Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Naik Kereta Sejuta Makna: Sebuah Pengalaman Tak Terduga

23 Oktober 2024   17:47 Diperbarui: 23 Oktober 2024   17:56 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, kalau ada yang bilang, "Mau liburan ke Jogja naik apa?" kami sekeluarga pasti kompak menjawab, "Pesawat!" Alasannya simpel: nggak mau ribet. 

Tapi suatu ketika, anak saya yang kala itu masih kecil dengan matanya yang berbinar penuh harap, tiba-tiba meminta, "Yah, aku pengen naik kereta api!" Lho, kok kereta? 

Saya, yang selama ini nyaman naik pesawat, langsung terbayang berbagai skenario: perjalanan panjang, kursi keras, kamar mandi kotor, hingga penumpang yang berdesak-desakan. Waduh, gimana kalau anak saya nanti malah rewel? Tapi, demi melihat senyum di wajahnya, apa boleh buat, mari coba kereta!

Masalah pertama muncul: beli tiket di mana? Ini jujur, saya clueless. Untungnya, seorang teman bilang, "Beli tiket di minimarket aja!" Hah? Bisa?

 Saya pun mencobanya. Dan benar saja, ternyata sangat mudah. Cuma perlu bilang ke kasir mau ke mana, kapan, dan pilih kursi mana, voila,  tiket di tangan! Saya masih kagum betapa simpel prosesnya---nggak beda jauh sama beli kopi sachet.

Hari keberangkatan tiba. Kami sampai di Stasiun Gambir satu setengah jam sebelum jadwal. Waktu yang cukup untuk melihat-lihat suasana stasiun yang ternyata nggak semenakutkan rumor yang beredar. 

Stasiunnya bersih, penumpang tertib, dan suasananya cukup nyaman. Mulai muncul rasa optimis, mungkin perjalanan ini nggak akan seburuk yang saya bayangkan.

Ketika waktunya tiba, kami masuk ke gerbong eksekutif yang sesuai dengan tiket. Wow, saya langsung terkesan! 

Kursinya empuk, ada pendingin udara, dan kebersihan terjaga. Saya pikir, "Ini lebih baik dari yang saya kira!" Saya duduk, rileks, dan mulai menikmati perjalanan, sementara anak saya sudah lompat-lompat kegirangan melihat pemandangan dari jendela.

Kalau bicara soal pemandangan dari jendela kereta, itu seperti nonton film dengan layar panorama alam yang tak pernah berhenti. 

Hamparan sawah hijau, sesekali terlihat petani yang sedang bekerja, hingga desa-desa kecil dengan rumah-rumah tradisional. Rasanya seperti nonton film dokumenter, tapi versi 4D---ada getar, angin, dan suara klakson kereta.

Perjalanan makin menyenangkan ketika anak saya mulai tertarik dengan makanan yang dijajakan petugas. Tiap kali ada yang lewat, pasti dia langsung pesan. 

Akhirnya, kami memutuskan untuk pergi ke gerbong restoran, yang ternyata tak jauh dari tempat duduk kami. Bukan cuma anak saya yang senang, saya juga mulai menikmati pengalaman ini.

Oh, satu hal yang bikin saya terkagum-kagum: ketepatan waktunya! Kereta berangkat dan tiba sesuai jadwal yang tertera di tiket, benar-benar on time. 

Saya sampai penasaran, bagaimana caranya si masinis mengatur kecepatannya sedemikian rupa, hingga bisa tiba di setiap stasiun dengan begitu tepat. Padahal kalau naik pesawat, delay itu sudah dianggap "tradisi."

Keamanan? Jujur, semua rasa khawatir saya hilang seketika. Selama perjalanan, para petugas selalu terlihat berjaga-jaga, membantu penumpang dengan ramah, dan memastikan semuanya berjalan lancar. Bahkan kamar kecil pun terjaga kebersihannya.

Sejak pengalaman pertama itu, kereta api jadi transportasi favorit keluarga kami setiap kali mudik. Kalau nggak dapet tiket, barulah terpaksa kembali ke pesawat. 

Satu-satunya kendala ya soal ketersediaan tiket, terutama saat liburan atau lebaran. Namun, berkat inovasi KAI seperti kereta tambahan, kadang masih bisa terselip kesempatan.

Setiap tahun, kami menyaksikan perubahan luar biasa dari layanan KAI. Mulai dari pilihan kelas ekonomi yang makin nyaman, bisnis yang elegan, hingga kelas eksekutif yang memanjakan penumpang. 

Dan kini, bahkan ada kereta panorama, di mana penumpang bisa menikmati pemandangan lebih luas. Belum lagi teknologi pemindaian wajah dan layanan yang semakin terintegrasi. Jujur, saya angkat topi!

Saya masih menunggu kereta cepat yang katanya bakal tembus sampai Surabaya. Wah, itu pasti bakal jadi pengalaman seru lainnya! 

Semoga KAI terus berkembang, pelayanannya semakin canggih, dan yang paling penting, ketepatan waktunya tetap dijaga. 

Karena di dunia yang serba cepat ini, ketepatan waktu adalah harta karun yang harus dipertahankan.

Naik kereta? Ternyata bukan cuma soal sampai tujuan. Ini soal menikmati perjalanan, mengumpulkan cerita, dan menemukan makna di setiap langkah rel.***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun