Mohon tunggu...
Mariya Ismail
Mariya Ismail Mohon Tunggu... Foto/Videografer - mahasiswa pengarsip ingatan

mahasiswa tukang arsip ingatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Babak Pertama Kader Intelektual

1 Februari 2017   19:59 Diperbarui: 1 Februari 2017   20:39 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sore hari, tibalah kami di TKP berjalan kaki menuju loket pembayaran masuk setelah memarkirkan bus dan mobil. Cukup murah hanya 5000 rupiah tiket masuk untuk mendaki bukit teluk love. Kami mulai mendaki, menyusuri hamparan bukit dan merasakan semilir angin lautan payangan yang masih terasa sepoinya, mengelilingi bukit dan menikmati pohon-pohon yang beriringan dan bertemu dengan makhluk hidup yang lain seperti kera. Belum setengah perjalanan narsismepun dimulai, video, selfi fotopun tidak benar-benar dilupakan disela perjalanan menikmati luasnya hamparan lautan payangan teluk love.

Insiden terjadi, saat kami asik berselfie ria untuk mempererat tali persaudaraan dan rasa ingin memahami antara teman kader satu dengan yang lain, tidak pernah terduga partner saya yang bernama umami kelelahan. Sebagai teman yang baik saya mulai ikut berhenti dan menemani untuk beristirahat walau masih belum setengah perjalanan, dan bagi saya perjalanan pendakian bukit tersebut memiliki medan yang tidak berat karena pengalaman  mendaki di gunung semeru.

 kelelahannya membuat dia semakin lemas dan tidak sanggup untuk melanjutkan perjalanan. saya bingung harus bagaimana melanjutkan perjalanan atau kembali ke tempat awal untuk menemainya. Karena  Pada akhirya ada salah satu dosen yang ikut serta perjalanan kami saat mendaki dan meminta saya untuk kembali melanjutkan pendakian bukit teluk love. Dengan berat hati saya melanjutkan perjalanan bersama sebagian para kader intelektual, rasa semangat dan penasaran yang menggebu-gebu semakin terlihat ketika kami berada dekat di lokasi yang mana kami bisa menemukan pemandangan teluk yang seolah-olah berbentuk love atau cinta. Rasa penasaran kami membawa keasikan dan rasa kekerabatan yang semakin erat.

Waktu sudah menunjukkan senja akan bergeser memaksa malam, dan pikiran saya masih tertuju kepada salah satu kader yang kelelahan bernama umami, sehingga saya memutuskan untuk segera kembali dan meninggalkan para kader intelektual yang tidak tau kondisi beberapa teman yang kelelahan sebelumnya. Hingga tibalah saya ke lokasi terakhir dan segera menanyakan kondisi teman yang tadi kelelahan. Singkat cerita ternyata dia pingsan di lokasi peristirahatan saat mendaki bukit teluk love, yang mana terdapat kabar ia pingsan dan para kader intelektual saat bersama dia membangunkankanya dengan menggunakan kembang telek-tellek’an hingga akhirnya ia tersadar. Kebingungan saat kondisi ada beberapa dari teman kami pingsan juga kekonyolan, kepanikan yang juga bisa menimbulkan kekerabatan dan kepedulian kami tumbuh.

Jam menunjukkan pukul 18.00 wib, dimana kami harus kembali ke kampus. Kegiatan pertama kader intelektual ini atau babak pertama IMC ini adalah langkah awal kami untuk berproses, siap dibimbing untuk belajar agar pintar dan memberikan sesuatu yang bermanfaat memiliki goal yang baik serta menjadi mahasiswa yang menularkan virus akademik kepada yang lain.  Bergabung dengan komunitas ini bergerak dan belajar dengan cara yang berbeda pula, serius santai dan berkualitas, yang pasti akan ada babak babak berikutnya untuk mewujudkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun