Komentar semacam ini memperburuk ketegangan politik yang sudah ada.
Gibran Tidak Diperlakukan Setara di Ruang Publik
Selain kontroversi penunjukan, polemik lain muncul terkait absennya gambar Gibran di Gedung DPR.Â
Sebagai Wakil Presiden, Gibran seharusnya mendapatkan pengakuan yang setara dalam simbol-simbol pemerintahan. Namun, hanya foto Prabowo yang terpampang, tanpa adanya gambar Gibran.Â
Ini memunculkan dugaan bahwa ada upaya sistematis untuk menyingkirkan atau meredam eksistensi Gibran sebagai wakil presiden.Â
Situasi ini membuat beberapa pengamat dan masyarakat menilai ada upaya politis yang bertujuan melanggengkan polarisasi politik antara kubu pendukung dan penentang pemerintah.
Bagi kelompok tertentu yang ingin mengobarkan kembali perpecahan politik, memanfaatkan Gibran sebagai sosok kontroversial adalah strategi yang bisa mendulang dukungan atau memantik perhatian publik.Â
Cara ini mirip dengan situasi yang dialami Jokowi, yang selama satu dekade terakhir seringkali menjadi target kritik, baik yang didasarkan pada kebijakan maupun serangan personal.
Polarisasi Politik yang Mengancam Persatuan Bangsa
Fenomena ini menunjukkan bahwa ada kelompok tertentu yang ingin mempertahankan polarisasi politik untuk kepentingan pribadi.Â
Polarisasi ini tidak sehat, terutama bagi bangsa yang harus bersatu untuk menghadapi tantangan besar di masa depan.Â