Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Jalan Faisal Basri, Pengamat Ekonomi Kritis yang Sudah Berpulang

5 September 2024   07:36 Diperbarui: 5 September 2024   11:23 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tokoh ekonom Faisal Nur Fiqih atau lebih dikenal sebagai Faisal Basri (KOMPAS.com/Antonius Aditya Mahen)

Kabar mengejutkan datang dari dunia ekonomi dan politik Indonesia.

Faisal Basri, seorang ekonom terkemuka dan pengamat politik ekonomi yang dikenal luas, telah berpulang pada usia 65 tahun.

Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, kolega, dan publik yang selama ini mengenalnya sebagai sosok intelektual yang kritis dan berprinsip.

Faisal Basri tidak hanya dikenal sebagai dosen senior di Universitas Indonesia, tetapi juga sebagai Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) pada awal kiprahnya di dunia politik.

Meskipun karier politiknya tidak panjang, pengaruhnya sebagai ekonom tetap kuat melalui perannya di berbagai lembaga, termasuk sebagai salah satu penggagas dan anggota aktif di lembaga riset ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

Dalam kapasitasnya sebagai akademisi dan peneliti, Faisal Basri memberikan kontribusi penting terhadap analisis kebijakan ekonomi di Indonesia.

Tulisan dan opininya sering mewarnai diskusi ekonomi nasional, dengan pendekatan yang mendalam dan didasarkan pada data yang kuat.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Faisal mulai lebih sering menyoroti kebijakan ekonomi pemerintah, terutama di bawah Presiden Joko Widodo.

Salah satu isu yang paling sering ia kritik adalah kebijakan hilirisasi nikel yang dinilai oleh Faisal tidak mendatangkan manfaat maksimal bagi Indonesia.

Ia berargumen bahwa kebijakan tersebut terlalu berpihak kepada kepentingan jangka pendek dan asing, serta kurang memperhatikan aspek keberlanjutan ekonomi dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun