Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kemandirian Pangan: Hanya Khayalan?

23 September 2024   14:07 Diperbarui: 23 September 2024   14:44 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: antara 

Selain itu, konflik agraria dan konversi lahan pertanian menjadi perumahan atau kawasan industri juga memperparah situasi. Lahan pertanian produktif semakin berkurang, sementara upaya untuk membuka lahan baru di luar Jawa sering kali menghadapi masalah lingkungan, seperti kerusakan ekosistem dan tantangan sosial dari masyarakat adat yang menolak pengalihan fungsi lahan mereka.

Kebijakan Impor dan Subsidi: Pedang Bermata Dua

Kebijakan impor pangan juga menjadi persoalan yang rumit. Di satu sisi, impor diperlukan untuk menstabilkan harga pangan dalam negeri, terutama ketika produksi domestik tidak mencukupi. Namun, kebijakan impor yang terus menerus juga melemahkan semangat petani lokal. Mereka sulit bersaing dengan harga pangan impor yang lebih murah. Subsidi pupuk dan program bantuan lainnya sering kali tidak cukup untuk membantu petani meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka.

Tantangan lainnya datang dari segi logistik dan infrastruktur pasca-panen yang masih kurang memadai. Banyak hasil panen yang rusak atau hilang karena buruknya sistem penyimpanan dan transportasi. Hal ini tentu mengurangi efisiensi produksi pangan nasional.

Apakah Lumbung Pangan akan Berhasil?

Program Lumbung Pangan yang diusung pemerintah saat ini memiliki potensi besar, terutama jika dijalankan dengan baik dan didukung oleh kebijakan yang tepat. Pembangunan waduk dan infrastruktur pertanian lainnya bisa meningkatkan produksi, namun tetap membutuhkan waktu untuk bisa memberikan dampak signifikan. Selain itu, perlu ada sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, terutama dalam mengatasi masalah distribusi dan akses pangan.

Namun, yang tak kalah penting adalah perubahan mindset masyarakat. Diversifikasi pangan bukan hanya soal menyediakan alternatif makanan pokok, tapi juga tentang mengubah pola pikir masyarakat agar tidak terpaku pada beras sebagai satu-satunya makanan pokok. Ini tentu bukan perkara mudah, mengingat kampanye nasi sebagai makanan utama telah tertanam kuat selama puluhan tahun.

Langkah Selanjutnya untuk Kemandirian Pangan

Untuk benar-benar mewujudkan kemandirian pangan, Indonesia membutuhkan strategi yang lebih holistik. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:

1. Mendorong diversifikasi pangan secara masif dan terencana, dengan fokus pada pangan lokal seperti sagu, jagung, singkong, dan umbi-umbian. Ini tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada beras, tapi juga meningkatkan ketahanan pangan di berbagai wilayah.

2. Meningkatkan investasi di sektor pertanian, baik dari segi teknologi maupun infrastruktur. Ini termasuk pengembangan teknologi irigasi yang hemat air, pupuk organik, serta peningkatan kapasitas petani dalam memanfaatkan teknologi modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun