Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Refleksi 10 Tahun Jokowi: Merangkul Lawan Politik demi Kepentingan Negeri

15 Oktober 2024   12:55 Diperbarui: 15 Oktober 2024   13:01 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: CNN Indonesia 

Sepuluh tahun perjalanan kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden Republik Indonesia meninggalkan banyak pelajaran berharga. Salah satu yang paling mencolok adalah kemampuannya merangkul lawan-lawan politiknya, terutama sosok yang pernah menjadi rival sengitnya dalam dua Pilpres berturut-turut, yakni Prabowo Subianto. Ini bukan sekadar strategi politik, melainkan cerminan dari jiwa besar seorang pemimpin yang menempatkan kepentingan bangsa di atas segala-galanya.Rivalitas Jokowi-Prabowo: Persaingan yang Mendalam

Persaingan antara Jokowi dan Prabowo adalah salah satu yang paling sengit dalam sejarah politik Indonesia. Mereka tidak hanya bersaing sekali, tapi dua kali dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019. Kedua Pilpres tersebut berlangsung dalam suasana panas, menyulut polarisasi politik yang merasuk hingga ke akar masyarakat. Pendukung masing-masing tokoh pun tak kalah fanatiknya, menciptakan garis perpecahan yang nyata di tengah-tengah kehidupan politik dan sosial bangsa.

Jokowi, yang berasal dari latar belakang pengusaha sederhana dan mantan Wali Kota Solo, terkenal dengan gaya kepemimpinannya yang tenang, sederhana, dan terkesan "njawani." Sebaliknya, Prabowo, mantan perwira militer, dikenal tegas, keras, dengan gaya bicara lantang. Perbedaan karakter ini semakin memperdalam dinamika rivalitas di antara keduanya. Namun, meskipun berlawanan, kedua tokoh ini memiliki satu kesamaan yang kuat: komitmen untuk mengabdi pada Indonesia.

Jokowi dan Kejutan Politik: Mengajak Prabowo dan Sandiaga Bergabung

Setelah Pilpres 2019, banyak yang menduga persaingan politik antara Jokowi dan Prabowo akan terus berlanjut. Namun, keputusan mengejutkan datang dari Jokowi ketika ia mengajak Prabowo bergabung dalam kabinet sebagai Menteri Pertahanan. Tidak berhenti di situ, Jokowi juga merangkul Sandiaga Uno, yang saat itu merupakan cawapres pendamping Prabowo, sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Langkah ini menimbulkan kehebohan di kalangan publik. Bagi sebagian pendukung fanatik kedua belah pihak, keputusan Jokowi untuk merangkul mantan rival politiknya adalah sesuatu yang sulit diterima. Di sisi lain, PDIP sebagai partai pengusung Jokowi sempat menunjukkan ketidaksepahaman dengan langkah ini. Namun, dengan hak prerogatifnya sebagai presiden dan kepiawaian Jokowi dalam melakukan lobi politik, oposisi dari partai-partai koalisi pun mereda.

Mengutamakan Kepentingan Bangsa di Atas Segalanya

Banyak pengamat politik yang berpendapat bahwa langkah Jokowi bersifat pragmatis, yakni untuk meredam perpecahan dan menjaga stabilitas politik. Namun, jika kita melihat lebih dalam, tindakan ini menunjukkan bahwa Jokowi memiliki visi besar bagi Indonesia. Dia menyadari bahwa tantangan-tantangan besar yang dihadapi Indonesia, baik di bidang ekonomi, pertahanan, maupun sosial, memerlukan kontribusi semua pihak, termasuk mereka yang berbeda pandangan politik.

Dengan mengajak Prabowo dan Sandiaga bergabung dalam pemerintahannya, Jokowi menegaskan bahwa tidak ada tempat bagi kepentingan kelompok apalagi individu dalam membangun bangsa ini. Seluruh elemen harus bersatu, bekerja sama, demi kesejahteraan bersama. Jokowi membuktikan bahwa kepemimpinan tidak hanya soal kemenangan politik, tetapi juga soal bagaimana merangkul dan memberdayakan seluruh potensi bangsa, termasuk dari kubu yang pernah menjadi lawan politik.

Prabowo dan Sandiaga: Sikap Legowo demi Bangsa

Sikap Prabowo dan Sandiaga dalam menerima tawaran Jokowi juga patut diapresiasi. Menerima tawaran dari rival politik tentu bukan keputusan yang mudah. Dalam berbagai kesempatan, Prabowo mengakui bahwa keputusannya bergabung dengan Jokowi mendapat banyak kritik dari pendukungnya. Beberapa bahkan meninggalkannya. Namun, Prabowo tetap teguh pada komitmennya untuk mengabdi pada negara, menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Sejak menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo benar-benar menunjukkan kesetiaannya pada tugas dan fungsi sebagai pembantu presiden. Ia tak lagi bersikap sebagai rival, melainkan sebagai mitra kerja yang mendukung penuh program-program Jokowi, terutama dalam bidang pertahanan dan keamanan negara. Di sisi lain, Jokowi pun terlihat memberikan kepercayaan penuh kepada Prabowo, terbukti dengan berbagai pujian atas capaian kinerja mantan rivalnya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun