Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Rocky Gerung: Naturalisasi Otomatis Pembibitan Berhenti? Kesalahan Logika Menggelikan

16 September 2024   15:11 Diperbarui: 16 September 2024   15:13 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: tvonenews.com

Rocky Gerung, seorang pengamat politik yang dikenal dengan gayanya yang filosofis dan sering memancing kontroversi, kini telah merambah menjadi komentator sepak bola. Entah bagaimana, perannya dalam dunia politik yang sebelumnya penuh dengan dialektika intelektual kini meluas ke ranah yang sama sekali berbeda: sepak bola. 

Saat ini, Indonesia sedang berada di puncak euforia karena prestasi Tim Nasional sepak bola yang sedang naik daun, sebagian berkat program naturalisasi pemain. Dalam konteks ini, Rocky Gerung melontarkan pendapatnya yang memancing perhatian: "Dengan adanya pemain naturalisasi, maka proses pembibitan pemain lokal berhenti." Pernyataan ini seolah memancing diskusi, tetapi sayangnya, dari segi logika, ini adalah kesalahan besar.

Menang dengan Naturalisasi: Kesalahan Logika Rocky

Rocky Gerung selalu dikenal dengan branding dirinya yang berusaha mengedepankan logika dalam setiap argumennya. Namun, dalam pernyataan ini, tampaknya dia tersandung kesalahan logika yang serius. Mari kita bedah.

Premis pertama dari pernyataannya adalah bahwa Timnas Indonesia menang karena adanya pemain naturalisasi. Ini adalah fakta yang bisa diperdebatkan, tetapi mari kita terima untuk kepentingan argumen. Dari premis ini, Rocky kemudian menyimpulkan bahwa keberadaan pemain naturalisasi otomatis menghentikan proses pembibitan pemain lokal.

Ini adalah contoh klasik dari kesalahan logika false cause atau post hoc ergo propter hoc (setelah ini, maka karena ini). Rocky menyiratkan bahwa karena Timnas Indonesia mulai menang dengan pemain naturalisasi, maka proses pembibitan pemain lokal otomatis terhenti. Padahal, ini sama sekali tidak relevan dan tidak berdasar.

Logika ini seperti mengatakan: "Jalan basah pasti karena hujan," padahal bisa saja jalan basah karena disiram air, atau bahkan dikencingi sapi. Penyebab satu fenomena tidak bisa disimpulkan hanya dari apa yang terlihat di permukaan, tanpa memperhitungkan faktor lain yang mungkin terlibat.

Naturalisasi Bukan Penghenti Pembibitan

Pernyataan Rocky yang seolah menuduh bahwa naturalisasi menghentikan pembibitan pemain lokal adalah argumen yang jelas salah. Faktanya, pembibitan dan pembinaan pemain muda Indonesia tetap berjalan dengan baik dan bahkan semakin berkembang. Kita bisa melihat tim-tim usia muda Indonesia yang dipenuhi oleh pemain-pemain berbakat yang terus mendapatkan pelatihan dan kesempatan bertanding di berbagai kompetisi, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Naturalisasi bukanlah penghalang bagi pembibitan pemain lokal, melainkan sebuah langkah crash program---atau percepatan pembinaan---yang bertujuan untuk mempercepat perkembangan sepak bola Indonesia di tingkat internasional. Kehadiran pemain naturalisasi yang sudah memiliki pengalaman dan kualitas mumpuni dalam sebuah tim nasional justru dapat memberikan dampak positif pada perkembangan pemain lokal. Mereka bisa belajar dari para pemain yang lebih berpengalaman dan secara tidak langsung kualitas mereka pun terangkat.

Naturalisasi: Praktik yang Sah dan Umum di Dunia

Rocky Gerung juga tampaknya mengabaikan kenyataan bahwa naturalisasi pemain bukanlah sesuatu yang aneh atau haram dalam sepak bola internasional. Banyak negara yang sudah terkenal dengan tradisi sepak bola kuat, seperti Jerman, Spanyol, dan Perancis, menggunakan pemain naturalisasi untuk memperkuat tim nasional mereka. Ini bukanlah hal baru. Bahkan, negara-negara besar tersebut tetap melahirkan pemain-pemain lokal berkualitas tinggi meskipun mereka memanfaatkan jasa pemain naturalisasi.

Sebagai contoh, Jerman pernah menaturalisasi Miroslav Klose dan Lukas Podolski, dua pemain kunci yang memberikan kontribusi besar dalam kemenangan Piala Dunia 2014. Namun, apakah dengan kehadiran mereka, pembibitan pemain lokal Jerman berhenti? Tentu saja tidak. Jerman tetap menghasilkan bakat-bakat lokal seperti Thomas Mller dan Toni Kroos, yang juga berperan penting dalam kesuksesan mereka.

Demikian pula di negara-negara lain seperti Spanyol dan Belgia, yang meskipun memiliki program pembinaan pemain lokal yang kuat, tidak ragu untuk menaturalisasi pemain asing guna meningkatkan daya saing di kancah internasional. Ini menunjukkan bahwa naturalisasi pemain dan pembibitan lokal bisa berjalan berdampingan dan saling melengkapi.

Kata-Kata Pintar Belum Tentu Bijak

Apa yang disampaikan oleh Rocky Gerung, meskipun tampak pintar, sebenarnya keliru dan berpotensi melemahkan semangat Timnas Indonesia yang sedang dalam tren positif. Kritik yang tidak berdasar ini tidak hanya mencederai logika, tetapi juga semangat para pemain dan pendukung sepak bola Indonesia yang berharap akan masa depan yang lebih cerah.

Kita harus ingat bahwa menjadi pintar belum tentu berarti bijak. Dan bahkan, mereka yang sering kali mengaku pintar atau mencoba tampil pintar, bisa jadi hanya piawai dalam memainkan kata-kata, seperti tukang obat yang menjajakan obat cacing di sudut lapangan.

Indonesia sedang menuju kebangkitan sepak bola. Dalam situasi seperti ini, kritik memang diperlukan, tetapi kritik yang konstruktif, bukan yang didasarkan pada logika yang salah atau argumen kosong. Mari kita dukung Timnas kita dengan semangat yang positif dan dorongan yang membangun, sembari tetap menjaga proses pembinaan dan pembibitan pemain muda yang akan menjadi masa depan sepak bola Indonesia.

Naturalisasi pemain bukanlah akhir dari pembibitan pemain lokal. Sebaliknya, itu adalah bagian dari strategi untuk mempercepat kemajuan sepak bola Indonesia di tingkat internasional. Negara-negara besar pun melakukan hal yang sama tanpa mengorbankan pembinaan pemain lokal mereka. Dalam hal ini, Rocky Gerung telah jatuh dalam kesalahan logika yang sederhana namun berbahaya. Saatnya kita berpikir lebih bijak dan mendukung kemajuan sepak bola Indonesia dengan cara yang tepat, bukan dengan kritik yang menyesatkan.***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun