Mohon tunggu...
Siti Mariyam
Siti Mariyam Mohon Tunggu... Lainnya - (Pe)nulis

Siti Mariyam adalah gadis yang lahir di planet bumi pada tahun 1999 silam. Gadis yang lahir dan tinggal di Tangerang Selatan ini mulai tertarik dunia kepenulisan sejak akhir masa SMP. Dari mulai hobi menulis diary hingga membaca cerpen-cerpen di internet juga novel. Ia selalu mencatat setiap kata baru yang ditemuinya saat menonton film dan membaca untuk menambah kosa kata dalam menulis ceritanya nanti. Dari semua itu, telah lahir beberapa cerita yang bisa kamu nikmati di halaman Kompasiana pribadinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kakakku Idola Teman-temanku (Part 8)

29 Desember 2023   06:40 Diperbarui: 28 Februari 2024   11:09 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

             "Bu, kakak kok, belum pulang juga ya?" Aku berkata pada ibu yang tengah menonton TV sambil memandang luar melalui jendela menunggu kehadiran Kak Reno tiba di rumah. Padahal hari sudah mau gelap, tapi ia belum juga sampai.

            "Kakak kena macet di jalan mungkin? Nanti juga kakak pulang," ibu menjawab masih dengan serius menonton acara TV-nya tersebut. Bisa jadi Kak Reno terkena macet di jalan, karena jam-jam seperti ini kan, waktunya pekerja pulang dari tempat kerjanya, termasuk ia yang pulang dari sekolah.

            "Aku nunggu kakak di kamarnya aja, deh. Nanti kalau kakak udah pulang tolong bilangin, ya, Bu."

            "Iya, sayang. Nanti ibu bilangin kalau kakak udah pulang."

            Aku lalu menuju kamar Kak Reno yang berada di sebelah kamarku. Ini kali kedua aku mengunjungi kamarnya, setelah tumbuh besar diri ini tak lagi ke ruang tidurnya. Aku masih ingat ketika kecil dulu yang selalu ingin tidur bersamanya. Padahal ibu sudah mengiming-imingkan untuk membeli sesuatu yang aku suka jika aku menuruti kata-katanya untuk tidak lagi tidur bersama Kak Reno. Ibu tak ingin belajar Kak Reno terganggu karena ada aku di dalam kamarnya.

            Aku bahkan sampai merengek-rengek kala itu, sebab ibu tak menginzinkan untuk tidur bersama Kak Reno yang pada saat itu sedang belajar untuk persiapan ujian semester. Aku terus menangis sambil memanggil-manggil dirinya, meski ibu sudah menggedong dan menenangkanku. Mengetahui adiknya begitu, Kak Reno pun membolehkanku untuk tidur bersamanya.

            "Tapi kamu harus tidur, ya? Jangan nunggu kakak selesai belajar dulu tidurnya."

            Aku mengangguk mendengarkan ucapannya, sebagai tanda aku menerima syarat itu. Karena sebelum-sebelumnya aku selalu menunggu terlebih dahulu ia selesai belajar, agar kami bisa tidur bersama. Selama menunggu, biasanya aku menyoret-nyoret buku kosong dengan pensil yang telah ia sediakan.

            "Nanti aku mau sekolah bareng kakak," aku mengatakan kalimat tersebut sambil mengikuti menulis tulisan yang Kak Reno tulis.

            "Kalau kamu udah besar kita sekolah bareng, makanya kamu cepat besar, ya." Kak Reno menjawab ucapanku yang kala itu masih sibuk dengan buku pelajarannya.

            "Aku mau sekarang aja deh, sekolah bareng kakaknya."

            "Gak bisa, Rena. Kamu masih kecil, tingkat sekolah kamu beda sama kakak."

            "Tapi kalau aku ikut ke sekolah kakak boleh gak?"

            "Gak boleh juga, gak ada anak kecil di sana."

            Namun, pada saat itu, entah kapan, aku mengunjungi Kak Reno di sekolah bersama ibu untuk menjemputnya pulang. Aku berjalan terlebih dahulu karena tak sabaran ingin bertemu Kak Reno, bahkan ibu tertinggal jauh dari aku. Karena kebingungan tidak tahu di mana kelasnya Kak Reno, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Hingga ada seorang guru perempuan menghampiriku ketika mungkin mau masuk kembali ke kelas yang tengah ia ajar.

            "Adek lagi apa? Ke sini sama siapa?" Perempuan itu membungkukkan badannya setinggi badanku sambil mengelus pelan kepala ini.

            "Aku mau jemput kakak aku. Ibu bilang kakak pulang sekarang." Aku menjawab sambil juga menatap matanya.

            "Nama kakaknya siapa?"

            "Kakak aku namanya Reno, Kak Reno."

            "Oohh, Reno. Kak Reno sebenarnya masih belajar, tapi dia sebentar lagi pulang, kok. Mau ketemu sama Kak Reno sekarang?"

            Aku mengangguk kesenangan mendengarnya. Lalu, guru perempuan itu menuntunku menuju ke kelas Kak Reno yang tak jauh dari tempat kami berbincang tadi. Sesampai di sana, Bu guru tersebut mengatakan ini pada murid-murid yang tengah belajar dengan tenang yang salah satunya ada Kak Reno.

            "Kak Reno, adiknya jemput nih.."

            Aku langsung berlari menuju meja Kak Reno yang berada di urutan pertama baris ketiga dari sebelah kanan. Aku duduk di pangkuannya. Pada saat itu diri ini masih kecil, ia masih bisa memangkuku.

            "Kamu sama siapa ke sini? Ibu mana?" Tanya Kak Reno.

            "Aku ke sini sama ibu, Kak. Tapi ibu tertinggal sama aku." Aku menjawab sambil memainkan alat tulis yang sedang dipakai Kak Reno belajar.

            "Ibu sekarang di mana?"

            "Nggak tahu,"

            Setelah berbincang-bincang, teman-teman Kak Reno, terutama perempuan, datang menghampiri dan mencubit pipiku sambil berkata..

            "Reno.. adik kamu lucu banget. Gemes aku jadinya,"

            "Nama kamu siapa? Jadi adik aku, ya?"

            "Kamu ternyata punya adik yang lucu gini, kenapa gak cerita?"

            "Mirip banget sama kamu, Reno.."

            Aku tersipu mendengar kalimat-kalimat tersebut yang terlontarkan oleh para temannya Kak Reno. Namun, Kak Reno tak suka aku diperlakukan seperti itu, hingga ia berkata..

            "Udah, udah, adik aku kesakitan nanti dicubitin kalian terus."

            Tak berselang lama, waktu pulang sekolah Kak Reno pun tiba. Aku dituntunnya mengeluari kelas hingga berjalan di halaman sekolah. Ternyata ibu tengah menunggu kami di kantin sambil meminum salah satu dari beberapa jus yang ada di hadapannya, yang sengaja dipesan untuk kami. Dan ini kali pertama aku ke sekolah, maksudnya menjemput Kak Reno pulang dari belajarnya, hehehe.

            Saking asyiknya mengingat masa lalu yang indah, aku sampai tak sadar jika sedang menunggu Kak Reno yang tak kunjung pulang ke rumah. Padahal jam sebentar lagi menunjukkan pukul tujuh malam. Ia sebenarnya di mana? Apa masih ada urusan di sekolah? WhatsApp-nya tak aktif, teleponnya pun sama. Semoga Kak Reno dalam keadaan yang baik-baik saja, Tuhan.

                                                                                                                   ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun