Demokrasi yang sehat memerlukan partisipasi dari semua elemen masyarakat, termasuk pemimpin, politisi, dan rakyat biasa. Pemilihan kepala daerah, seperti Pilkada Jakarta, adalah ajang penting untuk memilih pemimpin terbaik. Namun, tantangan demokrasi kita saat ini adalah bagaimana para pemimpin politik memberikan contoh yang baik, terutama dalam mengedukasi masyarakat untuk menghargai proses pemilu.
Kampanye golput, meskipun berangkat dari kebebasan memilih, tidak memberikan solusi bagi permasalahan demokrasi kita. Sebaliknya, kampanye ini hanya memperbesar ketidakpercayaan terhadap sistem politik dan merusak proses yang sebenarnya bertujuan untuk memilih pemimpin yang bisa membawa perubahan. Pemimpin politik seharusnya mendorong diskusi yang sehat tentang calon-calon terbaik, menawarkan pilihan yang jelas kepada masyarakat, dan tidak menyarankan abstain sebagai solusi.
Bagaimana Membangun Politik yang Sehat?
Kedewasaan Politik Pemimpin: Pemimpin dan tokoh politik harus menunjukkan keteladanan dalam sikap dan tindakan mereka. Mereka harus mengedepankan kepentingan demokrasi dan memastikan bahwa ajang pemilu adalah kesempatan untuk memilih pemimpin terbaik. Sikap yang mendukung golput menunjukkan ketidakdewasaan dalam berpolitik dan bisa merusak citra politikus sebagai negarawan.
Pendidikan Politik bagi Masyarakat: Masyarakat harus diedukasi tentang pentingnya partisipasi dalam pemilu. Mengajak orang lain untuk tidak memilih hanya memperlemah demokrasi dan mengurangi peluang perubahan yang diinginkan terjadi. Peran media dan lembaga pendidikan dalam memberikan pemahaman ini sangat penting.
Ajang Pilkada yang Sehat:Â Pemilu harus menjadi ajang politik yang sehat dan bertanggung jawab. Partai politik, calon, dan pendukungnya harus fokus pada perdebatan ide dan kebijakan, bukan sekadar ajang untuk meluapkan kekecewaan. Ajakan untuk golput hanya mengaburkan esensi dari pemilu itu sendiri sebagai sarana untuk memperbaiki kondisi pemerintahan.
Gerakan golput, meskipun bisa dilihat sebagai hak pribadi, tidak sepantasnya didorong atau dijadikan kampanye oleh pemimpin politik. Anies Baswedan, sebagai tokoh yang memiliki banyak pengikut, memiliki tanggung jawab besar untuk mendidik pengikutnya agar tetap menghargai demokrasi. Kekecewaan karena tidak bisa berpartisipasi dalam kontestasi politik tidak boleh menjadi alasan untuk mendukung gerakan yang berpotensi merusak proses demokrasi itu sendiri.
Pemilu, termasuk Pilkada, adalah kesempatan untuk memilih pemimpin terbaik bagi masyarakat. Oleh karena itu, baik pemimpin politik maupun masyarakat harus memastikan bahwa proses ini berlangsung secara sehat, dewasa, dan bertanggung jawab.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H