Semua orang di meja terdiam. Tidak ada yang menyangka **si ahli logika** bisa mengaku salah, walau hanya sedikit. Hari itu, Dimas pulang dengan perasaan aneh. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia menyadari bahwa logika tak selalu harus menang, dan kadang, lebih baik berhenti untuk mendengarkan orang lain sebelum menilai mereka dengan cepat.
Di kamar tidurnya, Dimas duduk di depan cermin, merenung. Siapakah aku sebenarnya? Ahli logika atau sekadar orang yang lupa bagaimana menjadi manusia?
Dan untuk pertama kalinya, Dimas merasa tidak tahu jawabannya.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H