Mohon tunggu...
Marjuni
Marjuni Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Pelaku Pendidikan Islam

Fokus pada Manajemen Pendidikan Islam, Branding Strategy Lembaga Pendidikan Islam, Marketing Lembaga Pendidikan Islam, Kajian Pesantren, Kajian Pemikiran Pendidikan Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Spirit KMA 347 Tahun 2022: Apa yang diharapkan dari Madrasah?

11 Februari 2023   04:11 Diperbarui: 13 Februari 2023   19:16 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Posisi Pendidikan di era Society 5.0

           Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa arus yang drastis baik dalam kehidupan masyarakat maupun dalam dunia industri. Transformasi digital yang menciptakan tatanan baru dalam kehidupan telah mempengaruhi regulasi di berbagai negara. Era Society 5.0 merupakan era dimana manusia hidup berdampingan dengan teknologi. Kita telah hidup di era baru di mana globalisasi dan evolusi pesat teknologi digital seperti Kecerdasan Buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan robotika membawa perubahan signifikan bagi masyarakat.

           Era disrupsi telah membuat perubahan yang sangat mendasar pada sektor kehidupan. Di era Society 5.0 segala aspek kehidupan terkait dengan teknologi, hal ini membuat manusia harus berpikir kritis dan mampu beradaptasi serta berinovasi. Kehadiran era baru ini diharapkan manusia dapat terus mengembangkan diri di saat teknologi berkembang pesat. Tentunya, pendidikan juga harus bertransformasi di era Society 5.0. Pendekatan bakat dan minat Indonesia merupakan salah satu teknik pembelajaran yang disebutkan dalam kurikulum Merdeka. Sesuai dengan bidang yang diminati, para siswa dapat memilih disiplin ilmu yang ingin dipelajari.

            Dalam hal ini dunia pendidikan memiliki peran penting, diharapkan di tempat-tempat terpencil atau desa untuk mengatasi kesenjangan pelayanan dunia pendidikan dan teknologi harus diberikan kepada masyarakat luas. Society 5.0 yang terbentuk melalui data diharapkan mampu menjadi jembatan dalam mengatasi kesenjangan di dunia pendidikan. Bukan sebaliknya, justru memperluas kesenjangan pendidikan akibat relasi kuasa pendidikan dengan teknologi digital.

            Di era Society 5.0, siswa tidak hanya harus dibekali dengan pemikiran kritis, tetapi juga analisis dan kreasi (kreatif), Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau cara berpikir tingkat tinggi merupakan terobosan dalam menemukan konsep pengetahuan yang tepat dengan cara praktek langsung dan merasakan bagaimana menghadapi masalah yang ada di lingkungan. Inquiry Learning, Discovery Learning, Project Based Learning, dan Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang akan mengubah kemampuan penalaran berpikir kritis.

           Pendidik dalam konteks ini tentunya harus memberikan arahan kepada siswa untuk menemukan masalah dan solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dalam hal ini harus diberikan wawasan tentang masalah-masalah universal, hal ini akan menambah pengetahuan baru bagi siswa. Di era Society 5.0, pendidik dan siswa tentunya tidak akan jauh dari ponsel dan laptop. Kedua perangkat ini tentunya menjadi salah satu aset penting dalam melaksanakan pembelajaran. Jaringan internet yang sangat mendukung tentunya menjadi support system dalam memaksimalkan hasil pembelajaran di era Society 5.0.

           KUMER, dipandang akan membuka peluang baru pada inovasi pembelajaran di madrasah dan sekolah. Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai bagian dari upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengatasi krisis pembelajaran yang berkepanjangan, yang diperburuk oleh pandemi. Tentu saja, mengubah kurikulum tidak akan menyelesaikan masalah sistem pendidikan dan krisis pembelajaran. Beragam upaya untuk memperkuat dan mendukung siswa, guru, orang tua, dan pendidik juga diperlukan. Padahal, kurikulum juga memegang peranan penting. Kurikulum memiliki pengaruh yang besar terhadap apa yang diajarkan oleh guru maupun hasil dari proses pembelajaran. Akibatnya, kurikulum yang dirancang dengan baik akan membuat pengajaran lebih mudah bagi guru sekaligus memberikan hasil yang baik bagi siswa. Disinilah KMA 347/2022 mengambil posisinya.

Di Indonesia, Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum baru. Kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat anak sejak dini dengan menekankan pada materi esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi siswa. Kurikulum Merdeka telah diadopsi oleh 2.500 sekolah percontohan dan berbagai institusi lainnya. Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ristek, Kurikulum Merdeka telah diterapkan di 143.265 sekolah hingga saat ini. Dalam rangka pemulihan pembelajaran pasca pandemi, Kurikulum Merdeka akan digunakan sebagai opsi tambahan terlebih dahulu selama tahun 2022-2024. Alhasil, sekolah dapat mulai menerapkan kurikulum baru ini secara bertahap sesuai dengan kesiapannya.

Kurikulum merdeka juga sangat sejalan dengan era society 5.0 karena didorong menciptakan pembelajaran yang tidak monoton dengan memaksa siswa mengambil pelajaran yang tidak mereka minati. Siswa dalam kurikulum merdeka ini dapat 'secara mandiri' memilih mata pelajaran yang ingin dipelajari berdasarkan minat dan bakatnya. Inilah yang dimaksud dengan konsep Freedom to Learn.

Kurikulum ini berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang juga menekankan strategi pembelajaran berbasis proyek. Siswa diminta untuk melakukan pengamatan, penelitian dan menganalisis masalah dalam konteks lokal mereka, dan memberikan solusi nyata untuk masalah tersebut sebagai bagian dari proyek ini. Artinya, siswa akan mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari melalui proyek atau studi kasus. Siswa dapat menjadi lebih kreatif dan inovatif dengan cara ini, menghasilkan pemahaman konsep yang lebih baik.

Untuk mempersiapkan diri menghadapi era society 5.0, siswa setingkat sekolah menengah pertama dituntut untuk mengambil mata pelajaran informatika dimana mereka tidak hanya belajar mengoperasikan komputer, tetapi juga berbagai landasan berpikir komputasional untuk memecahkan berbagai masalah di masa perkembangan teknologi. Akibatnya, siswa harus selalu melek teknologi dan mampu memanfaatkan teknologi dengan baik sebagai bentuk persiapan siswa menghadapi era yang serba digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun