Mohon tunggu...
Mariyadi
Mariyadi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru SDN di Kabupaten Ngawi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memaknai Hari Raya Idul Fitri yang Memang Berbeda

24 Mei 2020   04:15 Diperbarui: 24 Mei 2020   04:21 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Raya Iedul Fitri adalah hari kemenangan umat Islam di seluruh penjuru dunia. Kemenangan dari apa? Kemenangan yang dimaksud disini adalah kemenangan dalam memerangi hawa nafsu. Karena pada dasarnya musuh yang nyata pada diri manusia adalah hawa nafsunya sendiri. Terlebih setelah berpuasa sebulan penuh lamanya, yang mana umat muslim diwajibkan untuk menunaikan ibadah puasa menahan lapar dan dahaga, memaksimalkan amal perbuatan yang baik dan meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kemunkaran.

Setelah berpuasa sebulan penuh hari yang paling dinantikan adalah kedatangan tanggal 1 Syawal. Sebuah tanggal yang sangat dinantikan dan dirindukan. Karena pada tanggal itulah umat Islam merayakan kemenangan yang biasa disebut Hari Raya Iedul Fitri. Sebuah hari dimana manusia kembali ke fitrahnya. Menjadi pribadi yang suci seperti bayi yang baru lahir. 

Hari Raya Iedul Fitri adalah momen yang sangat penting bagi kalangan masyarakat Indonesia. Karena pada momen itu menjadi adat dan kebiasaan pada  umat Islam untuk saling memaafkan. Yang muda meminta maaf kepada yang tua, dan yang tua memaafkan yang muda. Yang sedang merantau berbondong-bondong untuk pulang kampung, yang di kampung mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan sanak famili yang pulang dari kota. Pada Hari Raya Iedul Fitri keduanya bertemu dalam suasana kekeluargaan yang hangat dan bercengkrama melepas rindu.

Namun berbeda dengan suasana Iedul Fitri pada tahun 2020 ini. Dikarenakan dunia sedang dilanda Covid-19, semua adat dan kebiasaan Iedul Fitri yang selama ini telah terjaga secara turun temurun hilang. Yang di kota didak diperbolehkan untuk mudik/pulang kampung karena dikhawatirkan akan menyebarkan virus mematikan tersebut. Yang di kampung tidak diperbolehkan untuk bersalaman dan menerima tamu. Namun yakinlah, bahwa semua itu demi kebaikan bersama. Pemerintah menegaskan bahwa larangan mudik dan saling bermaafkan dengan cara kontak fisik bersalaman adalah demi kebaikan bersama dan sebuah usaha yang nyata untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 atau Coronavirus Disease. Biarlah Iedul Fitri ini berbeda. Yang paling utama adalah keselamatan bersama. Mari kita taat dan patuh terhadap perintah ulama dan umaro, seperti yang disabdakan oleh Nabi Kita.

Semoga Pandemi Covid-19 (Coronavirus Disease) ini segera berlalu dan pada perayaan Hari Raya Iedul Fitri pada tahun depan semuanya sudah kembali normal sediakala.

Ditulis oleh Mariyadi (Kreator YouTube Calon Guru dan Owner Website Edukasi www.mariyadi.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun