Mohon tunggu...
Siti Mariyam
Siti Mariyam Mohon Tunggu... Lainnya - (Pe)nulis

Siti Mariyam adalah gadis yang lahir di planet bumi pada tahun 1999 silam. Gadis yang lahir dan tinggal di Tangerang Selatan ini mulai tertarik dunia kepenulisan sejak akhir masa SMP. Dari mulai hobi menulis diary hingga membaca cerpen-cerpen di internet juga novel. Ia selalu mencatat setiap kata baru yang ditemuinya saat menonton film dan membaca untuk menambah kosa kata dalam menulis ceritanya nanti. Dari semua itu, telah lahir beberapa cerita yang bisa kamu nikmati di halaman Kompasiana pribadinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

I Love You My Brother (Part 4)

27 November 2022   00:00 Diperbarui: 28 Februari 2024   10:00 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          "Vita, ada apa?" ucap ibu sambil membantuku berdiri. Juga melihat pecahan gelas itu berserakan di mana-mana, dan melihat jari tanganku yang berdarah.

          "Maaf Bu, tadi aku mau minum. Engggak sengaja gelasnya jatuh, dan enggak sengaja pecahan gelasnya kena tangan aku saat aku mau membersihkannya." jawabku yang menjelaskan semuanya.

          "Ibu, kan, udah bilang ke kamu, kalau mau apa-apa bilang ke ibu. Lihat, tuh, tangan kamu jadi luka, kan?"

          "Maaf, Bu. Aku gak mau buat repot ibu,"

         "Kamu ini bicara apa, sih? Ibu gak pernah merasa direpotkan sama anak-anakiIbu, termasuk kamu. Jangan pernah bicara kaya gitu lagi, ya."

          "Maafin aku, Bu, maafin aku."

           Aku hanya bisa bilang maaf pada ibu, karena keadaanku yang seperti ini pasti menambah repot dirinya. Selain mengurus pekerjaan rumah, ibu juga harus mengurus aku yang tidak bisa melihat ini. Aku jadi benci dengan keadaan ini, aku jadi tidak bisa melakukan banyak hal yang seharusnya bisa kulakukan sendiri. Aku juga jadi merasa tidak berguna jika harus dibantu dengan orang lain ketika mau sesuatu.

          Aku kembali ke luar kamar ketika perutku terasa lapar. Jika menunggu kakak pulang juga aku tidak kuat lagi menahan rasa lapar ini. Masalah minum aku sudah bisa mengambilnya sendiri, tapi tidak dengan makan karena selama ini kakak yang membantuku. Aku memanggil Ibu agar bisa membantuku mengambilkan makan. Sebenarnya aku tidak mau meminta bantuan ibu, tapi mau bagaimana lagi, kakak belum pulang sekolah.

          "Ibu!" panggilku sambil berjalan perlahan dengan tangan kanan memegang tongkat dan tangan kiri meraba-raba sekitar.

          "Iya, ibu di luar." sahut ibu sedikit meninggikan suaranya karena sedang berada di luar. Aku langsung menuju luar setelah tahu ibu ada di sana.

          Kakak bilang, aku harus berjalan sebanyak 20 langkah dari kamar untuk bisa sampai keluar. Aku menjalankan ucapannya itu. Ketika sudah 20 langkah, tongkatku membentur sesuatu yang tidak lain adalah pintu untuk bisa keluar rumah. Akhirnya aku bisa keluar tanpa ada rasa takut akan terjatuh lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun