Pembatalan pameran Yos Suprapto menjadi momen refleksi bagi pemerintah dan masyarakat dalam menyikapi seni dan kritik. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan penghormatan terhadap etika adalah:
1. Standar Kuratorial yang Jelas
Kurator seni harus memiliki panduan yang jelas dalam menilai sebuah karya, baik dari segi tema maupun konten. Panduan ini harus transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Dialog Sebelum Tindakan
Sebelum memutuskan pembatalan, pihak kurator, seniman, dan lembaga terkait perlu berdialog untuk mencari solusi bersama. Keputusan sepihak hanya akan memicu polemik.
3. Pendidikan Seni dan Kritik yang Beradab
Pemerintah dan institusi pendidikan perlu mendorong masyarakat untuk memahami perbedaan antara kritik dan penghinaan. Hal ini dapat dilakukan melalui workshop seni, seminar, dan kurikulum pendidikan.
4. Jaminan Kebebasan Berpendapat dengan Batasan Hukum
Pemerintah harus memastikan bahwa kebebasan berekspresi tetap dijamin, tetapi di sisi lain, penghinaan dan ujaran kebencian harus ditindak sesuai hukum.
Pembatalan pameran seni Yos Suprapto seharusnya menjadi pelajaran bagi semua pihak. Seni adalah medium penting untuk menyuarakan kritik, tetapi kritik juga harus tetap dalam koridor etika dan budaya. Di sisi lain, pemerintah harus berhati-hati agar upaya mengatur ekspresi seni tidak kembali menjadi alat pembungkaman seperti di masa lalu.
Semoga polemik ini menjadi momentum untuk menguatkan demokrasi yang berbudaya, di mana kritik dapat berkembang tanpa kehilangan nilai keadaban. Karena pada akhirnya, seni bukan hanya soal estetika, tetapi juga cerminan dari jiwa bangsa.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H