Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kata JK Kurikulum Merdeka tidak Cocok untuk Indonesia, Benarkah?

12 September 2024   10:43 Diperbarui: 12 September 2024   10:46 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kritik terhadap Kurikulum Merdeka tidak bisa dilepaskan dari sejarah pendidikan Indonesia yang sering mengalami perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum yang terlalu sering justru dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian di kalangan guru, siswa, dan orang tua. Setiap perubahan membutuhkan waktu untuk beradaptasi, sementara pendidikan harus berjalan terus. Ketika kurikulum sering berubah, fokus pembelajaran juga ikut teralihkan dari pengembangan kualitas pendidikan yang konsisten.

Bagaimana Sistem Pendidikan yang Ideal?

Untuk menciptakan sistem pendidikan yang baik, Indonesia perlu menyusun kurikulum yang fleksibel namun tetap memiliki standar yang jelas. Sistem yang terlalu kaku, seperti Ujian Nasional, terbukti menekan siswa dan mengabaikan pengembangan potensi lain di luar akademik. Di sisi lain, sistem yang terlalu bebas seperti Kurikulum Merdeka juga harus dibarengi dengan infrastruktur dan kesiapan yang matang agar tidak menimbulkan kebingungan.

Hal terpenting dalam pendidikan adalah menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, di mana siswa merasa terdorong untuk mengembangkan diri secara maksimal, baik secara intelektual maupun emosional. Kurikulum yang ideal adalah kurikulum yang mampu menyeimbangkan antara penguasaan akademik dan pengembangan karakter, serta memberikan kesempatan bagi setiap anak untuk berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing.

Menyiapkan Generasi Berkualitas dan Bahagia

Pendidikan bukan hanya tentang mengejar nilai akademis semata. Di tengah tekanan global dan perubahan dunia kerja yang cepat, siswa perlu dibekali dengan keterampilan hidup, seperti kecerdasan emosional, kemampuan beradaptasi, serta keterampilan sosial. Kurikulum yang terlalu fokus pada penilaian akademik saja, seperti Ujian Nasional, cenderung mengabaikan aspek-aspek ini.

Maka, perubahan dalam kurikulum sebaiknya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan dengan pertimbangan yang matang. Kurikulum Merdeka bisa menjadi angin segar bagi pendidikan Indonesia, asalkan diterapkan dengan baik dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Apa pun bentuk kurikulum yang diterapkan, yang paling penting adalah kebahagiaan dan kualitas hidup siswa sebagai calon generasi penerus bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun