Sebulan sudah aku menjalani hari-hari dalam kegelapan. Selama itu kakak selalu menemaniku, menjadi penerang di setiap langkah ini, karena dia selalu membantu dalam melakukan aktivitas yang tidak bisa kulakukan sendiri sekarang. Ketika selesai mandi, kakak selalu menyisiri rambutku yang panjangnya sudah hampir sepinggul, bahkan sampai menyuapiniku saat kami makan bersama.
Di setiap malam tiba, kakak selalu datang ke kamar, menemani malamku yang gelap dan sepi dengan caranya yang mengajak  mengobrol. Terkadang ia suka tertidur di atas kursi rodanya menemaniku ketika aku sudah terlelap dalam tidur.
Kakak begitu sabar membantuku dengan senang hati. Ia tidak pernah merasa direpotkan karena telah melakukannya, berbeda dengan aku dulu yang selalu marah-marah ketika dimintai bantuan. Aku jadi malu sendiri. Seharusnya aku yang membantunya, bukan malah dia yang membantuku.
Tapi, ketika mendekati ujian nasional, kakak tidak lagi menemaniku, bahkan tidak lagi melakukan kebiasaan yang selalu dilakukannya padaku. Ia sibuk belajar untuk mempersiapkan ujian nasionalnya itu. Aku sedih. Kakak seakan sudah tidak mempedulikanku lagi.Â
Aku ingin tetap selalu ditemani olehnya, tapi keadaan yang melarang kami untuk bisa terus bersama seperti biasanya. Aku tidak boleh egois, kakak lulus dengan nilai yang terbaik merupakan harapan dan kebahgiaan kami sekeluarga.
                                                     ***
 Aku jadi rindu sekolah ketika mengingat sekolah. Aku rindu belajar bersama teman-teman, dan yang paling aku rindukan adalah saat makan ice cream bersama Kakak sepulang sekolah di toko ice cream yang tidak jauh dari sekolah. Aku jadi rindu saat-saat itu, saat di mana kami mengobrol, bercanda, dan menghabiskan waktu hanya berdua. Tidak peduli pandangan orang lain ketika melihat kakak  dengan kursi rodanya, yang terpenting kami bisa tertawa bersama.
Jika uang jajan kami habis, kami pulang dengan berjalan kaki. Mengetahui itu, ibu memarahi kami karena pulang sampai sore, dan bahkan sampai hari berubah menjadi gelap. Aku tidak pernah merasa capek mendorongnya dari toko ice cream sampai pulang ke rumah yang memakan waktu hingga setengah jam, dua kali lebih lama dibandingkan kami naik angkutan umum.
Mungkin karena aku belum terbiasa berjalan kaki selama itu, di saat malam harinya kakiku terasa pegal-pegal dan sakit hingga aku menangis merasakannya. Kakak memijat-mijat kakiku, ia juga meminta maaf karena sudah membuatku begitu.
      "Maafin kakak, ya, karena kakak kamu jadi kecapekan gini."
       "Enggak, Kak. Ini karena aku belum terbiasa jalan jauh, jadinya capek banget."