Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Harga Beras Indonesia Termahal di ASEAN, Mengapa Petani Tidak Menikmatinya?

26 September 2024   15:50 Diperbarui: 26 September 2024   15:53 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: serambinews.com

Selain itu, ada masalah dengan kebijakan impor beras. Di satu sisi, pemerintah berusaha menstabilkan harga dengan melakukan impor beras ketika pasokan dalam negeri dinilai kurang. Namun, kebijakan ini sering kali justru menekan harga gabah di tingkat petani lokal karena adanya beras impor yang lebih murah. Ketika petani lokal harus bersaing dengan beras impor yang harganya lebih rendah, mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan harga jual yang layak.

Masalah lainnya adalah kurangnya akses petani ke teknologi dan infrastruktur pertanian yang memadai. Dalam banyak kasus, petani Indonesia masih menggunakan metode tanam dan panen tradisional yang kurang efisien, sehingga biaya produksi tetap tinggi. Sementara itu, negara-negara seperti Thailand dan Vietnam telah mengadopsi teknologi pertanian modern yang meningkatkan produktivitas dan menekan biaya produksi, memungkinkan mereka untuk menawarkan harga beras yang lebih rendah di pasar global.

Keadilan Harga bagi Petani

Bagaimana seharusnya harga beras ini adil bagi petani? Idealnya, harga beras di pasar harus mencerminkan biaya produksi yang ditanggung oleh petani, ditambah margin keuntungan yang layak. Untuk mencapai keadilan ini, diperlukan transparansi dan efisiensi dalam rantai distribusi. Pemerintah bisa memperkuat posisi petani dengan memberikan akses langsung ke pasar, misalnya melalui koperasi atau platform digital yang menghubungkan petani langsung dengan konsumen atau pedagang besar tanpa melalui banyak perantara.

Selain itu, kebijakan harga dasar untuk gabah di tingkat petani harus dirancang dengan lebih mempertimbangkan kondisi pasar. Harga dasar harus cukup tinggi untuk menutupi biaya produksi dan memberikan keuntungan, tetapi juga kompetitif dengan harga beras internasional. Pemerintah juga bisa memberikan subsidi kepada petani untuk membantu mereka mengurangi biaya produksi, misalnya melalui subsidi pupuk, benih, atau alat pertanian modern.

Langkah-Langkah untuk Menghindari Situasi Ini di Masa Depan

Untuk menghindari masalah distorsi harga beras di masa depan, beberapa langkah harus diambil:

1. Memperpendek Rantai Distribusi: Pemerintah perlu mendorong terbentuknya sistem distribusi yang lebih efisien, misalnya dengan memfasilitasi hubungan langsung antara petani dan konsumen melalui pasar online atau koperasi petani. Langkah ini akan mengurangi peran perantara yang sering kali mengambil margin keuntungan besar.

2. Diversifikasi Produksi: Petani juga perlu didorong untuk melakukan diversifikasi produk pertanian. Dengan menanam berbagai jenis tanaman selain padi, petani dapat mengurangi ketergantungan pada satu komoditas dan meningkatkan pendapatan mereka dari berbagai sumber.

3. Peningkatan Teknologi Pertanian: Pemerintah harus terus mendorong modernisasi pertanian dengan memberikan pelatihan dan akses kepada teknologi pertanian yang lebih efisien. Dengan produktivitas yang lebih tinggi, biaya produksi dapat ditekan, sehingga harga di pasar pun bisa lebih kompetitif.

4. Pengelolaan Kebijakan Impor: Kebijakan impor beras harus dirancang dengan hati-hati agar tidak merugikan petani lokal. Salah satu solusinya adalah menetapkan kuota impor yang ketat dan hanya dilakukan ketika benar-benar diperlukan untuk menjaga stabilitas pasokan.

5. Pendidikan dan Pelatihan Petani: Petani perlu dididik tentang manajemen keuangan dan strategi bisnis pertanian agar mereka bisa lebih mandiri dalam menghadapi dinamika pasar. Dengan pengetahuan ini, mereka bisa lebih berdaya dalam menentukan harga yang layak untuk produk mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun