Mohon tunggu...
Mariya
Mariya Mohon Tunggu... Guru - Happy Teacher

Wanita yang mencintai dunia anak-anak. Mengabdikan diri dibidang pendidikan anak usia dini. Kumpulan video pembelajaran untuk anak usia dini : https://youtube.com/c/VideoSekolahKu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jodoh yang Tertukar

14 Mei 2021   23:06 Diperbarui: 15 Mei 2021   00:38 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja diujung lapangan itu bersiap menampakkan dirinya. Sore itu ba'da Ashar , usai sholat, Kirey melakukan rutinitasnya mengajak Mayra menghirup udara sore yang lembut. Jalan-jalan sore seperti ini mulai rutin dilakukan dua kakak-beradik itu semenjak Mayra harus bergantung pada kursi roda sebagai alat bantu mobilitasnya.  Hampir lima tahun kecelakaan maut itu  terjadi. Kecelakaan yang merenggut  kakinya dan nyawa sang ayah yang sangat mereka cintai.

Semilir  angin menerpa wajah mulus Kirey, gamis panjang nuansa nude itu ikut melambai tertiup angin hangat sore itu. Jemari Kirey memilin ujung jilbab syari yang senada dengan warna gamisnya. Ilalang di tepi lapangan yang lengang itu seakan ikut merasakan kegelisahan hati Kirey.

Sebenarnya Kirey sudah jauh-jauh hari mencoba menyiapkan hati dan menyusun kata-kata yang tepat untuk menyampaikan suatu hal pada kakaknya Mayra, sesuatu hal yang mungkin akan membuat Mayra bersedih.

"Harus kumulai darimana...?," Kirey berkata dalam hatinya. Berat rasanya untuk menyampaikan ini, dia tidak mau menyakiti hati sang kakak yang sangat ia sayangi setelah ibunya itu. Namun hal ini harus disampaikan pada kakaknya Mayra.

"Hemmm... Kak, ada yang ingin aku sampaikan? Tapi janji, Kak Mayra nggak akan marah yaa...," ucap Kirey hati-hati.

"Adikku... Kirey sayang, apa sih yang mau kamu sampaikan? Kakak tahu kok kamu sedang gelisah ingin menyampaikan sesuatu. Apa selama ini kakak orang yang pemarah? Sehingga membuat kamu takut seperti ini? Bukankah nggak ada rahasia diantara kita?." Mayra mengusap tangan Kirey dengan lembut.

Usapan kasih sayang itu cukup membuat hati Kirey sedikit tenang. Ya, selama ini memang tidak ada rahasia antara mereka. Mereka adalah dua saudara yang sangat rukun, kompak dan saling menyayangi satu sama lain. Karena didikan agama yang kuat, membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang taat dan patuh baik pada orang tuanya, terlebih pada Sang Penciptanya. Mereka bercita-cita kelak diakhirat berkumpul di surgaNya, bersama-sama menikmati kekalnya kebahagiaan.

"Kak...Kirey akan dikhitbah oleh seseorang," jelas Kirey dengan nada hampir berbisik.

Spontan tatapan Mayra beralih pada sang adik yang ada di sampingnya. Ilalang yang sedari tadi menjadi objek pemandangan  kakak beradik itu berhenti bergoyang oleh terpaan angin, seakan merasakan kekagetan yang sama dengan Mayra.

"Khiii...Khitbah...?." Tatapan Mayra mulai menginterogasi Kirey, kaget dan tak percaya dengan apa yang diucapkan Kirey. Dalam hati Mayra, kenapa proses taaruf yang dijalani Kirey tidak diketahuinya, dan sekarang tiba-tiba sudah ditahap khitbah.

"Maa.. maafkan Kirey, Kak. Kirey baru memberitahu Kak Mayra tentang ini. Kirey takut dan tidak mau membuat Kak Mayra bersedih...," ucap Kirey dengan air mata yang mulai menganak sungai.

"Kirey...kakak justru senang sekali mendengar ini. Kakak senang kalau akhirnya kamu menemukan jodohmu. Tapi yang membuat kakak kecewa, kenapa baru diberi tahu saat akan khitbah? Kenapa proses taarufnya kamu nggak cerita ke kakak?." Kedua tangan Mayra menangkup wajah cantik sang adik yang mulai segugukan.

"Kirey tidak mau menyakiti hati Kak Mayra..." Kirey menatap dalam ke mata sayu sang kakak. Di sana Kirey menemukan sosok yang tulus ikhlas menyayanginya, namun tergambar sedikit kekecewaan atas sikapnya yang tidak memberitahu proses taaruf yang dijalaninya selama ini. Kirey menjalani proses itu hampir dua bulan hingga akhirnya memantapkan hati untuk menerima khitbah sang ikhwan.

"Dengar Kirey... Apa kamu kira kakak akan menghalangimu karena melangkahi kakak untuk menikah duluan? Tidak sayang, kakak justru senang kamu akan menikah. Dan kakak tidak mau menjadi penghalang kebahagiaanmu. Kamu lihat keadaan kakak? Kemana-mana harus duduk diatas kursi roda ini. Dan laki-laki mana yang mau memperistri perempuan cacat seperti kakak?. Dan jika kamu menunggu kakak yang menikah duluan, sampai kapan itu akan terjadi?." Ucap Mayra sembari mengeratkan genggamannya untuk menyakinkan Kirey bahwa dia ikhlas dan ikut senang jika Kirey menikah.

"Kak Mayra..., makasih banyak Kak...". Kedua kakak beradik itu saling berpelukan dalam tangis kebahagiaan. Kirey merasa beruntung mempunyai kakak yang baik hati dan penuh kasih sayang. Dan apa yang disampaikan Mayra membuat hatinya lega. Karena memang hal itulah ditakutkan Kirey, takut sang kakak sedih karena dilangkahinya untuk duduk di pelaminan.

            Suara shalawat di Masjid mulai terdengar, pertanda akan masuknya Maghrib. Kirey mendorong kursi roda sang kakak untuk pulang ke rumah. Senja semakin menampakkan warnanya yang indah dengan jelas, angin sore yang hangat pun mulai berganti dingin yang akan membawa malam serta.

Lantunan ayat suci Al Quran terdengar merdu dari bibir Mayra. Mayra sedang memurajaah hapalannya pada sang bunda. Mayra sudah menghapal dua puluh lima juz, sedangkan Kirey hapalannya pun tak kalah dengan sang kakak, dia sudah masuk dijuz 27. Rutinitas wajib sehari-hari keluarga kecil ini sehabis sholat maghrib yaitu memurajaah hapalan masing-masing dengan sang bunda sebagai penyimaknya. Cita-cita Mayra dan Kirey yaitu disurga kelak mereka bisa memakaikan mahkota kemuliaan pada kedua orang tuanya.

"Mayra...kamu sudah tahu kan sayang terkait khitbah adikmu?," tanya sang Bunda usai menyimak hapalan Mayra.

"Iya Bunda...dan Mayra ikhlas kok Bund," senyum Mayra dengan tulus.

"Terimakasih sayang...dan mohon maafkan adik dan bundamu ini ya sayang" Peluk erat sang Bunda menenangkan hati Mayra.

"Besok keluarga calon adikmu akan kesini untuk menentukan tanggal pernikahan," lanjut sang Bunda.

"Bismillah...ini adalah ketetapan terbaik dari Allah SWT. Dan aku mohon pada Bunda dan Kirey, jangan pernah merasa bersalah dan berpikir Mayra akan marah, justru Mayra sangat senang dengan berita ini" Ucap Mayra sembari memeluk sang bunda dan adiknya. Indahnya hidup jika kita menyerahkan segala sesuatunya pada Sang Pemilik hidup ini.

            Hari yang membuat Kirey dan keluarganya dag...dig...dug, akhirnya tiba. Hampir semalaman Mayra tidak bisa tidur nyeyak, hatinya  ikut berdebar menantikan esok hari. Sejujurnya hati itu sudah ikhlas, namun pikiran lain tiba-tiba terbersit, kapan hari itu akan dialaminya? Hari dimana dia akan dikhitbah dan dijadikan istri, duduk dipelaminan bak putri raja. Tak dipungkiri jika fitrahnya sebagai seorang perempuan juga meronta-ronta. Fitrah ingin menjadi istri, fitrah ingin menjadi ibu dan merawat anak-anaknya. Namun, Mayra sadar diri dengan keadaannya sekarang, siapa yang akan mau memperistrinya? Siapa yang mau repot-repot mempunyai istri yang hanya bisa duduk dikursi roda? Siapa? Itu yang selalu berkecamuk didalam hatinya. Dan  sisi hati lainnya berkata, "Akan ada waktunya itu Mayra, akan ada seorang laki-laki sholih yang tulus ikhlas mencintai tanpa melihat kondisimu. Ingat     tidak ada yang tidak mungkin jika Allah bekehendak. Kun Fayakun, jadilah!...maka jadi." Mayra selalu yakin dengan bisikan ini.

"Assalamualaikum..." terdengar salam, ternyata rombongan keluarga ikhwan sudah tiba.

"Waalaikumsalam..."  Ucap bunda Kirey sembari mempersilakan tamu yang dinanti-nantinya itu untuk masuk keruang tamu.

Kirey yang mendengar bundanya menyambut tamu, merasakan jantungnya berdegup lebih kencang. Mayra pun ikut merasakan debaran yang tak biasa itu. Mereka saling menenangkan, mengaikatkan jalinan jemari saling menggenggam erat, saling mentransfer energi positif. Melihat itu, sang bunda tersenyum bahagia, betapa karunia dari Allah SWT mempunyai anak-anak sholihah yang saling menyayangi satu dengan yang lainnya, saling mendukung kebahagiaan saudaranya.

"Hey...anak-anak  Bunda yang cantik, ayo ke depan, temui tamunya. Kirey, Fachri sudah menunggu di depan tuh," ujar bunda dengan nada meledek Kirey. Kirey hanya senyum-senyum, namun hatinya bergemuruh hebat, tangannya mulai gemetar.

"Bunda, Kirey masih menunggu Ustazah Lisa..," ucap Kirey. Ustazah Lisa adalah murabbiyah Kirey. Selama ini Kirey dan Mayra mengaji atau lebih tepatnya mengikuti tarbiyah. Murabiyyah Kirey dan Mayra orang yang berbeda, karena mereka sudah berbeda tingkatan. Mayra lebih senior dari Kirey karena sudah mengikuti kajian lebih dulu. Dari ustazahnya inilah Kirey diproses taaruf. Fachri calon dari Kirey ini datang ke ustaz Rozy, suami ustazah Lisa untuk dicarikan wanita yang sholihah untuk menjadi pendamping hidupnya. Setelah pemikiran panjang, sepasang suami istri itu akhirnya menjatuhkan pilihan pada Kirey diantara mutarrabbi ustazah Lisa yang cukup banyak itu. Dan gayung pun bersambut, hingga pada tahap khitbah ini.

"Assalamualaiku..." terdengar sepasang suara mengucapkan salam, memecah keheningan di ruang tamu tersebut.

"Waalakumsalam..." serentak sambutan salam pun terdengar dari orang-orang yang sedari tadi berada di ruang tamu yang ber-ornamen modern itu. Bingkai-bingkai foto dan tatanan ruang yang intagramable menjadi tema khusus di ruang yang cukup luas dan asri itu.

"Nah itu, Ustazah Lisa dan suaminya sudah datang." Ujar Kirey hampir bersamaan dengan Mayra. Terdengar bunda menyambut sepasang suami istri itu. Dan tak berapa lama, bincang-bincang antar dua keluarga besar yang ditengahi ustaz Rozy dan istrinya itu dimulai. Sesekali terdengar gelak tawa dari mereka. Mayra dan Kirey masih setia menguping pembicaran itu dari ruang tengah yang hanya disekat dengan lemari hias yang unik. Hingga akhirnya pembicaraan itu sudah selesai. Saat yang ditunggu-tunggu  Fachri dan keluarganya pun tiba, melihat calon istri dari Fachri. Kirey sudah bersiap-siap dengan gemuruh hati bagai badai. Mayra pun mencoba menenangkan hati Kirey dengan tetap  berada disampingnya. Bunda pun menemui Kirey dan Mayra untuk mengajak keluar menemui para tamu. Kirey melangkah seakan kakinya tak menapak di lantai, sambil memilin jilbab panjangnya, Kirey memantapkan kaki mengikuti langkah sang bunda yang sudah mendorong kursi roda sang kakak menuju ruang tamu.

"MasyaAllah cantiknya...lebih cantik dari fotonya ya Fachri?," kagum ibu Fachri melihat sosok Kirey yang berbalut gamis ungu muda serasi dengan jilbab syar"inya. Tanpa dikomando mata Fachri pun melihat sosok Kirey yang sudah duduk didepannya, tatapan mereka bertemu dan saling menunduk karena malu.

Namun, kepala Fachri terangkat kembali, netra itu tajam beralih menatap sosok Mayra. Tatapan keduanya cukup lama bertemu, hingga Kirey sadar, itu tatapan bukan tatapan biasa. Kirey mulai merasakan hal yang aneh pada diri Fachri dan Mayra. Begitu pula orang-orang di sekitarnya mulai menyadari keanehan tersebut. Hingga...

"Ehhem...ehhemm..." Ustaz Rozy berdehem untuk mencairkan suasana.

"Fachri...calonmu Kirey, yang duduk di depanmu ini. Yang itu kakak Kirey, namanya Mayra," jelas Ustazah Lisa. Namun dalam hati ustazah Lisa, Fachri pasti sudah tahu mana calonnya, karena proses taaruf  terakhir, mereka sudah saling nadzor.

Tanpa mengubah arah tatapannya, Fachri angkat bicara, "Ya, Ustazah, saya sudah paham mana calonku."

Mayra menundukkan kepalanya, ingin rasanya Ia meninggalkan ruangan itu dan ke kamarnya untuk menumpahkan air mata yang dengan sekuat tenaga Ia tahan. Kenapa masa lalunya hadir diwaktu dan dalam keadaan yang tidak tepat.

Fachri adalah sosok laki-laki yang akan dikenalkannya pada sang ayah sore itu. Lima tahun lalu, Mayra mengenal Fachri melalui suatu oragnisasi kemanusiaan yang diikutinya. Dan setelah proses cukup panjang, akhirnya Mayra mau menerima lamaran Fachri dengan syarat untuk menemui sang ayah terlebih dahulu agar sosok laki-laki yang telah merawatnya itu menjadi orang pertama yang melihat dan menilai Fachri. Namun nahas, dalam perjalanan itu mobil yang dikendarai Mayra dan sang ayah ditabrak  bus dari belakang hingga benda roda empat itu ringsek. Nyawa sang ayah tak tertolong sebelum ambulan datang. Kedua kaki Mayra pun diamputasi karena tulangnya hancur. Semenjak kejadian itu, Mayra merasa hidupnya hancur, tak ada masa depan lagi untuknya. Berbulan-bulan Mayra menjadi mayat hidup, makan pun harus disuapin oleh sang bunda. Mayra mengalami traumatic yang hebat. Atas saran dari psikiater yang menangani Mayra, akhirnya sang bunda memboyong Mayra dan Kirey ke kota lain. Memulai hidup baru di sana. Menciptakan suasana baru untuk Mayra, membantunya melupakan masa lalu dan ikhlas menerima kondisi dirinya. Selain terapi psikis yang dijalani Mayra, sosok bunda dan adik yang selalu berada disamping Mayra memberikan penguatan tersendiri untuk psikis Mayra. Hingga akhirnya usaha, proses dan ikhtiar  tidak menghianati hasil. Mayra mampu bangkit, menjadi wanita tegar dan pribadi baru. Mayra mampu memulai dan menata hidupnya kembali dengan aktif kembali di organisasi kemanusiaan. Mayra baru pun mampu melupakan dan mengikhlaskan masa lalunya, termasuk Fachri dan kakinya yang sudah tak ada lagi.

Dan saat ini, masa lalu itu menyapa tepat dihadapannya. Menyapa diwaktu, tempat dan dalam keadaan yang tidak tepat. Mayra dan Fachri seperti terpenjara disituasi tersebut.

"Alhamdulillaaah...acara khitbah ini sepertinya sudah diakhir. Hari dan tanggal sudah ditentukan, Fachri dan keluarga sudah yakin dengan calon pengantin," ujar Ustaz Rozy memecah keheningan dan lamunan dari setiap tamu yang hadir.

"Alhamdulillah..." serentak ucap bunda dan seluruh tamu. Namun Kirey, Mayra dan Fachri masih dalam pikirannya masing-masing. Kirey yakin, diantara kakaknya dan calon suaminya ada sesuatu yang tak beres.

Setahun berlalu...

            Fachri menolehkan kepalanya kekanan-kiri diiringi salam. Sholat Isya' berjamaah itu usai. Sang istri mencium tangannya dengan takzim, Fachri mencium puncak kepala istrinya dengan penuh kasih sayang. Ditatapnya wajah yang selama bertahun-tahun Ia impikan, tak mampu Ia lupakan dan tak tergantikan dengan apapun. Akhirnya Allah menyatukannya dengan gadis pujaan dengan jalan liku yang berakhir indah. Mayra...akhirnya bersatu dengan kekasih hatinya. Kekasih yang selama ini mencoba ia lupakan namun Allah berkehendak untuk menyatukannya. Kekasih yang mau menerima segala kondisi Mayra. Jodoh tak akan tertukar, itulah kata yang cocok untuk Fachri dan Mayra.

Bagaimana dengan Kirey? Kirey pun sudah hidup bahagia dengan keluarga kecilnya, Ia sudah menjadi seorang ibu dari bayi cantik nan mungil berusia dua bulan. Dan Bunda adalah orang paling bahagia, melihat kedua putrinya hidup bahagia dengan imam dunia akhirat mereka.

            Setahun lalu Kirey sudah menyadari sesuatu yang terjadi diantara kakaknya dan Fachri. Akhirnya kejujuran terungkap dari bibir Mayra. Kirey mengalah, karena kebahagian kakaknya adalah diatas segalanya. Dan Allah pun menganugerahi karunia kehidupan yang indah pada Kirey. Karena janji Allah itu pasti. Berharaplah hanya pada Allah, maka engkau tak akan kecewa dalam hidupmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun