3. Akses Informasi
Siswa di kota memiliki akses luas terhadap informasi dan materi pembelajaran tambahan melalui internet dan bimbingan belajar. Sebaliknya, siswa di pedesaan hanya bergantung pada buku teks yang sering kali sudah usang.
Dampak pada Siswa di Daerah Tertinggal
Pemberlakuan UN hanya akan memperbesar jurang ketidaksetaraan. Siswa di pedesaan, yang sudah menghadapi berbagai keterbatasan, kini dipaksa bersaing dalam sistem yang tidak berpihak pada mereka. Hal ini berpotensi:
Menghambat Kesempatan Melanjutkan Pendidikan
Hasil UN yang rendah dapat menghalangi siswa dari pedesaan untuk masuk ke perguruan tinggi, meskipun mereka memiliki potensi akademik dan semangat belajar yang tinggi.
Menambah Beban Psikologis
Tekanan menghadapi UN sering kali memicu stres dan rasa rendah diri, terutama bagi siswa yang merasa tidak memiliki cukup dukungan atau fasilitas.
Solusi yang Seharusnya Diprioritaskan
Sebelum memberlakukan kembali UN, pemerintah seharusnya fokus pada langkah-langkah berikut:
1. Pemerataan Fasilitas Pendidikan
Pastikan semua sekolah, baik di kota maupun desa, memiliki fasilitas yang setara, termasuk akses internet, komputer, dan perpustakaan yang memadai.
2. Peningkatan Kualitas Guru
Lakukan pelatihan berkelanjutan bagi guru, terutama di daerah terpencil, untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam mengajar.
3. Akses Beasiswa dan Program Khusus
Berikan beasiswa dan program afirmasi untuk siswa di daerah tertinggal agar mereka memiliki kesempatan yang sama untuk melanjutkan pendidikan.
4. Evaluasi Berbasis Kebutuhan Lokal
Gantilah UN dengan sistem evaluasi yang lebih fleksibel dan berbasis kebutuhan lokal, sehingga dapat mengakomodasi perbedaan kondisi antarwilayah.
Refleksi: Pendidikan untuk Semua
UN seharusnya menjadi alat untuk mendorong pemerataan pendidikan, bukan malah memperkuat ketimpangan. Jika sistem pendidikan nasional terus memaksakan standar yang sama tanpa memperhatikan kondisi yang berbeda, maka siswa di pedesaan akan terus menjadi korban ketidakadilan sistematis.