Setelah EUR, kami menuju Piramide Cestia, sebuah makam kuno yang dibangun pada abad pertama sebelum Masehi. Letaknya tidak jauh dari Stasiun Termini, dan piramida ini adalah salah satu peninggalan Romawi yang unik, mengingatkan kita akan hubungan antara Roma dan Mesir kuno.
Perjalanan Menuju Fiumicino:Â Meninggalkan Roma dengan Berat HatiÂ
Sore itu, setelah check-out dari hotel, kami menuju halte bus di samping Stasiun Termini untuk naik bus menuju Bandara Fiumicino. Meski kami sudah membeli tiket bus untuk jam 15.30, kami dapat naik bus yang lebih awal karena masih ada kursi kosong---cukup fleksibel dan nyaman. Harga tiket bus menuju Fiumicino hanya 8 Euro, jauh lebih murah daripada taksi yang bisa mencapai 100 Euro.
Sepanjang perjalanan ke bandara, kami masih bisa menikmati pemandangan kota Roma. Melewati Basilica Santa Maria Maggiore, kami melintasi benteng kota yang megah dan bangunan-bangunan berciri khas Romanum, blok-blok apartemen yang berjejer dengan elegan.Â
Semakin jauh meninggalkan kota, semakin jelas terlihat perbukitan yang dipenuhi vila-vila kecil, kebun anggur, dan pohon zaitun. Roma, kota penuh sejarah dan seni, perlahan menghilang di belakang kami, sementara kami meluncur menuju bandara.
Bandara Fiumicino, dengan gaya arsitektur modern dan fasilitas lengkap, menyambut kami dengan kesibukan khas bandara internasional. Ada beberapa terminal di Fiumicino, dan kami tiba di Terminal 3, terminal untuk penerbangan internasional. Setelah check-in dan menunggu di ruang tunggu yang dipenuhi deretan toko, perasaan sentimentil mulai merayapi hati. Roma, dengan segala keindahannya, sudah meninggalkan jejak yang mendalam.
Dari Roma ke Zurich dan Singapura: Perjalanan Pulang yang Menyentuh
Pesawat Swiss Air yang kami tumpangi lepas landas tepat waktu. Saat meninggalkan Roma, saya menatap jendela, melihat kota ini perlahan mengecil dan hilang di balik awan. Ada perasaan rindu yang aneh, meskipun baru beberapa jam meninggalkan kota ini. Penerbangan menuju Zurich hanya memakan waktu sekitar dua jam, namun setiap detiknya terasa sentimental. Zurich hanya menjadi tempat transit satu jam bagi kami sebelum melanjutkan penerbangan panjang menuju Singapura.
Di pesawat Swiss Air, suasana terasa hangat. Pramugari dan pramugara yang ramah, dengan senyum natural yang terasa tulus, menyambut kami. Saat matahari terbenam, kami disuguhi berbagai pilihan makanan dan minuman, termasuk menu vegetarian. Meskipun penerbangan Zurich-Singapura memakan waktu 12 jam, perjalanan itu terasa nyaman, terutama karena ini adalah waktu untuk tidur. Ketika pagi tiba, kami disambut dengan sarapan pagi sebelum mendarat di Singapura.Â
Akhir yang Manis di Langit Jakarta
Saat mendarat di Soekarno-Hatta, saya memandang keluar jendela pesawat dan melihat lampu-lampu kota Jakarta yang terang. Namun, pikiran saya kembali melayang ke Roma---kota abadi yang, meskipun hanya tujuh hari di sana, telah meninggalkan kesan mendalam. Di jam yang sama beberapa hari lalu, saya masih berjalan di lorong-lorong sempit Roma, menikmati suara air mancur di Piazza Navona, atau menyusuri koridor di Vatikan.