Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Koruptor Tobat

7 September 2024   13:48 Diperbarui: 7 September 2024   13:48 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pak Budi," seorang wartawan bertanya, "apa yang membuat Anda mengambil langkah besar ini?"

Pak Budi menghela napas panjang. "Saya telah hidup terlalu lama dalam dosa. Dan saya tidak ingin mati dengan membawa beban itu."

Tepuk tangan semakin meriah, tapi di balik sorakan itu, beberapa pejabat mulai gelisah. Mereka saling berbisik, mata mereka penuh kecemasan. Mereka tahu, jika Pak Budi benar-benar tobat dan membuka semua aib, mereka juga bisa terseret. Tak butuh waktu lama bagi salah satu dari mereka untuk bangkit dari kursinya dan berjalan cepat ke arah Pak Budi.

"Pak Budi, sebentar," kata seorang pejabat dengan wajah penuh senyum, tapi matanya menyiratkan ancaman. "Mungkin kita bisa bicara dulu di belakang?"

Pak Budi menatapnya, tersenyum, dan berkata lantang, "Tidak, saya tidak butuh bicara di belakang lagi. Semua akan saya ungkap di sini, di depan kalian semua!"

Kerumunan wartawan bersorak lagi, sementara wajah-wajah pucat semakin banyak di ruangan itu. Tapi sebelum Pak Budi bisa melanjutkan, tiba-tiba lampu ruangan mati. Gelap gulita menyelimuti semua orang. Suasana berubah kacau.

Setelah beberapa menit, lampu kembali menyala. Namun podium sudah kosong, dan Pak Budi menghilang entah ke mana. Wartawan kebingungan, para pejabat saling pandang, dan hanya tersisa satu pesan aneh yang ditinggalkan di mikrofon:

"Koruptor yang tobat? Ah, mungkin besok saja."

Dan begitulah cerita tentang Pak Budi, koruptor yang hampir bertobat, tapi sayangnya jalan menuju tobat penuh dengan rintangan---rintangan yang tak terhindarkan di negeri ini.***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun