Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hasto Kristiyanto Ketemu Mantan Pacar Kaesang, Sinetron Politik?

5 Desember 2024   17:19 Diperbarui: 5 Desember 2024   17:50 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertemuan antara Hasto Kristiyanto, Sekretaris Jenderal PDIP, dengan Felicia Tissue, mantan kekasih Kaesang Pangarep, telah memicu spekulasi luas. Di tengah perselisihan politik antara PDIP dan Presiden Jokowi, langkah ini dinilai sebagai babak baru dalam melodrama politik yang menyeret keluarga Presiden. 

Apakah ini strategi politik, atau sekadar kesalahan perhitungan yang mencoreng kredibilitas partai sebesar PDIP?

Politik atau Pribadi?

Hasto mengungkapkan bahwa pertemuannya dengan Felicia memberikan "masukan penting" bagi dirinya. Namun, banyak yang mempertanyakan urgensi dan relevansi pertemuan tersebut dalam konteks politik. 

Apakah benar ada kepentingan politik di balik langkah ini, atau ini hanyalah agenda pribadi yang kebetulan bersinggungan dengan dinamika politik nasional?

Ketua DPR sekaligus salah satu tokoh kunci PDIP, Puan Maharani, dengan tegas menyebut bahwa pertemuan ini adalah urusan pribadi Hasto. Namun, publik melihatnya berbeda. 

Sebagai figur yang menjabat posisi strategis, setiap langkah Hasto, baik pribadi maupun resmi, akan selalu dikaitkan dengan partainya. Dalam hal ini, keputusan Hasto untuk bertemu Felicia telah menciptakan persepsi bahwa PDIP tengah mencari cara untuk melemahkan posisi Jokowi dan keluarganya.

Ketidakeleganan Strategi Politik

Jika memang pertemuan ini bertujuan untuk menggali kelemahan Kaesang atau Jokowi, langkah tersebut dinilai jauh dari elegan. 

Politik semestinya dijalankan dengan cara-cara yang demokratis dan berbasis gagasan, bukan intrik yang menyerupai jalan cerita sinetron. 

Cara seperti ini hanya akan menciptakan antipati di mata publik, terutama terhadap PDIP, yang selama ini dikenal sebagai partai besar dengan reputasi solid.

Kaesang, sebagai pemimpin Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang baru, memang tengah menjadi sorotan. PSI dianggap sebagai partai yang berpotensi menggerus suara PDIP di kalangan pemilih muda. 

Namun, merespons ancaman tersebut dengan langkah-langkah personal hanya akan merusak citra PDIP sendiri.

Apa Dampaknya?

Tindakan ini berisiko memunculkan kesan bahwa PDIP mulai goyah dalam menghadapi perbedaan politik dengan Jokowi dan keluarganya. 

Dalam demokrasi yang sehat, perbedaan adalah hal biasa, dan kompetisi politik harusnya menjadi arena adu ide, bukan ajang intrik personal. 

Langkah seperti ini justru memberikan kesan bahwa PDIP tak lagi fokus pada agenda rakyat, melainkan terjebak dalam konflik internal yang tak produktif.

Selain itu, langkah Hasto ini juga berpotensi merugikan dirinya secara pribadi. Di mata publik, ia mungkin dinilai sebagai figur yang tidak dewasa dalam menyikapi perbedaan politik. 

Bagi partai sebesar PDIP, hal ini tentu menciptakan tantangan baru dalam mempertahankan kepercayaan publik.

Saran untuk PDIP dan Hasto

Fokus pada Isu Substantif: PDIP perlu kembali menonjolkan diri sebagai partai yang fokus pada program kerja nyata dan kebijakan pro-rakyat, bukan drama politik yang tak perlu.

Hindari Serangan Personal: Jika PDIP merasa PSI sebagai ancaman, seharusnya mereka membangun strategi politik yang berbasis ide dan program, bukan menyerang figur keluarga mantan Presiden.

Jaga Kedewasaan Berpolitik: Sebagai Sekjen PDIP, Hasto memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga marwah partainya. Ia perlu menghindari langkah-langkah yang dapat memperburuk citra partai.

Bangun Rekonsiliasi: Konflik antara PDIP dan Jokowi hanya akan merugikan kedua belah pihak. Rekonsiliasi, meskipun sulit, dapat menjadi langkah bijak untuk menghindari polarisasi lebih jauh di kalangan pendukung.

Mengapa Publik Harus Peduli?

Melihat politik berubah menjadi arena intrik personal seharusnya menjadi alarm bagi masyarakat. 

Demokrasi hanya akan sehat jika para aktornya dewasa dan fokus pada kepentingan rakyat. 

Jika tidak, konflik seperti ini hanya akan menambah daftar panjang contoh buruk dalam politik Indonesia.

Langkah Hasto mungkin hanya satu bab kecil dalam kisah politik Indonesia, tetapi dampaknya bisa besar. 

Ia telah memberi pelajaran bahwa dalam politik, strategi yang tak elegan akan selalu berbalik menjadi bumerang. 

Kini, PDIP menghadapi ujian besar: apakah mereka mampu keluar dari bayang-bayang intrik, dan kembali menjadi partai besar yang digdaya, atau justru terjebak dalam melodrama politik yang mereka ciptakan sendiri.***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun