Menulis menjadi salah satu hobi yang cukup menarik bagi sebagian orang, apalagi sekarang media digital menjadi alternative hiburan saat virus Covid-19 menyebar di Indonesia. Banyak penulis baru yang bergabung dalam platform media cerita online. Menurut Tarigan (dikutip Romi, 2014: 3) menulis dianggap sebagai keterampilan dalam berbahasa, menulis dapat digunakan secara tidak langsung atau tanpa melakukan pertemuan tatap muka dengan orang lain. Menulis dapat menghasikan berbagai jenis bahan bacaan, seperti bahan bacaan karya sastra contohnya puisi, cerpen, novel, buku fiksi dsb. Dalam artikel ini, penulis ingin membahas hasil tulisan berupa karya sastra berbentuk cerpen. Cerpen atau cerita pendek merupakan cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk. Tarigan (dikutip Hartati, 2017: 119) mengungkapkan bahwa cerpen memiliki jumlah kata dari 5000-10.000 kata, maksimal cerpen terdiri dari 33 halaman.Â
Dalam menulis cerpen, pengarang harus memperhatikan betul penulisan yang benar sesuai aturan dan panduam dalam PUEBI. Salah satu kesalahan yang umumnya sering dilakukan oleh pengarang tanpa disadari di antaranya kesalahan penulisan dalam huruf kapital dan tanda baca. Jika kesalahan ini terus dilakukan maka akan mempengaruhi kualitas cerpen. Bahkan, dapat mempengaruhi nada pembaca dalam membaca dan memahami isi cerpen. Untuk itulah, penulis ingin membahasnya salah satu cerita pendek Pembalasan Dendam karya Nugroho Notosusanto dalam Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian.
Pertama Penggunaan Huruf Kapital
"JONÂ dan Con anak kembar."
Pada pengawalan cerita, pengarang menuliskan "JON" menggunakan huruf kapital untuk ketiga huruf tersebut. Akan lebih baik, penulisan nama orang hanya menggunakan satu huruf kapital pada awal kata atau kalimat. Sehingga dapat dirubah menjadi Jon dan Con anak kembar.
Kedua Penggunaan Huruf Miring
"Kami bersepuluh sedang memandang daerah patroli "Tjiger Brigade"."
Pada kalimat di atas, seharusnya kata Tjiger Brigade menggunakan huruf cetak miring karena menuliskan unsur bahasa asing. sehingga dapat dirubah menjadi "Kami bersepuluh sedang memandang daerah patroli Tjiger Brigade."
"Waktu kita ke front Gombang dulu juga tidak ada apa-apa."
Pada dialog di atas, seperti contoh sebelumnya pengarang harusnya menuliskan unsur bahasa assing menggunakan huruf miring. Sehingga diubah menjadi "Waktu kita ke front Gombang dulu juga tidak ada apa-apa."
"Con dan partnernya yang membawa sten dan tempat peluru terbaring berdampingan."
Kalimat ini juga perlu diubah menjadi "Con dan partnernya yang membawa sten dan tempat peluru terbaring berdampingan.
Ketiga Penggunaan Tanda Baca
"Kami bersepuluh sedang memandang daerah patroli "Tjiger Brigade"."
Untuk penggunaan tanda petik dalam kalimat di atas sebenarnya tidak diperlukan karena kata yang mengandung unsur bahasa asing menggunakan huruf miring bukan tanda kutip dua.
 "Okey de! Dan Con pergi. Setelah kembali; "Nug, kamu dengar dari siapa, dua bersaudara tak boleh ada dalam satu pasukan?"
Pada dialog di atas juga lebih baik menggunakan koma untuk melanjutkan dialog. Sehingga diubah menjadi "Okey de! Dan Con pergi. Setelah kembali, "Nug, kamu dengar dari siapa, dua bersaudara tak boleh ada dalam satu pasukan?"
Dari pembahasan penulis di atas, pengarang tanpa sadar masih melakukan beberapa kesalahan penulisan dan tanda baca pada cerpen Pembalasan Dendam dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto. Kesalahan penulisan yang acapkali tanpa disadari dilakukan oleh pengarang dalam cerpen ini terdiri dari kesalahan penggunaan huruf kapital dan penggunaan huruf miring. Sedangkan kesalahan dalam penulisan tanda baca seperti penggunaan tanda petik dua (" ") dan tanda baca (;). Dalam penulisan terutama karya sastra, diperlukan ketepatan penggunaan PUEBI dan tanda baca agar cerpen yang dibaca dapat sesuai dengan apa yang diharapkan pengarang dan pembaca dapat memahami isi cerpen dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H