Dalam pernyataan yang cukup mengejutkan, Prabowo Subianto baru-baru ini dengan tegas meminta partai-partai yang memiliki menteri di kabinetnya untuk tidak meminta para menteri tersebut mencari uang dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).Â
Pernyataan ini seolah menguak tabir gelap yang selama ini hanya terdengar sebagai rumor: bahwa ada menteri dari partai politik yang ditugaskan untuk mencari dana untuk kepentingan partai. Apa sebenarnya maksud di balik peringatan keras ini, dan sinyal apa yang ingin disampaikan Prabowo kepada publik?
Sinyal Peringatan dari Prabowo
Bagi sebagian orang, seruan Prabowo mungkin terdengar biasa saja, bahkan bisa dianggap sekadar peringatan politis biasa. Namun, bagi yang memahami dinamika politik Indonesia, ini adalah sinyal serius. Pernyataan ini bisa dibaca sebagai sebuah bentuk tekad Prabowo untuk memberantas korupsi di level eksekutif, terutama pada menteri yang berasal dari partai politik. Seperti yang diketahui, isu korupsi yang melibatkan menteri dari partai politik bukanlah hal baru dalam lanskap politik Indonesia.
Sejarah mencatat, beberapa menteri dari kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi), terutama yang berasal dari partai politik, terjerat kasus korupsi. Berikut adalah daftar menteri dari partai politik yang terlibat kasus korupsi selama dua periode pemerintahan Jokowi:
Idrus Marham (Golkar) -- Mantan Menteri Sosial ini ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara terkait kasus suap proyek PLTU Riau-1 pada tahun 2018.
Juliari Batubara (PDIP) -- Mantan Menteri Sosial di periode kedua Jokowi, ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas kasus korupsi dana bantuan sosial COVID-19 pada tahun 2020.
Imam Nahrawi (PKB) -- Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, ditangkap terkait kasus suap dana hibah KONI pada tahun 2019.
Syahrul Yasin Limpo (NasDem) -- Menteri Pertanian yang mundur pada tahun 2023 setelah terjerat kasus dugaan korupsi dana program digitalisasi di Kementerian Pertanian.
Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa korupsi di kalangan menteri yang berasal dari partai politik bukan sekadar rumor, melainkan fakta yang terbukti secara hukum. Oleh karena itu, peringatan Prabowo ini tidak bisa dianggap enteng. Ini adalah sinyal bahwa dirinya tidak akan menoleransi praktik-praktik serupa di kabinetnya.
Tekad Prabowo dalam Memberantas Korupsi
Pernyataan Prabowo ini juga menunjukkan keinginannya untuk membersihkan pemerintah dari praktik korupsi. Sebagai calon presiden terpilih yang memimpin Indonesia pada periode mendatang, sikap tegasnya ini bisa dipandang sebagai bentuk komitmen untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan. Korupsi di level kabinet, terutama yang melibatkan menteri dari partai politik, adalah persoalan serius yang selama ini mencederai kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Seruan Prabowo ini mengindikasikan adanya niat untuk menegakkan integritas dan profesionalisme di kalangan menteri. Jika partai-partai politik bisa menahan diri untuk tidak meminta menteri-menterinya mencari dana dari APBN atau APBD, maka hal ini akan mengurangi tekanan politik yang sering kali menjadi akar korupsi. Menteri harus bekerja untuk kepentingan rakyat, bukan untuk memperkaya partai atau individu di dalamnya.
Mengapa Korupsi Menjadi Penyakit Utama?
Korupsi telah lama menjadi penyakit utama yang menggerogoti bangsa ini. Menurut Transparency International, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia tahun 2023 hanya berada pada skor 37 dari 100, yang berarti tingkat korupsi di Indonesia masih sangat tinggi. Kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi dan politisi memperburuk citra pemerintah, menciptakan ketidakpercayaan publik, serta merusak tatanan sosial dan ekonomi negara.
Korupsi juga berdampak langsung pada ketidakmerataan pembangunan. Uang yang seharusnya dialokasikan untuk kesejahteraan rakyat, seperti untuk infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, justru dikorupsi oleh segelintir elit politik. Akibatnya, rakyat yang paling merasakan kerugian tersebut, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil atau tertinggal.
Apa Lagi Makna Seruan Prabowo?
Seruan Prabowo juga bisa dibaca sebagai upaya untuk memisahkan kepentingan partai dari kebijakan negara. Dalam politik Indonesia, sering kali ada campur tangan partai dalam penunjukan menteri dan pengambilan keputusan strategis di pemerintahan. Partai-partai politik, terutama yang memiliki kursi di kabinet, cenderung melihat posisi menteri sebagai alat untuk mengumpulkan kekayaan dan pengaruh, baik untuk kepentingan partai maupun individu di dalamnya.
Dengan pernyataan ini, Prabowo seolah ingin mengirimkan pesan kepada publik bahwa dirinya tidak akan menoleransi menteri yang korup, dan bahwa kabinetnya akan fokus pada kepentingan rakyat. Hal ini juga bisa dilihat sebagai langkah untuk memulihkan kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Apa yang Harus Dilakukan Prabowo untuk Memberantas Korupsi?
Selain peringatan tegas kepada partai dan menterinya, ada beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan Prabowo untuk memberantas korupsi di Indonesia:
Reformasi Birokrasi -- Prabowo harus mendorong reformasi birokrasi yang lebih dalam dan komprehensif. Salah satu akar korupsi adalah birokrasi yang lamban dan penuh prosedur berbelit-belit. Dengan memperbaiki sistem birokrasi, Prabowo dapat meminimalisir peluang korupsi.
Penguatan KPK dan Lembaga Hukum -- KPK harus tetap diberi dukungan penuh untuk memberantas korupsi, tanpa ada intervensi politik. Selain itu, lembaga hukum lainnya seperti Kejaksaan Agung dan Pengadilan juga perlu diperkuat agar lebih independen dan efektif dalam menangani kasus korupsi.
Peningkatan Transparansi APBN dan APBD -- Prabowo bisa memerintahkan pemerintahannya untuk lebih transparan dalam pengelolaan anggaran negara. Dengan teknologi digital, anggaran dan penggunaannya bisa dipantau secara real-time oleh publik, sehingga mengurangi peluang terjadinya penyalahgunaan anggaran.
Pendidikan Anti-Korupsi -- Membangun kesadaran anti-korupsi sejak dini juga penting. Prabowo harus mendukung program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai integritas, transparansi, dan tanggung jawab di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Seruan Prabowo untuk tidak meminta menteri mencari uang dari APBN dan APBD adalah sinyal tegas bahwa korupsi tidak akan mendapat tempat di kabinetnya. Di tengah masih tingginya tingkat korupsi di Indonesia, pernyataan ini memberikan harapan bahwa ada upaya nyata dari pemimpin politik untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan.Â
Namun, tantangan untuk memberantas korupsi tidaklah mudah. Dibutuhkan komitmen, konsistensi, dan langkah-langkah konkret agar korupsi benar-benar bisa diberantas dari tubuh birokrasi dan politik Indonesia. Jika Prabowo serius dalam perjuangan ini, maka Indonesia mungkin sedang menuju ke arah yang lebih baik.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H