Mohon tunggu...
Marjohan Usman
Marjohan Usman Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Saya seorang guru (SMAN 3 Batusangkar), penulis dan juga peduli pada pendidikan Buku saya : SCHOOL HEALING MENYEMBUHKAN PROBLEM SEKOLAH dan GENERASI MASA DEPAN

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ternyata Generasi Emas Itu Suka Meremehkan Tanah Air, Memuja Olah Raga Eropa dan Musik Korea Sangat Berlebihan

2 Juli 2015   12:05 Diperbarui: 2 Juli 2015   12:05 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ya memang benar bahwa Generasi Emas kita adalah penggemar music bangsa lain, terutama K-Pop, dan juga penggagum berat prestasi sepak bola bangsa Eropa”.

Di Eropa dan juga di Korea Selatan, mata pelajaran UN bagi kita seperti Matematika dan mata pelajaran Sains, atau mata pelajaran sosial yang diunggulkan sudah dianggap biasa-biasa saja. Mereka, terutama pemerintah, selalu mendorong untuk membentuk event Olah Raga dan Seni: lagu dan musik, sehingga berkembang dan sangat bergairah. Kini prestasi Olah Raga Eropa, dengan munculnya klub-klub bola bergengsi, dan kebijakan pemerintah Korea Selatan untuk menjadi seni menjadi industry telah menghasilkan industry sepak bola dan music Korea Pop yang sangat menggoncang dunia. Sehingga Generasi Emas juga ikut ikutan mengagumi dan mengidolaka mereka. Malah merasa malu dan gengsi dengan seni dan olah raga yang ada di negara mereka sendiri.

Liga-liga sepakbola Eropa selalu menjadi daya tarik bagi pesepak bola dari berbagai belahan dunia (https://mercusuarku.wordpress.com), karena menjanjikan kebesaran nama dan tentunya penghasilan yang bisa melimpah ruah. Seorang bintang bahkan dapat mencapai nilai transfer trilyunan rupiah. Ya, sepakbola telah menjadi sebuah industri hiburan – dan menempatkan para pemain bintang menjadi selebritis. Keberhasilan Eropa membuat sepakbola  menjadi ladang uang mengubah wajah cabang olah raga ini di seluruh dunia. Bagaimana dengan Indonesia?

Kita mungkin termasuk orang yang pesimis dengan perkembangan sepakbola nasional kita sendiri. Bayangkan, bangsa sebesar ini, dengan kesebelasan nasional dan team lokal yang pernah sanggup berbicara di pentas Asia (paling tidak), sekarang berada di titik nadir yang memilukan. Pemain asing yang didatangkan memang meramaikan persepakbolaan nasional – sebagai industri hiburan – namun tak kunjung mengangkat potensi pemain lokal menjadi kompetensi. Buktinya, dalam segala event internasional belakangan ini, team Indonesia selalu terpuruk.

“Karena mental berlatih dan bekerja keras dan juga semangat otodidak para atlit dan generasi muda memang sangat lemah. Pemerintah dan masyarakat mengagung-agungkan nilai akademik putra-putri mereka dan hanya berbasabasi saja untuk melahirkan pelajar untuk menjadi atlit kelas dunia, karena nilai otot/ keterampilan gerak otot masih dianggap sebagai prioritas kelas dua.

APA YANG HILANG dari pemain sepakbola kita? Kecerdasan, motivasi, nasionalisme, atau apa? Kenapa mereka sepertinya tidak malu selalu kalah? Hingga bisa ditebak – kalau tidak ada berita di televisi berarti kalah, tapi kalau menang pasti heboh. Atlit-atlit kita di masa lalu tidak diguyur dengan nilai gaji yang menggiurkan, tetapi dinding mereka kaya dengan medali, piagam penghargaan, dan foto kejuaraan. Bagaimana dengan atlit Indonesia sekarang?

Barangkali remaja Korea Selatan, tidak tergila gila lagi dengan mata pelajaran sains- tetapi dengan mata pelajaran kesenian: nyanyi dan usik karena pemerintah mereka mendorong dan memberi reward muncul industri seni: nyanyi dan usik K-Pop yang menggoncang dunia (http://korgpa5.blogspot.com/2013/10/anak-muda-lebih-suka-budaya-korea.html).

Perkembangan musik K-POP ke dunia In ternasional jelas sangat berpengaruh terhadap segala aspek permusikannya. Mulai dari jenis musiknya, packaging nya, gaya dance membawakannya dan masih banyak lagi. Demam K-Pop sepertinya mampu membuat banyak remaja Indonesia Ingin sekali bisa mengenal artis Korea idolanya lebih dekat lagi. Tak heran jika di Indonesia sendiri kita menemukan para K-Popers gemar meniru apapun yang sudah menjadi trand mark artis- artis Korea. Entah itu soal gaya bernyanyi, dance, hingga fashion yang mereka bawakan. Hingga banyak tabloid remaja yang mengulas soal profil mereka. Uniknya lagi para penggemar K-Pop pun kerap meniru gaya nge dance dan bernyanyi boyband dan girls band asal Korea tersebut. Hal ini jelas menunjukkan bahwa perkembangan musik K-POP ke Indonesia pada khususnya sangat mempengaruhi selera musik bangsa kita sendiri.

Tentu saja lewat mencintai budaya musik Korea yang berlebihan memberi dampak negative pada budaya sendiri. Yaitu seperti:

  1. Mengurangi rasa cinta terhadap musik Indonesia.
  2. Musik asli Indonesia lama kelamaan akan hilang.
  3. Membuat pergeseran budaya lokal.
  4. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya KPOP yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
  5. Tercampurnya kebudayaan dalam negeri dengan kebudayaan luar, khususnya permusikan itu sendiri.

Tidak ada yang salah kalau olah raga Eropa, seperti Sepakbola, dan budaya KPOP dari Korea juga ikut membuat generasi emas kita juga tergila gila, hingga hampir lupa atau telah melupakan identitas bangsa mereka sendiri. Kenapa tidak seorang anak Indonesia akan merasa bangga memakai baju kaos murahan asal di punggung mereka ada label “Club Sepak Bola Juventus”, dan merasa sangat malu memakai baju kaos berharga satu juta perak namun ada label “Club Sepakbola Nusantara”.

Memang banyak penyebabnya dan tidak dapat kita salahkan kalau “Ternyata Generasi Emas Itu Suka Meremehkan Tanah Air, Memuja Olah Raga Eropa dan Musik Korea Sangat Berlebihan. Penyebanya seperti:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun