Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sampai Batas Mana Jokowi Dibenci?

12 Januari 2025   12:05 Diperbarui: 12 Januari 2025   12:15 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga Jokowi (Kompas.com)

Dalam perjalanan panjangnya sebagai Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) telah menjadi sosok yang tak lepas dari sorotan publik. Prestasi dan kebijakan-kebijakan yang diambilnya, dari pembangunan infrastruktur besar-besaran hingga penanganan pandemi, telah memicu reaksi yang beragam. Namun, yang menarik perhatian adalah bagaimana kebencian terhadap Jokowi terkadang melewati batas kritik yang wajar, berubah menjadi serangan karakter yang tidak sehat dan merusak.


Kritik vs Kebencian

Kritik adalah bagian esensial dari demokrasi. Sebagai warga negara, kita memiliki hak untuk mengkritisi kebijakan dan keputusan pemimpin kita. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terutama dengan kehadiran media sosial, kritik terhadap Jokowi sering kali melampaui batas. Alih-alih memberikan kritik yang konstruktif dengan solusi yang jelas, banyak pihak memilih jalan yang lebih gelap: serangan pribadi, fitnah, dan penghinaan.

Ini bukan hanya tentang ketidaksepakatan terhadap kebijakan, tetapi lebih kepada upaya sistematis untuk merusak citra dan karakter Jokowi, bahkan melibatkan keluarganya. Contohnya adalah serangan terhadap Ibu Negara, Iriana Jokowi, yang baru-baru ini menjadi sasaran tuduhan tanpa dasar. Tindakan seperti ini tidak hanya tidak adil tetapi juga mencerminkan penurunan dalam standar etika publik kita.

Kesabaran Jokowi dan Keluarganya

Menariknya, di tengah badai kebencian ini, Jokowi dan keluarganya tetap menunjukkan sikap tenang dan sabar. Mereka jarang merespons serangan tersebut, memilih untuk tetap fokus pada tugas mereka. Sikap ini, bagi banyak orang, adalah tanda kekuatan dan kedewasaan politik. Namun, pertanyaannya adalah, sampai kapan mereka bisa bertahan? Sampai batas mana kesabaran itu akan diuji?

Mengapa Kebencian Ini Begitu Kuat?

Untuk memahami kebencian yang ekstrem ini, kita harus melihat ke berbagai faktor. Ada ketidakpuasan yang sah terhadap beberapa kebijakan, tetapi ada juga kepentingan politik dan ekonomi yang bermain. Beberapa kelompok mungkin merasa terancam oleh perubahan yang dibawa Jokowi, sementara yang lain mungkin hanya memanfaatkan suasana untuk keuntungan pribadi atau kelompok.

Apa Dampaknya?

Kebencian yang tak terkendali ini memiliki konsekuensi yang serius. Ia merusak dialog publik yang sehat, menciptakan polarisasi yang tajam di masyarakat, dan mengikis kepercayaan publik terhadap institusi negara. Dalam jangka panjang, hal ini bisa melemahkan demokrasi kita, di mana debat dan kritik harus berdasarkan fakta dan argumen yang rasional, bukan fitnah dan kebencian.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Sebagai warga negara, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga kualitas diskusi publik. Kritik terhadap pemimpin haruslah berbasis data dan fakta, serta diiringi dengan solusi yang membangun. Media dan platform digital juga perlu lebih aktif dalam memoderasi konten yang berpotensi merusak.

Pemerintah, di sisi lain, harus terus meningkatkan keterbukaan dan komunikasi dengan masyarakat untuk mengurangi kesalahpahaman. Membangun kembali kepercayaan adalah kunci untuk meredam kebencian yang tidak berdasar.

Jokowi dan keluarganya mungkin memiliki batas kesabaran yang panjang, tetapi sebagai masyarakat, kita tidak boleh membiarkan kebencian yang berlebihan ini menjadi norma. Demokrasi yang sehat adalah tentang kritik yang konstruktif, bukan tentang kebencian yang destruktif. Mari kita jaga ruang publik kita tetap beradab, demi masa depan Indonesia yang lebih baik.

Apakah kita siap untuk mengambil langkah ini bersama-sama?***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun