrem dan skeptisisme radikal yang mengutuk eksistensialisme.

Berbeda dengan absurdisme yang biasa diidentikkan dengan filsuf Prancis Albert Camus, dan nihilisme yang biasanya dikaitkan dengan nama filsuf "pembunuh Tuhan", Fredrick Nietzche, memiliki perbedaan mendasar. Secara garis besar, mereka berdua berdebat untuk hal yang sama: bahwa kehidupan di dunia nyata sebagian besar tidak berarti dan tanpa tujuan (atau mungkin tidak bertujuan sama sekali). Segala sesuatu yang diketahui seseorang tentang dunia dan dirinya sendiri didasarkan pada apa yang telah dia lihat, dengar, dan pikirkan sejak dia masih kecil.

Nihilisme, meskipun Friedrich Nietzsche, bukan pencetus aliran filsafat nihilisme, karena terdapat beberapa aliran nihilisme, yaitu, nihilisme metafisik, nihilisme moral, nihilisme parsial, dan nihilisme eksistensial. Friedrich Nietzsche lebih terkenal dengan nihilisme eksistensial. Menurut Nietzche, bahwa kehidupan ini berjalan tanpa makna dan tidak memiliki nilai yang tersirat sama sekali. Munculnya makna dan nilai yang tersirat dalam hidup adalah karena asumsi manusia yang menganggap adanya “Yang lebih dan Maha Sempurna” di luar dirinya. Padahal seluruh manusia dan spesies apapun di alam semesta ini tidak bermakna (signifikan), bahkan tidak bernilai apapun dan tidak bertujuan apapun.

Di Eropa, Nietzsche, memiliki sebutan “Sang Pembunuh Tuhan”. Nietzsche beranggapan bahwa “makna hidup” dan “nilai” yang tersirat dari hidup dan kehidupan manusia itu turun dari Tuhan. Sangat mungkin jika sesorang putus asa akibat tekanan hidup yang hebat akibat kekurangan penghasilan, dan masalah kehidupan lainnya, maka ia berpotensi untuk meniadakan eksistensi Tuhan atau justru beranggapan bahwa Tuhan telah meninggalkan dirinya.

Menurut Nietszche, kita dan semua makhluk hidup lainnya di bumi sebenarnya tidak ada artinya. Oleh karena itu, "pemberi makna" harus "dibunuh" dari kesadaran kita agar kita tidak menganggap diri kita lebih penting dan bermakna daripada sang “pemberi makna”. Karena kita berasumsi bahwa tangan yang tidak terlihat akan membantu kita. Manusia ditekan untuk tidak berjuang dan mengatasi semua masalah yang kita hadapi akibat banyak aturan norma dan nilai yang syarat makna. Artinya pasrahkan saja makna hidup ini diberikan makna oleh sang pemilik makna, entoh, meskipun kita berupaya mencari makna hidup, ujungnya kita sendiri ini tidak ada makna.

Ketika seseorang kehilangan kepercayaan akan pentingnya hidup, rasa sakit, dan "kehadiran kita" di bumi, nihilisme akan terbentuk. Ketika segala sesuatu tampak tidak berarti dan tidak berguna, nihilisme akan terwujud. Dalam keadaan seperti itu, dogma-dogma tertentu hanya akan menghasilkan individu-individu yang depresi, stress, dan terkungkung.

Menurut Nietzsche, solusinya adalah nihilisme aktif. Nihilis aktif adalah mereka yang membongkar cita-cita "salah" yang diciptakan oleh orang dahulu dan membangun interpretasi makna dan keyakinan subyektif kita sendiri. Neitzche membandingkan ini dengan pematung yang membuat patung dari batu atau kayu. Para pematung tidak pernah berpandangan pada gambar dan atau visualisasi apapun sebelumnya, kecuali ia hanya akan mengikuti fantasi subyektifnya untuk membuahkan sebuah karya seni. Karena setiap pematung (seniman) tentu memiliki “keunikan” sendiri yang terbebas dari keunikan orang lain.

Antitesis dari nihilisme aktif adalah nihilisme pasif, yang mengacu pada individu yang menyerah dan menginginkan kehampaan (bunuh diri). Nihilis aktif tidak takut pada kenyataan karena mereka tidak percaya pada apapun. Dengan cara ini, mereka dapat dengan bebas memilih tindakan masa depan mereka. Sebagai nihilis pasif, mereka akan dikuasai oleh kesadaran bahwa hidup sebenarnya tidak ada gunanya, sehingga mereka cenderung untuk tidak mau melakukan apapun.

Pada abad ke-20, karya-karya Nietzsche tentang nihilisme aktif memengaruhi gerakan eksistensialis Prancis. Tokoh-tokoh besar seperti Jean-Paul Sartre, Simon de Beauvoir, dan Albert Camus menanggapi karya tersebut, sehingga melahirkan gagasan-gagasan lanjutan dalam "napas" yang sama. Jadi, pemikiran Albert Camus tentang Absurditas itu hakikatnya adalah respon terhadap pemikiran  Nietzsche.

Pelajaran Berharga atas Vonis Hukuman Mati Perspektif Absurdisme dan Nihilisme Aktif

1. Perspektif Absurdisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun